MINE

6.9K 261 0
                                    

Besoknya Gavin sudah menjemput Gabby, bukan di depan rumah lagi. Melainkan di dalam rumahnya, bahkan dia sampai ikut sarapan bersama.

Setelah sarapan selesai, Gabby dan Gavin langsung berangkat bersama ke kantor. Di dalam mobil, Gavin menggenggam tangan  Gabby lembut dan Gabby pun sudah tidak secanggung sebelumnya. Bahkan Gavin pun sudah tidak memakai bahasa formal jika berbicara dengan Gabby.

"By"

"Hah? Bapak manggil saya?"

"Ya, aku manggil kamu"

"Ada apa pak?"

"Ngomong-ngomong berhenti bicara formal sama aku Gabby, kamu pasangan aku. Jangan canggung"

"E-eh iya pak"

"Berhenti juga manggil aku pak by, aku bukan bapak kamu!"

"Bapak kan udah bapak-bapak" Gabby menahan tawa melihat wajah malas Gavin.

"Jadi ada apa bapak?"

"Gabbyy—" Gavin menggeram sebal.

"Hehe sorry, jadi ada apa tadi manggil Vin?"

"Vin–vin, kamu kira kita temen?"

"Ya terus apa dong, bapak aja manggil gue By. Pasti singkatan dari nama gue kan?"

"'Aku' By, jangan gue. By itu baby bukan Gabby. Dan kamu bisa panggil aku yang lain tanpa sebutan nama itu" Koreksi Gavin.

"Ck ribet banget ah!"

"Biasain By"

"Hm jadi ada apa kamu tadi manggil aku?"

"Ayo nikah sama aku secepatnya"

"Lah mana bisa begitu, ngga inget kemarin kata papah aku gimana? Harus nunggu Kajess dulu, baru kita!"

"Lama! Gabisa kita duluan? Kita hubungannya udah jelas!" Sungut Gavin sebal.

"Lah si bapak buru-buru banget, mau kemana pak?" Gavin mendelik menatap Gabby yang kembali memanggilnya dengan sebutan pak.

"Hahahahaha aduh muka kamu bisa gemesin gitu ya baru tau" Gabby menutup mulutnya menahan tawa saat Gavin menunjukan ekspresi yang baru pertama kali Gabby lihat.

"Maaf sayang. Tapi ditunggu aja Kajess juga ngga lama lagi nikah, orang dia udah tunangan lama. Tinggal nunggu jadinya aja" Lanjut Gabby dengan senyuman tertahan.

Gavin terdiam, tidak menjawab ucapan Gabby lagi. Gabby yang merasa aneh menoleh pada Gavin, dan dia melihat Gavin hanya fokus menyetir dengan wajah kakunya. Hanya saja yang membuat berbeda ada semburat merah diwajah Gavin, menandakan Gavin sedang salah tingkah.

"Muka kamu kenapa?" Ejek Gabby.

"Diem By—"

"Oke oke" Gabby menahan tawa menatap Gavin yang membalas ucapannya dengan muka sebal dengan pipi yang bersemu merah.

Gabby berhenti mengejek Gavin dan memilih fokus pada jalanan. Gabby masih tidak menyangka atasannya ini bisa memiliki sifat yang berbeda saat sudah menjadi pasangannya. Dan rasanya juga Gabby masih merasa aneh jika ternyata dia memiliki pasangan.

Mereka lalu terdiam fokus dengan pikiran masing masing, dan Gavin yang tetap fokus menyetir dengan tangan yang masih menggenggam tangan Gabby lembut.

Sesampainya mereka di area parkiran kantor, Gavin melepaskan genggamannya agar Gabby bisa melepaskan seatbelt. Saat Gabby hendak turun dari mobil, Gavin menahan pergelangan tangan Gabby. Gabby menoleh pada Gavin dengan raut wajah seakan-akan bertanya kenapa.

"Jika kaka kamu sudah menikah, kita harus menikah secepatnya. Dan selama kita nunggu kaka kamu nikah, kamu jangan jauh jauh dari aku. Karna kamu milik aku." Gavin mengucapkan hal itu dengan mata yang fokus menatap Gabby lembut.

Gavin menarik lengan Gabby agar Gabby semakin dekat dengannya. Saat jarak mereka sudah dekat, Gavin memajukan wajahnya dan tanpa bisa dicegah Gavin mengecup lembut bibir Gabby.

"I love you By"

Gabby hanya terdiam dengan mata melotot shock dan pipi yang mengeluarkan semburat merah. Gavin hanya tersenyum lembut, mengusap puncak kepala Gabby dan beranjak keluar dari dalam mobil.

Di dalam mobil Gabby hanya terdiam, dia menyentuh bibirnya yang baru saja di kecup oleh Gavin. Gabby terkejut dan juga malu mengingat tingkah Gavin.

Gavin yang sudah berada diluar mobil mengetuk jendela, dia melambaikan tangannya menyuruh Gabby keluar. Setelah memulihkan keterkejutannya, Gabby beranjak keluar.

Diluar mobil Gavin masih tersenyum pada Gabby, dia meraih tangan Gabby untuk Gavin genggam.

"Ayo sayang" Ucap Gavin dan mereka berjalan beriringan ke dalam kantor.

Gabby hanya diam dengan badan kaku, dan hanya mengikuti langkah Gavin pelan. Namun Gavin kembali menghentikan langkahnya, menatap Gabby dengan intens. Dan Gabby menatap Gavin dengan wajah bingung.

"By"

"I-iya?"

"I love you sayang"

"H-hah?"

"Kamu milik aku, selamanya."

Gavin mengangkat tangan Gabby dan mengecup punggung tangan Gabby lembut, setelah itu tanpa menghiraukan ekspresi Gabby. Gavin kembali melangkah, menarik Gabby lembut untuk berjalan disebelahnya.

To Be Continue
Chapter 45✧

What do you think?

Anti Romantic [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang