FRIENDZONE

5K 218 0
                                    

Seorang laki-laki meringkuk diatas tempat tidurnya, dengan seluruh badan tertutup selimut, hanya menyisakan kepalanya yang tidak tertutup.

Laki-laki itu menatap langit-langit kamarnya dengan pandangan kosong. Hari ini adalah hari membahagiakan teman kuliahnya, namun sebaliknya ini adalah hari yang menyedihkan untuk dia.

Temannya itu bertunangan, bukan dengan dirinya. Melainkan dengan orang lain. Benar! Temannya adalah Gabby. Dan laki-laki yang meringkuk diatas tempat tidur adalah Raffan.

Raffan memiliki perasaan pada Gabby disaat mereka masih menjadi mahasiswa. Sejak pertama bertemu dengan Gabby, Raffan sudah mulai merasakan rasa yang berbeda jika berdekatan dengan Gabby. Hanya saja, karna jiwa pengecutnya Gabby tidak tau jika dia menyukainya. Bahkan mungkin tidak akan pernah tau, karna sekarang Gabby yang sudah terikat dengan orang lain, Raffan belum pernah memberitahunya dan tidak akan pernah memberi tahu Gabby tentang perasaannya.

Dia mengetahui Gabby akan bertunangan karna Gabby sendiri yang memberitahunya empat hari sebelum acara itu dimulai, dan seharusnya kini Raffan menghadiri acara tersebut. Hanya saja, karna jiwa pengecutnya ini Raffan memilih tidak datang dan malah meratapi nasibnya yang malang.

Raffan pengecut— bukan hanya takut mengungkapkan perasaan, bertemu rutin saja Raffan tidak berani. Karna Raffan takut mengganggu Gabby dan membuat Gabby tidak nyaman karna sikapnya.

Dan kini, dia hanya bisa berdiam diri. Ini konsekuensi karna dia tidak berani mencoba, dan Raffan harus menerimanya.

Dia sakit hati, tentu saja! Tapi itu juga bukan salah Gabby, tapi salahnya sendiri yang tidak berani bertindak. Dan sekarang Raffan hanya bisa mencoba ikhlas dan melupakan Gabby.

Demi kebahagiaan Gabby. Jika Gabby bahagia, dia juga akan bahagia. Mungkin.

Tanpa sadar airmata menetes dari ujung matanya, dia mengusap wajahnya kasar. Mencoba tegar. Raffan membenahi dirinya mencoba tidur dan melupakan hari ini yang menyesakkan untuknya.

***

"Gue ngga nyangka lo udah ditandain buat jadi istri orang Gab"

"Ditandain banget bahasanya! Lo pikir gue sendiri nyangka bakalan begini Meliot!"

"Ya lo pasti tau kali karna sikap pak Gavin ke lo selama ini"

"Gue gatau bakalan ngarah kesana egeb!"

"Ck yang bener aja, dasar bloon. Mentang mentang jomblo sejak dini"

"Berisik lo bucin"

"Lo juga bakalan bucin nanti, tunggu aja"

"Ngga!"

"Heleh"

Kini mereka sedang berada didalam kamar Gabby, setelah acara pertunangan itu usai, Melia memutuskan untuk menginap dirumah Gabby karna malas pulang.

"Tapi Gab, lo udah suka sama pak Gavin belum?"

"Gatau gue"

"Loh ko gatau!"

"Ya gatau oon"

"Kenapa bisa gatau!"

"Ck kita kenal belum lama, ngelamar juga mendadak. Ya gue gatau perasaan gue gimana"

"Seriusan gatau?"

"Kaga tau"

"Anjir aneh lo! Terus ngapain lo terima lamarannya kalo lo gatau sama perasaan lo sendiri?"

"Gaada pilihan lain. Pak Gavin ke rumah gue mendadak. Dan langsung ngelamar gue didepan orangtua kita."

"Emang gaada omong apa gitu sebelum acara mendadak itu?"

"Ada bilang. Cuma gue ngga ngira setelah hari pak Gavin ngomong gitu besoknya langsung ngelamar, gue gaada persiapan apapun"

"Anjir pak Gavin gercep hahaha"

"Ck"

"Jadi serius lo belum ada rasa sama pak Gavin?"

"Gatau"

"Ck yaudah gapapa, gue yakin bentar lagi juga lo bakalan suka hahaha"

"Sotau lo bucin" Gabby menjulurkan lidahnya mengejek

"Ih lo mah Gabby" Melia kesal mendengar ucapan Gabby, dia berdiri mengambil bantal dan melempar bantal itu pada Gabby.

Gabby menghindar dari lemparan bantal itu, dia berdiri dari tempat tidurnya dan mengambil bantal untuk dia lempar pada Melia. Dan terjadilah aksi kejar-kejaran sembari melempar dan memukul bantal sampai larut malam.

To Be Continue
Chapter 44✧

Anti Romantic [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang