Sesuai dengan perintah Jisoo kemarin, kini Jennie berjalan menuju kearah rooftop dengan dua box chikin di tangannya. Jennie membuka perlahan pintu rooftop dan menutupnya kembali setelah masuk. Jennie mengedarkan pandangannya mencari Jisoo. Saat Jennie milihat sosok Jisoo yang tertidur di bangku panjang, Jennie berjalan mendekat.
Jennie mencondongkan wajahnya guna menatap lebih dekat wajah Jisoo. Seulas senyum terbit di bibir milik Jennie saat melihat dengan jelas dari dekat pahatan sempurna wajah Jisoo, hidung bangir, bibir tipis berbentuk hati serta rahang yang tegas.
Jennie membelalakkan matanya saat melihat mata Jisoo yang bergerak perlahan terbuka. Dengan segera Jennie berdiri sedikit menjauh memberi jarak dengan Jisoo.
"Mana chikinku?" Jisoo bertanya pada Jennie begitu dirinya duduk dari posisi tidurnya.
"I-ini." Jennie menyodorkan dua box chikin yang sedari tadi berada di tangannya.
"Mendekatlah." perintah Jisoo yang di turuti oleh Jennie.
Jennie berjalan perlahan mendekati Jisoo, menyodorkan box chikin pesanan miliknya. Dengan cepat, Jisoo mengambil box chikin dari tangan Jennie. Tanpa membuang waktu lama Jisoo membuka satu box chikin, tampak kedua matanya yang berbinar.
Jennie mengamati Jisoo yang sedang menikmati chikin dengan lahap, tanpa sadar senyum tipis milik Jennie kembali menghiasi wajahnya. Andai saja Jisoo adalah orang biasa seperti dirinya, sudah pasti Jennie akan memilih untuk menjatuhkan hatinya pada Jisoo. Namun, Jennie sadar akan dirinya siapa dan Jisoo siapa, kehidupan mereka berbanding terbalik. Bagaikan langit dan bumi, Jisoo jauh berada di atasnya.
"Heii... Kucing!" Jisoo sedikit berteriak memanggil Jennie, sudah beberapa kali dirinya memanggil Jennie namun si pemilik nama masih tetap diam.
"N-nde?" Jennie tersentak sedikit terkejut akibat teriakan Jisoo.
"Kenapa diam di sana?" Jisoo bertanya dengan sepotong chikin yang berada di tangannya.
"Ah, aniyo." Jennie berjalan mendekat. "I-ini, sweater milikmu." Jennie menyodorkan sweater milik Jisoo yang sudah di cucinya kemarin dan sudah di masukkannya kenapa dalam paperback miliknya.
Jisoo menatap paperbag tersebut dan Jennie secara bergantian, "Untukmu saja." Jisoo berucap dengan nada santai sembari memakan kembali chikin yang berada di tangannya.
"Mwo?!" pekik Jennie, dirinya sungguh tidak percaya pada Jisoo. Bisa-bisanya manusia itu memberikan barang mahal walaupun bekas seperti memberikan permen kepada orang lain.
"Kamcagiya!" Jisoo mendelik tajam kearah Jennie. "Tidak perlu berteriak seperti itu!"
"Eoh, m-mianhae." Jennie kembali menunduk saat melihat tatapan tajam yang Jisoo berikan padanya.
Melihat Jennie yang hanya diam menunduk dan memainkan jari-jarinya membuat Jisoo kembali bersuara.
"Kenapa?"
Jennie kembali mendongak saat mendengar suara Jisoo. "Tidak."
Jisoo mengangkat kedua bahunya acuh saat mendengar jawaban Jennie, dirinya kembali menyantap dengan lahap chikin itu kembali.
"Jisoo." Jennie memanggil nama Jisoo dengan pelan yang di balas dehaman oleh Jisoo.
"I-ini pakaianmu." Jennie kembali menyodorkan paperbag yang berada di tangannya kepada Jisoo.
"Kau tidak mendengar perkataanku tadi?" Jisoo menatap malas kearah Jennie. "Ambilah untukmu! Apa kau tuli!"
"M-mianhae, t-tapi ini sangat mahal. Aku merasa tidak pantas untuk mendapatkan ini."