Pagi ini, suasana di ruang makan keluaga Kim di selimuti dengan keheningan. Hanya terdengar suara denting sendok yang saling beradu. Setelah beberapa menit terlewati, mereka tampak sudah menyelesaikan acara sarapan paginya.
"Dad, hari ini Ella berangkat bersama dengan Daddy, nee." ucap Ella, anak kedua dari pasangan Jensoo.
"Baiklah, jika begitu ayo pergi agar putri cantik daddy ini tidak terlambat." ucap Jisoo yang di balas dengan senyum senang dari Ella.
Jisoo mulai beranjak dari duduknya di ikuti oleh Ella, bersiap melangkah sebelum satu suara menginstrupsinya.
"Daddy, bolehkan Rora ikut bersama dengan kalian?" Rora bertanya dengan nada yang sangat pelan, pandangannya menatap harap ke arah Jisoo. Dan Rora merupakan anak pertama dari Jisoo dan Jennie.
Jennie melirik kearah Rora dan Jisoo bergantian, melihat Jisoo yang hanya diam tanpa merespon ucapan anak pertama mereka membuat Jennie berdeham pelan guna mengatasi kecanggungan yang terjadi.
"Ekhem... Ji bagaimana, apa-" belum sempat Jennie menyelesaikan ucapannya, Jisoo sudah lebih dulu bersuara.
"Tidak bisa." Jisoo berucap dengan nada datar.
"Wae? Bukankah kalian searah?" Jennie menatap bingung kearah suaminya. "Bahkan Ella saja berlawanan arah dari kantormu, lalu kenapa Rora tidak bisa?"
Jisoo menatap lurus ke arah Rora yang kini diam dengan wajah yang menunduk, meremas jari-jari tangannya. "Dia sudah dewasa, seharusnya dia bisa mandiri dan tidak lagi merepotkan orang lain."
"Jisoo!" Jennie menatap tajam ke arah Jisoo saat mendengar ucapan suaminya itu.
"Aku membayar supir untuk bekerja padanya, jadi jangan sia-siakan uang yang sudah aku keluarkan untuknya hanya karena dia ingin berangkat bersamaku." ucap Jisoo. "Aku berangkat Jennie. Ayo sayang, nanti kau bisa terlambat." ucap Jisoo merangkul pundak Ella yang sedari tadi hanya memilih diam.
"Tapi Dad, Rora... Hah, baiklah." Ella memilih tidak melanjutkan ucapannya saat melihat tatapan mata daddynya yang seakan tidak ingin di bantah.
"Mommy, Ella berangkat dulu nee." Ella berjalan mendekat kearah Jennie, memeluknya sekilas dan memberikan kecupan ringan di kedua pipi mandu milik sang mommy, begitupun dengan Jennie.
"Nee, jangan jajan sembarangan, arra!" ucap Jennie yang di balas anggukan oleh Ella.
Baru saja Ella ingin berpamitan pada Rora, Jisoo sudah lebih dulu mengajak anaknya pergi meninggalkan area ruang makan, yang kini menyisakan Jennie dan Rora.
Setelah Jisoo dan Ella pergi, kini tatapan Jennie menatap sendu kearah putri sulungnya yang masih diam menunduk. Sedari dulu, Jisoo tidak pernah memperlakukan Rora sebagaimana mestinya seorang ayah pada anaknya. Jisoo selalu mengacuhkan dan mengabaikan Rora, bahkan Jisoo selalu keras dalam mendidiknya. Tidak jarang, Jisoo juga mengeluarkan kata-kata sarkas saat sedang berhadapan dengan Rora.
Berbanding terbalik dengan sikap Jisoo pada Ella yang terkesan memanjakan dan memperhatikan apapun yang Ella butuhkan, bahkan Jisoo tidak pernah sekalipun marah atau mengeluarkan kata-kata kasarnya untuk anak bungsunya itu. Hal itu tentu saja membuat hati Jennie sebagai seorang Ibu merasa sakit. Suaminya terlalu memperlihatkan kasih sayang yang berbeda di antara kedua putri mereka.
Jennie mengangkat tangannya mengusap lembut rambut milik Rora. "Jangan terus menunduk." ucap Jennie, dirinya tersenyum hangat saat Rora mendongak menatap kearahnya.
"Apa yang daddy katakan tadi jangan di ambil hati, nee. Maksud daddy tidak seperti itu, jangan salah paham, daddy hanya tidak ingin salah satu dari kalian nanti ada yang terlambat karena arah sekolahnya saling berlawanan." tangan Jennie turun mengusap pipi anaknya.