Ahyeon sedari tadi berjalan mondar mandir di lobi rumah sakit tempat Rora dirawat, berusaha untuk menghubungi Jennie berkali-kali namun hasilnya tetap sama, panggilannya tidak pernah terhubung.
"Mom, mommy dimana? Ahyeon takut disini sendirian." lirihnya.
Puluhan panggilan serta pesan sudah Ahyeon kirimkan, bahkan kini ponsel milik Jennie tidak aktif lagi. "Mom, Ahyeon mohon. Mommy segera kesini, kondisi adek tiba-tiba drop." gumannya.
Benturan serta pukulan yang Rora dapatkan dari perkelahiannya dengan Danielle dan teman temannya tadi siang membuatnya mendapatkan cedera pada kepalanya, cukup serius. Ditambah dengan penanganannya yang sedikit terlambat.
"Apa Aku hubungi daddy aja?"
Ahyeon sangat bimbang, diantara menghubungi Jisoo atau tidak. Jujur saja, Ahyeon saat ini sangat butuh seseorang untuk mendampinginya disini. Jennie, yang tadi bersamanya hanya berpamitan sebentar. Nyatanya, sampai saat ini belum juga kembali membuat Ahyeon sedikit gusar.
Ingin menghubungi Jisoo, Ahyeon masih merasa marah dan kecewa pada daddynya itu. "Aku coba dulu deh, siapa tau daddy angkat dan daddy lagi sama mommy." ucap Ahyeon.
Baru saja Ahyeon ingin mendial nomor ponsel milik daddynya, suara sirine ambulance yang berbunyi nyaring sudah terdengar, serta para ahli tenaga medis yang berlarian menuju kearah mobil ambulance tersebut dengan tergesa.
Ahyeon meneguk kasar salivahnya, jantungnya tiba-tiba saja berdetak tidak karuan serta Ahyeon merasakan perasaannya yang mendadak tidak enak. Ahyeon mencoba menahan lengan salah satu perawat yang berlari dihadapannya.
Perawat tersebut menahan langkahnya dan menatap bertanya pada Ahyeon. "Ada apa?" tanya perawat tersebut.
"Apa yang terjadi? Kenapa semua orang berlarian?" Ahyeon balik bertanya, namun tatapannya tidak sedikit pun teralih dari ambulance tersebut.
"Ada kecelakaan yang terjadi, pasien dalam kondisi yang kritis sehingga para medis harus bertindak dengan cepat." jawabnya.
"Kecelakaan? Siapa?"
"Maaf, kami tidak bisa memberitau detail pastinya. Tapi menurut informasi, korban seorang wanita yang berusia sekitar 40 tahun."
Melihat Ahyeon yang hanya diam, menatap kosong kearah luar, perawat tersebut kembali bersuara. "Saya permisi." ucapnya.
Tanpa sadar, Ahyeon mengikuti langkah kaki dari perawat tersebut hingga berdiri tidak jauh dari posisi mobil ambulance tersebut. Mata milik Ahyeon menyipit saat melihat Jisoo yang turun dari dalam ambulance dengan seseorang yang kini terbaring di atas brangkar. Ahyeon tidak bisa melihatnya dengan jelas karena terhalang oleh petugas medis.
Namun, jantungnya terasa berhenti saat melihat sekilas baju yang di kenakan oleh seseorang yang kini berada diatas brangkar tersebut, baju yang di kenakannya sangat mirip dengan yang Jennie pakai terakhir kali, bahkan sama persis. Apalagi ditambah melihat kondisi daddynya yang kacau, bajunya penuh dengan darah.
"Sayang....?" menatap Ahyeon dengan bingung.
"Kamu kenapa disini?" tidak mendapat jawaban dari Ahyeon, dirinya mengikuti arah pandang anak itu yang menatap lurus kedepan.
"Itu daddy kamu, kan? Dia kenapa ada disini juga?" tanyanya.
"Mommy?" lirih Ahyeon.
Pandangannya kembali menatap kearah Ahyeon. "Iya sayang, kenapa? Mommy disini." Ya, orang yang berdiri di samping Ahyeon saat ini adalah Jennie.
"Sayang kamu kenapa-" Jennie terdiam, disaat tangannya tidak bisa meraih wajah anaknya.
"Ada apa ini?" lirih Jennie, kembali meraih wajah Ahyeon namun tembus? Jennie menatap gusar ke arah kedua tangannya.