Mereka masih memilih saling diam satu sama lain, masih membiarkan keheningan menemani mereka dan pandangan mereka fokus menatap langit luar. Mereka masih sama-sama sulit untuk merangkai kata setelah 15 tahun berlalu.
Seharusnya seorang yang periang dan cerewet seperti Jennie Kim bisa mencairkan suasana yang tegang dalam sekejap. Namun, Jennie tidak bisa melakukannya jika Kim Jongin berada di dekatnya. Seseorang yang akan membuat dunia nya berhenti dan merasakan ribuan kupu-kupu dihatinya. Namun, itu dulu, sebelum seseorang menggantikan sosok Kim Jongin dihatinya.
"Kau jahat, Jennie." ucap seseorang yang berada disebelah Jennie, membuat Jennie menatapnya dengan sengit.
"Kau sudah ratusan kali mengatakan itu padaku, Kim Jongin!!"
Pria yang bernama Kim Jongin itu tertawa kecil. Banyak hal yang ingin membuatnya memaki, memarahi, atau bahkan menumpahkan seluruh kekesalannya pada wanita berpipi gembil yang berada di sebelahnya itu, namun dia urungkan. Melihat wajahnya dan keadaannya yang terlihat bahagia, membuatnya tidak bisa melakukan itu semua.
"Mianhae..." ucap Jennie membuat Jongin mengernyitkan dahinya lalu tersenyum kecil.
"Kau bahagia?"
Jennie menatap Jongin yang juga menatapnya dengan tatapan teduh, lalu mengangguk.
"Jika begitu jangan meminta maaf padaku, Aku sudah merasa cukup saat melihatmu bahagia, Jennie".
Setelah mendengar perkataan Jongin barusan, mereka memilih untuk diam, membiarkan keheningan kembali menemani mereka menyelami pemikiran masing- masing.
"Jongin-ah, bagaimana kau bisa mengetahui aku berada dirumah sakit?" Jennie bertanya dan memecah keheningan yang sempat terjadi di antara mereka.
Jongin tersenyum mendengar kali ini 'Jennie-nya' memanggilnya dengan sebutan sayangnya. "Imo yang memberitahukannya padaku. Kebetulan aku sedang berada di Korea karena pekerjaan yang appa berikan."
Jennie tersenyum mendengar hal itu, setidaknya ada kemajuan saat Jongin mau memanggil Ibunya dengan sebutan Imo.
Pikiran mereka langsung melayang pada 16 tahun yang lalu. Dimana mereka masih berumur 17 dan 15 tahun. Saat itu ayah dari Jongin baru saja menikah dengan ibu kandung dari Jennie. Jongin sangat marah kepada Ayahnya karna memberikannya Ibu baru. Tidak, Jongin sebenarnya tidak masalah dengan itu. Yang dia masalahkan, kenapa Ibu barunya harus ibu dari Jennie?
°°°
°°°Jongin dan Jennie sudah menjadi tetangga selama 12 tahun di Los Angeles, America Serikat. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, dari balap sepeda, bermain catur, lomba berenang dan masih banyak lagi hal yang mereka lakukan berdua. Apalagi waktu itu Jennie tidak seperti anak perempuan kebanyakan.
Sebelum pernikahan Ayahnya berlangsung dengan ibu dari Jennie. mereka berdua duduk di sebuah ayunan ditaman tempat mereka bermain. Di saat itu, Kim Jongin yang baru saja berusia 17 tahun menggenggam tangan Jennie dalam waktu yang lama dan menatapnya dengan intens membuat Jennie yang saat itu masih sangat polos dan lugu merasakan rona merah yang menghiasi kedua pipi mandu miliknya.
"Jennie, jika aku dewasa nanti, aku akan bekerja keras dan menjadi orang yang sukses agar bisa menikah denganmu sesuai dengan cerita yang baru saja kita baca di buku perpustakaan kota tadi."
Jongin menggenggam tangan Jennie lebih erat dan membawanya kepangkuannya. "Kau... Mau kan menikah denganku?"
Jennie yang saat itu tidak mengerti apa yang Jongin katakan hanya tersenyum dan mengangguk.
