Branching Love

717 114 16
                                    





Seminggu setelah kejadian di kantin di antara Irene dan Jennie, hubungan keduanya kini kian merenggang. Irene cenderung lebih memilih menghindar dan menghabiskan waktunya sendiri. Sementara Jennie, hari-harinya seperti biasa, seperti tidak terjadi apapun sebelumnya.

Seperti saat ini, Irene lebih melilih duduk di pembatas rooftop sendiri. Memejankan matanya sejenak lalu kembali membuka kedua matanya, Irene kembali tenggelam kedalam pikirannya.

Saat sedang asik dengan pikirannya sendiri, Irene sedikit tersentak akibat tepukan pelan di bahunya. Untung saja orang itu memegang kedua bahu Irene hingga dirinya tidak terjatuh ke bawah.

"Astaga Jisoo!" Irene memegangi dadanya, merasa jantungnya berdetak dengan cepat akibat terkejut karena ulah Jisoo. "Kebiasaan banget sih ngangetin, kalau aku jatuh tadi gimana?"

"Maaf-maaf, lagian kamu kenapa duduk di sini? Bahaya tau, kalau jatuh gimana?" Jisoo beranjak menaiki pembantas rooftop, dan memilih untuk duduk di samping Irene.

"Kamu ngapain kesini?"

Jisoo menatap kearah Irene dengan sebelah alis yang terangkat, "Emangnya kenapa? Bukannya ini tempat umum ya, jadi siapapun bebas dong kesini, iyakan?"

Memutar bola matanya malas, Irene lebih memilih mengabaikan Jisoo yang terus saja menatap tanpa henti kearahnya. Tatapan itu seolah menggambarkan rasa kagum Jisoo padanya.

"Dari samping gini aja cantik, gimana kalau aku langsung bertatapan sama wajah kamu." lirih Jisoo.

Menoleh kearah Jisoo, "Mulut kamu manis banget ya, pantes aja perempuan di luar sana banyak yang kemakan sama omongan kamu yang penuh sama kebohongan itu." ucap Irene membuat Jisoo terkekeh kecil.

"Termasuk kamu?"

Mengalihkan tatapannya kearah lain, Irene berdeham pelan. "Gimana bisa aku jatuh cinta sama orang yang jelas-jelas udah punya pacar, dan pacarnya itu sahabat aku sendiri lagi."

"Namanya juga perasaan, siapa sih yang bisa ngaturnya." Jisoo memandang lurus kedepan dengan kaki yang di biarkan menjuntai kebawah.

"Kamu benar, perasaan emang nggak bisa di atur, tapi perasaan bisa di kendaliin." ucap Irene.

"Kalau kamu pikir aku sama seperti kamu sama Jennie, kamu salah besar. Aku nggak pernah bisa untuk jalin hubungan sana sini sama orang yang udah punya pasangan." tambahnya.

Jisoo menatap bingung kearah Irene, kenapa tiba tiba Irene mengatakan hal seperti itu? Padahal Jisoo tidak pernah sekalipun menyinggung hal yang berkaitan dengan perasaanya pada wanita itu.

"Aku nggak pernah minta kamu untuk jadi pasangan aku, kenapa kamu ngomong gitu? Kamu berharap ya jadi pacarku?"

Irene terdiam, merutuki kebodohannya yang berbicara asal. Benar, Jisoo tidak mengatakan apapun hal yang berkaitan dengan apa yang baru saja dirinya katakan tadi.

"Berisik banget sih dari tadi, siapa juga yang ngarep jadi pacar kamu. Daripada sama kamu aku lebih milih sama Wendy."

Jisoo mengangguk pelan. "Kamu benar, aku bisa aja bersaing sama orang yang suka kamu di luar sana. Tapi aku nggak akan pernah menang untuk orang yang kamu cintai."

"Maksud kamu?"

"Nggak, lupain aja." ucap Jisoo. "Kamu kenapa di sini sendiri? Kenapa nggak gabung sama yang lain, akhir-akhir ini juga aku jarang liat kamu kumpul sama Jennie, Joy, Jihyo, Rose, kamu lagi ada masalah sama mereka?"

"Aku nggak ada masalah apapun sama mereka, aku cuma lagi pengen sendiri aja."

"Masa sih? Aku dengar dari anak-anak, kamu sama Jennie sempat ribut minggu kemarin, kenapa? Jennie ngapain kamu?"

OS/MS JENSOO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang