Doldam International High School

826 144 23
                                    








Hari ini, Jisoo mengajak Jennie berjalan-jalan di sekitar sungai Han. Mereka berjalan beriringan dengan tangan Jisoo yang menggenggam tangan mungil milik Jennie.

"Jennie, apa kau lelah?" Jisoo bertanya, sedikit menunduk untuk menatap wajah Jennie yang kini mendongak menatap kearahnya.

"Tidak." jawab Jennie. "Apa kau yang merasa lelah karena terus berjalan sedari tadi?"

Jisoo menggigit pipi bagian dalamnya dan menggaruk sebelah pipinya dengan tangan kanan yang tidak menggenggam tangan Jennie.

Jennie terkekeh melihat ekspresi Jisoo yang menurutnya sangat imut. Jennie lalu manarik tangan Jisoo menuju ke salah satu bangku di pelataran sungai Han.

"Ayo duduk di sana dulu."

Jisoo hanya menurut dan mengikuti langkah Jennie. Saat Jennie ingin melepas genggaman tangan mereka Jisoo menahannya, dan menampilkan senyumnya menatap Jennie.

"Biarkan seperti ini, disini sangat dingin." ucap Jisoo membuat Jennie menyergit.

Tidak ingin memperpanjang, Jennie lebih memilih menatap lurus kedepan memandang aliran sungai Han. Sementara Jisoo kini fokusnya hanya menatap wajah Jennie, ntah kenapa saat berada di dekat Jennie, Jisoo selalu merasakan jantungnya yang bergemuruh serta dirinya yang tidak dapat menahan senyumnya.

"Jisoo."

"Nde?"

"Boleh aku bertanya?" Jennie mengalihkan tatapan pada Jisoo.

Jisoo menganggukkan kepalanya dan tersenyum lembut menatap Jennie. "Tentu saja." Sebelah tangan Jisoo terangkat merapikan helaian rambut Jennie yang di terpa oleh angin.

"Menurutmu, apakah dongeng Cinderella itu bisa menjadi nyata?"

Jisoo memilih diam sebentar, menatap dalam manik mata kucing milik Jennie yang menjadi favoritnya.

"Kenapa tidak? Semua bisa saja menjadi nyata tidak ada yang tidak mungkin, Jennie."

"Semua hal bisa saja berubah karena cinta, dan aku rasa sudah banyak kejadian si kaya dan si miskin yang menyatu karena cinta."

Jennie sedikit terkekeh mendengar jawaban Jisoo. "Wae?" Jisoo menatap bingung kearah Jennie.

"Tidak, hanya saja. Itu terlalu mustahil Jisoo, tidak ada hal sesimpel itu dalam kehidupan."

"Sudah, jangan terlalu di pikirkan. Aku hanya bertanya secara acak." ucap Jennie menatap tersenyum kearah Jisoo yang masih tampak menatap bingung kearahnya.

"Jennie, tunggu disini sebentar. Jangan kemana mana, arra." Jisoo lalu beranjak berjalan menjauh dari Jennie setelah mendapat anggukan dari Jennie.

Sekitar lima menit, Jisoo kembali dengan dua cup eskrim yang berada di tangannya. Jisoo kembali duduk dan menyodorkan eksrim tersebut ke hadapan Jennie.

"Ambilah."

"Gomawo." Jennie menerima eskrim tersebut dengan gummy smile yang tercetak jelas di wajahnya.

"Nde, habiskan eskrimnya, jika kurang akan kubelikan lagi." ucap Jisoo, dan mendapat anggukkan dari Jennie yang mulai menikmati eksrimnya.

Jisoo terus memperhatikan Jennie yang kini tampak asik dengan eksrimnya. Tampak gadis itu merasa senang sekarang.

"Jennie." panggil Jisoo, membuat Jennie menoleh kearahnya dengan mengangkat sebelah alisnya seolah sedang bertanya 'apa?'

"Kau persis seperti anak kecil, makan eskrim saja sampai belepotan seperti ini." Jisoo memajukan wajahnya sehingga bibirnya menyentuh ujung bibir milik Jennie.

OS/MS JENSOO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang