Beautifull Goodbye

935 115 9
                                    






Hari ini, tepat 32 minggu Jennie mengandung janin di dalam kandungannya. Namun seiring dengan itu, dunianya perlahan hancur, hal yang Jennie takutkan sedari dulu perlahan harus dirinya hadapi sekarang.

"Sudah berapa minggu usia kandunganmu saat ini, Jennie?"

Pertanyaan dari suara tersebut merupakan mimpi buruk bagi Jennie, bukan tidak mungkin jika wanita itu akhirnya menangih janjinya yang dahulu.

"Sudah 32 minggu, imo." cicit Jennie.

Wanita tersebut menganggukkan kepalanya lalu melemparkan sebuah lembaran berisikan surat penjanjian tepat di hadapan Jennie.

"Kau tidak melupakannya, bukan? Segera tepati janjimu saat anak itu lahir." Wanita tersebut lalu beranjak pergi meninggalkan Jennie.

Air mata Jennie mengalir membahasi pipinya tanpa di minta, Jennie benar-benar melupakan soal perjanjian itu. Perlahan tangan Jennie mengusap perutnya yang sudah tampak besar.

Dirinya sungguh tidak tega membayangkan jika nanti anaknya lahir tanpa seorang ayah. Jennie harus bagaimana sekarang?


☘️☘️☘️☘️

"Darimana? Kau membuatku khawatir sayang, keluar tanpa memberi kabar." Jisoo menarik Jennie kedalam pelukannya begitu Jennie sampai di rumah.

Jisoo sungguh khawatir dengan Jennie karena pergi keluar rumah tanpa memberitaunya di tambah lagi kini Jennie tengah hamil besar.

Jennie memberikan senyum tipisnya begitu Jisoo melepaskan pelukannya. Untuk menenangkan suaminya yang sedang khawatir.

"Mianhae, aku telah membuatmu khawatir."

"Lain kali, jika ingin keluar kabari aku, nee?" Jisoo mendapat anggukan dari Jennie atas perkataannya.

Perlahan Jisoo memajukan wajahnya, mencium pancak kepala dan bibir Jennie singkat, lalu turun beralih pada perut besar milik Jennie. Setelah memberikan beberapa ciuman, Jisoo lalu menempelkan telinganya pada perut Jennie.

"Anak daddy sedang apa sekarang?" tanya Jisoo, di iringi dengan kekehan bahagianya, karena sebentar lagi, dirinya akan resmi menjadi seorang ayah.

"Anak daddy baik-baik ya didalam sana, jangan  nakal dan jangan membuat mommymu repot, arra? Sebentar lagi kita akan bertemu sayang, daddy tidak sabar untuk bermain bersamamu." Jisoo kembali memberikan kecupan ringan pada perut Jennie.

Sementara Jennie kini tertawa sedih, dirinya tidak kuasa menahan air mata yang tiba-tiba saja mengalir turun tanpa di minta.

Ntah kenapa, hatinya terasa sakit saat bayangan dirinya harus rela kehilangan sosok Jisoo dalam kehidupannya. Jennie belum siap, mungkin tidak akan pernah ada kata siap dalam kehilangan Jisoonya.

"Sayang? Kau menangis?" tanya Jisoo saat melihat air mata Jennie yang kini sudah membasahi kedua pipi mandu milik istrinya itu.

Jisoo berdiri mensejajarkan tinggi badannya dengan Jennie. Kembali menatap khawatir kearah Jennie, takut terjadi suatu hal buruk kepada istrinya itu.

"Kenapa? Apa ada hal yang menggangu pikiranmu?" Kedua ibu jari milik Jisoo kini telah bertengger di pipi Jennie, guna menghapus air mata istrinya.

Jennie menggeleng pelan, kemudian berusaha tersenyum di hadapan Jisoo, agar suaminya itu tidak khawatir.

"Tidak, hanya saja aku sedikit emosional akhir-akhir ini."

"Syukurlah, aku kira ada hal yang menggangu pikiranmu." Jisoo kembali menarik Jennie kedalam pelukannya.

OS/MS JENSOO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang