Yang seiman aja sulit, apa lagi yang nggakJennie mendongak saat melihat sebotol minuman disodorkan di hadapannya. Begitu melihat siapa orang tersebut, senyum gummy miliknya terbit.
Jennie segera mengambil minuman tersebut dan meminumnya, sebelumnya, tutup botol minuman tersebut telah di buka sehingga memudahkannya untuk minum.
"Thanks, Ji."
Jisoo hanya mengangguk, lalu memilih duduk disamping Jennie. Keduanya kini tengah berada di taman kota, setelah menghabiskan waktu berdua seharian ini.
"Kamu yakin mau nganter aku pulang?"
"Kenapa? Bukannya biasanya juga gitu?"
Jennie menghela nafas pelan. "Hari ini ayah ada di rumah. Aku nggak mau nanti kamu malah di cecar sama pertanyaannya ayah." ucap Jennie.
"Tenang aja, kita kan cuma temen."
"Jisoo ihh.... Aku serius!"
Tangan Jisoo terangkat mengusap pelan rambut Jennie, matanya menatap dalam kedua mata kucing milik Jennie yang kini juga menatapnya.
"Nggak papa, kalau ayah kamu nanya. Aku tinggal jawab." balas Jisoo.
"Kamu tuh di bilangin ngeyel, ayah itu ribet orangnya. Nggak kaya bunda." ucap Jennie.
"Iya, aku bakalan hadepin, orang tadi kamu perginya sama aku. Masa sekarang mau pulang kamu sendiri, bisa-bisa aku di omelin bunda kamu nanti."
"Tapi-"
"Aku bakalan pastiin ayah kamu nggak bakalan tau hubungan kita kalau emang itu yang kamu takutin. Orang bunda kamu aja taunya kita cuma sebatas teman." ucap Jisoo.
Jennie menghela nafas pelan. "Terserah deh."
Jisoo terkekeh pelan mendengarnya, sudah biasa menghadapi sifat Jennie yang seperti saat ini.
"Ayo pulang." ajak Jennie.
Jisoo melihat jam yang melingkar di tangannya.
"Bentar lagi azan, kamu nggak mau sholat dulu? Nanti takutnya nggak kekejar waktunya."
Jennie menghela nafas pelan, menatap Jisoo dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Bisa nanti."
"Sholat nggak boleh di tunda-tunda. Bukannya itu udah jadi kewajiban umat muslim?"
"Aku bilang nanti ya nan-"
Jisoo berdiri, meraih tangan Jennie untuk di genggammya. "Udah ayo, kita cari masjid terdekat, aku temenin. Nanti kalau bunda atau ayah kamu tau kamu nggak sholat pas jalan bareng sama aku, restu mereka makin sulit dong." kekeh Jisoo.
Setelah sampai di mesjid terdekat, Jisoo mendorong bahu Jennie pelan agar segera memasuki mesjid tersebut.
"Masuk gih."
"Aku kedalam dulu, ya?"
Jisoo mengangguk. "Iya, aku tunggu disini."
Jisoo memilih duduk di pinggiran tangga mesjid menunggu Jennie hingga selesai melaksanakan kewajibannya.
"Mas."
Jisoo mendongak saat mendengar seseorang memanggilnya dirinya.
"Iya, bapak ngomong sama saya?" Jisoo menunjuk dirinya sendiri.
Pria paruh baya tersebut mengangguk. "Nggak masuk mas, sholat? Raka'at pertama udah mau mulai." ucapnya.
Jisoo balas tersenyum, lalu tangannya beralih mengeluarkan kalung berbentuk salib yang melingkar di lehernya. Pria paruh baya tersebut lalu mengangguk.