Kim Jisoo, pria yang sudah berusia 28 tahun itu masih sibuk bergelut dengan berkas-berkas ditangannya. Mengabaikan jam yang sudah menunjukan pukul 13.00 kst, melewatkan jam makan siangnya. Ah tidak, bahkan pria itu melewatkan sarapan paginya yang sudah siap di meja makan sejak pukul 6 pagi tadi.
Terlalu fokus pada lembaran kertas yang berserakan di atas meja kerjanya. Jisoo tidak menyadari kehadiran seseorang yang sedang berdiri diambang pintu.
"Ternyata kamu bukan hanya lupa pada eomma, tapi ternyata kamu juga lupa tentang hari, Jisoo."
"Eomma?" Jisoo terkejut saat melihat Yoona, eommanya berada di apartment miliknya.
"Ini hati minggu Ji, dan kamu lebih perduli pada kertas mati itu daripada eomma?"
Perempuan yang sudah berumur hampir setengah abad itu, berjalan memasuki ruang kerja Jisoo dan memilih duduk di sofa dekat dengan jendela.
"Eomma seharusnya istirahat, kenapa tidak menelpon Jisoo saja untuk datang kerumah." Jisoo berdiri dari duduknya, menghampiri sang eomma yang sedang menatapnya.
"Apa kamu masih ingat jalan untuk pulang kerumah? Eomma kesepian Jisoo, kamu jika tidak pulang ke apartemen pasti menginap di kantor."
"Mianhae. Beberapa hari ini pekerjaan di kantor Jisoo sedang menumpuk, eomma." Jisoo memeluk Yoona dengan erat.
"Ck, alasan. Kamu adalah atasannya Jisoo, pemilik perusahaan. Paling tidak suruh sekretarismu untuk mengambil bagianmu."
"Eomma..."
"Kalau tidak ingin eomma ganggu, cepat-cepat bawa calon agar kamu bisa memberikan cucu untuk teman main, eomma."
"Tidak semudah itu eomma." Jisoo menghela nafasnya, saat mendengar permintaan yang selalu Yoona lontarkan perihal cucu dan calon menantu. Tapi memilih atau menikahi seseorang paling tidak harus didasari oleh cinta, dan Jisoo belum menemukan cintanya.
"Kalau begitu, eomma saja yang mencarikanmu pendamping. Eomma paham seleramu seperti apa, dan eomma jamin kau akan menyukainya." Yonna tidak pernah menyerah untuk memperkenalkan pilihannya pada sang anak meskipun selalu mendapat penolakan.
"Jisoo bisa cari sendiri."
"Dari dulu kamu selalu berbicara seperti, cukup temui dia. Pilihan eomma dari dulu tidak pernah berubah, dia gadis baik dan eomma yakin dia bisa mengurus keluarga kalian nantinya."
"Berikan Jisoo waktu, dan Jisoo pasti akan membawa pilihan Jisoo sendiri, eomma."
"Baiklah, eomma tidak masalah, satu bulan lagi eomma mau kamu membawa gadis pilihanmu itu. Jika tidak, pilihan eomma adalah jawaban mutlak." ucap Yoona beranjak dari duduknya meninggalkan Jisoo yang semakin pusing dengan permintaan Yoona, eommanya.
☘️🍀☘️🍀☘️🍀
Sudah satu minggu sejak pertemuan Jisoo dengan Yoona. Jisoo sama sekali belum menemukan gadis mana yang harus dia kenalkan pada sang eomma.
"Ya... Ada apa dengan wajahmu, kenapa kusut sekali?" tanya Seulgi, sahabat Jisoo sejak menempuh pendidikan di bangku sekolah menengah.
"Pusing memikirkan hidup."
Seulgi yang mendengar penuturan dari Jisoo tertawa begitu keras, membuat pengunjung cafe di tempat mereka bertemu menatap keduanya dengan tatapan tidak suka.
"Seorang Kim Jisoo, pusing memikirkan hidup? Come on man, hidup seperti apa lagi yang ingin kau raih?" tanya Seulgi. "Kau ingin bermalas malasan satu tahun di rumah pun hartamu tidak akan habis."