Seorang pria duduk bersandar di sebuah nisan dan menatap kosong kearah langit biru yang mulai mendung, pertanda akan turun hujan sebentar lagi. Cuaca hari ini benar-benar mendukung suasana hatinya yang tengah dilanda rasa sedih dan sepi.
"Bahkan alam pun mengerti tentang keadaanku yang tidak baik-baik saja tanpa kamu di samping ku." ucapnya.
Mengehela nafas lelah, "Apa kamu tidak ingin kembali kepadaku?" lirihnya, menatap kearah nisan yang penuh dengan bunga mawar biru pemberiannya.
Hujan rintik mulai turun membasahi bumi, namun pria itu sepertinya enggan untuk pergi meninggalkan area pemakaman tersebut.
"Tuan muda, sepertinya kita harus segera kembali. Hujan sudah mulai turun deras." ucapnya sembari memanyungi pria yang dipanggilnya tuan muda tersebut.
Tidak mendapat respon, dirinya kembali bersuara. "Tuan muda, anda bisa jatuh sakit jika anda memutuskan untuk tetap disini. Sebaiknya kita kembali dan saya berjanji bahwa besok saya akan menemani tuan kembali kesini lagi."
"Kekasihku akan kesepian jika aku meninggalkan dia sendiri disini. Dia juga pasti akan kedinginan karena hujan, jadi biarkan aku menemaninya saat ini."
"Tapi tuan-"
"Seulgi."
Mengehela nafas pelan, "Baiklah tuan, saya akan menemani tuan disini." ucap pria yang bernama Seulgi tersebut.
Matanya tidak pernah lepas dari pergerakan yang dilakukan oleh tuannya, serta tangannya yang dengan setia memanyungi tuannya agar tidak basah akibat hujan yang mengguyur semakin deras.
"Sampai kapan tuan Jisoo akan terpuruk seperti ini? Bahkan ini adalah tahun kelima setelah kematian mendiang nona Jane." batin Seulgi menatap sendu kearah Jisoo yang kini memeluk nisan mendiang kekasihnya.
_
Sekitar satu jam berlalu, akhirnya Seulgi berhasil membujuk Jisoo agar mau kembali kerumah. Kini keduanya sudah sampai di parkiran. Seulgi membuka pintu belakang mobil untuk Jisoo.
"Seul."
"Ya, tuan?"
"Sepertinya ponselku tertinggal, aku harus mengambilnya."
Saat melihat Jisoo hendak turun, Seulgi lebih dulu menahannya. "Biar saya saja tuan."
"Tapi-"
"Maaf menyela. Tapi wajah tuan sudah terlihat sangat pucat, tuan juga tampak kedinginan. Jadi biarkan saya saja yang mengambilnya, hanya sebentar tuan." ucap Seulgi.
Setelah mendapat anggukan dari Jisoo, Seulgi menutup pintu mobil lalu segera berjalan kembali kearah area pemakaman untuk mengambil kembali ponsel milik Jisoo yang tertinggal.
Jisoo menyenderkan bahunya pada sandaran kursi mobil, memejamkan matanya sembari sebelah tangan terangkat memijat pangkal hidungnya saat merasakan kepalanya yang berdenyut sakit.
"Kenapa dia lama sekali?"
Jisoo membuka matanya dan menatap kearah pintu masuk area pemakaman yang belum juga menampilkan sosok Seulgi. Saat Jisoo menoleh kearah lain, kedua matanya menyipit sedetik kemudian membola.
Dengan cepat Jisoo membuka pintu mobil dan berlari kearah objek yang membuatnya terkejut.
"Kenapa hujan gini sih, jadi basahkan!" gerutunya. "Mana di area pemakaman lagi!"
Wanita itu tampak mengibas-ngibaskan tangannya pada lengan bajunya yang basah akibat terkena hujan.
"Ini Joy kemana sih! Di telpon-telpon juga nggak ngangkat. Awas aja ya dia nanti!"