Joy mengikuti langkah kaki Irene yang berjalan di depannya, keduanya kini berjalan menuju kearah area belakang sekolah. Tanpa merasa curiga sedikitpun, Joy terus saja melangkah.
Sesampainya mereka di area belakang sekolah, tepatnya di depan pintu gudang yang memang jarang sekali murid lain masuki, Joy di buat bingung. Melihat reaksi Joy yang bingung, Irene membuka suaranya.
"Aku mau kamu bantuin aku."
Joy semakin di buat bingung. "Bantu gimana?"
Melirik kearah pintu gudang sebentar, Irene kembali menatap kearah Joy. "Bantuin aku supaya bisa buat hubungan Jennie sama Jisoo berakhir." Irene berucap dengan wajah tanpa ekspresinya membuat Joy memelototkan kedua matanya, kaget.
"Kamu gila?" tanya Joy "Aku tau kamu suka sama Jisoo, tapi kamu juga harus mikir dong. Jisoo itu udah punya pacar, pacarnya itu Jennie, sahabat kamu, sahabat kita. Ya kali sekarang kamu minta bantuan keaku buat bikin hubungan Jennie sama Jisoo berakhir."
"Aku juga tau pesona Jisoo itu beuhhh... Banget, idaman hampir seluruh kaum hawa, aku juga suka banget sih sama Jisoo pengen juga ngambil Jisoo dari Jennie. Tapi aku nggak sampai setega itu. Jadi mendingan kamu cari laki-laki lain aja deh, efek kelamaan jomblo ini pasti. Gimana kalau aku bantu cariin kamu pacar deh, oke?"
"Udah?"
"Hah? Apa, udah? Udah apa?" tanya Joy dengan raut wajah bingungnya.
"Aku serius Joy, diantara yang lainnya cuma kamu yang bisa aku percaya buat bantu aku bikin hubungan Jennie sama Jisoo berakhir."
Kedua tangan milik Joy terangkat memegang kepalanya, memutarnya pelan. "Aduh... Rene jangan nempatin aku di posisi yang sulit dong. Nggak mungkin tau aku bantu kamu, terus buat Jennie sengsara, lagian hubungan mereka baik baik aja. Mereka juga udah pada insyaf dari kelakuan bejat mereka yang sama sama suka selingkuh. Jadi mending ya jangan di ganggu lagi." Joy masih mencoba memberi pengertian untuk Irene.
"Rene, ngomong dong. Bilang, iya Joy nggak jadi, aku ikutin saran kamu aja, kamu bantuin aku buat cari pacar ya? Oh oke Rene. Beres deh." Joy bermonolog sendiri dan di balas tatapan super datar dari Irene yang semakin membuat Joy merasa frustasi.
"Rene-"
"Aku mau mereka putus dan aku mau kamu bantuin aku!" tegas Irene.
"Gila kamu! Gila! Aku nggak mau, minta tolong aja sana sama Rose atau nggak Jihyo. Pokoknya jangan sama aku, kalau mau minta tolong yang lain boleh deh, asal jangan yang ini." Joy berniat pergi meninggalkan Irene sebelum suara Irene kembali menghentikan langkahnya.
"Jennie selingkuh." ucapnya. "Lagi."
Joy berbalik dan menatap tidak percaya kearah Irene, "Kamu bilang apa tadi?"
"Jennie nggak pernah setia sama Jisoo, perjanjian yang dia buat sendiri itu cuma omong kosong aja dan nggak akan pernah bisa dia sanggupi, karena pada dasarnya Jennie emang murahan." ucapan dari Irene membuat Joy kaget.
Memilih diam selama beberapa menit, keduanya kini kembali membuka suara. "Rene, please deh, kalau kamu emang kepengen banget Jisoo jadi pacar kamu. Kamu nggak perlu pakai cara gini sampai ngejelek-jelekin Jennie. Aku juga tau Jennie itu emang player, tapi... Tapi dia itu tipe orang yang megang omongannya banget, Rene."
"Okey, mungkin kamu nggak percaya sama aku. Tapi, apa kamu masih nggak akan percaya sama aku setelah lihat itu...?" Irene menunjuk kearah yang berlawanan dengan Joy menggunakan dagunya.
Joy menoleh kearah yang di tunjuk oleh Irene dan mendapati Jennie yang berjalan kearah gudang. "Itu Jennie kan? Kenapa dia kesini?"
"Ehhh....?"