BUKAN JODOHKU

1K 20 0
                                    

       Dave sengaja berlama-lama di kamar mandi. Ia ingin tahu apa yang akan di lakukan Keinara kalau dia tidak keluar.

     Kesabaran Keinara sepertinya sudah habis, ia mengetuk pintu kamar mandi berulang kali membuat Dave menutup telinganya sambil terkekeh.

    "Pasti, Keinara sekarang kesalnya sudah sampai di ubun-ubun. Aku akan membuatnya semakin kesal." gumam Dave membayangkan bagaimana raut wajah Keinara kalau sedang kesal. Seolah dia sudah melupakan permasalahan mereka semalam.

     "Dave, buka pintunya aku mau mandi." teriak Keinara dari luar.

     Teriakan dan ketukan pintu yang berulang kali terdengar sampai di lantai satu. Nenek Nina naik ke lantai dua untuk menegur kedua pasangan itu.

     Tok! tok! tok!

     Keinara menghentikan teriakannya karena mendengar suara ketukan pintu dari luar. Dengan tubuh yang hanya di tutupi handuk. Keinara melangkah membuka pintu.

    Keinara memperlihatkan wajah malunya kepada Nenek Nina. Ia tidak ingin Nenek Nina berpikir yang tidak-tidak tentang dirinya yang hanya memakai handuk.

    "Eh, Nek ada apa?" tanya Keinara tersenyum kikuk.

    "Keinara kenapa kamu berteriak? Apa yang sudah Dave lakukan? Teriakkanmu terdengar sampai keluar. Lain kali jangan begitu ya, sebagai istri bersikaplah lembut kepada suamimu." ucap Nenek Nina menegur mengingatkan Keinara.

    "Maaf, Nek. Keinara hanya kesal saja. Dave sengaja berlama-lama di kamar mandi agar aku terlambat sampai di kantor. Pagi ini, Keinara ada meeting penting, Nek dan waktunya tinggal dua puluh menit lagi, Dave gak keluar juga!" ucap Keinara mengungkapkan kekesalannya.

     "Kamu bisa pakai kamar mandi di kamar, Nenek. Dave memang suka seperti itu, kamu harus sabar menghadapinya. Nanti Nenek akan menasehati Dave." ucap Nenek Nina menawarkan solusi.

     "Serius, Nek. Keinara bisa pakai kamar mandi, Nenek?" tanya Keinara dengan wajah berbinar.

    "Ya, boleh sayang. Setelah pernikahan kalian di sahkan, apa yang ada di rumah ini kamu berhak menggunakannya karena ini rumahmu juga, cepat sana mandi." ucap Nenek Nina menyuruh segera ke kamar mandi miliknya.

     Dave menghentikan tawanya karena tidak mendengar ketukan pintu dan teriakan Keinara lagi. Ia pun pelan-pelan membuka pintu kamar mandi. Dave tidak melihat siapa-siapa di kamarnya.

     "Hahaha... Dia pasti pergi ke kantornya tanpa mandi." ucap Dave tertawa senang.

    Dave memakai pakaian kerjanya, setelah semuanya selesai, ia hendak turun melakukan rutinitasnya sebelum berangkat ke kantor yaitu sarapan pagi bersama Neneknya.

    Keinara baru saja keluar dari kamar Nenek Nina. Ia juga sudah lengkap dengan pakaian kerjanya, tinggal wajahnya saja yang belum dipoles. Keinara berlari ke lantai atas untuk memoles wajannya. Padahal tanpa riasan pun wajahnya terlihat cantik.

     Kemudian dia turun lagi menghampiri Nenek Nina untuk pamitan, Dave melihatnya heran.

    "Jadi, dia belum berangkat ke kantor? Terus tadi dia kemana?" batin Dave bertanya-tanya.

    "Nek, Keinara berangkat dulu ya?" pamit Keinara tergesa sambil mencium punggung tangan Nenek Nina.

   "Lho, sarapan dulu sayang." jawab Nenek Nina sambil mengelus pelan bahu Keinara.

    "Tidak sempat lagi, Nek. Keinara harus sampai di kantor 15 menit lagi. Maaf sekali lagi ya, Nek." ucap Keinara melambaikan tangannya ke arah Nenek Nina.

    "Kalau begitu tunggu sebentar, Nenek akan buatkan bekal untukmu, kamu harus sarapan. Lagi pula terlambat sedikit tidak akan jadi masalah, bukannya kamu bekerja di perusahaanmu sendiri." ucap Nenek Nina sambil menyiapkan bekal untuk Keinara.

    "Keinara tidak biasa terlambat, Nek. Kalau atasannya tidak di siplin waktu bagaimana nanti dengan karyawannya, Nek? Ya sudah, Keinara pamit dulu ya, Nek. Terima kasih untuk bekal sarapannya." ucap Keinara meninggalkan ruang makan tanpa permisi kepada Dave.

    "Eh, Keinara ada yang kelupaan." teriak Nenek Nina.

    "Apa, Nek." jawab Keinara membalikkan badannya melihat apa yang sudah dia lupa bawa.

    "Kamu belum permisi kepada suamimu sayang. Ayo dong salam tangan suamimu." ucap Nenek Nina mengingatkan.

    "Hemm... Lain kali saja ya, Nek. Keinara buru-buru." ucap Keinara bergegas pergi meninggalkan Dave sendirian di meja makan.

    Dave mengangkat bahunya tidak perlu ambil pusing. Mau Keinara permisi atau tidak kepadanya, ia tidak akan peduli.

   "Dave kamu harus bersikap baik kepada istrimu. Lupakan kebiasaan burukmu saat kamu masih lajang, kamu harus mau berbagi kamar mandi dengan istrimu. Karena bagaimanapun, Keinara itu istrimu dan sudah menjadi tanggung jawabmu." ucap Nenek Nina memperingatkan.

    "Nenek tahu sendiri bukan, kalau pernikahan kami ini hanya untuk merubah status saja. Dave dan Keinara tidak mungkin bisa bertahan lama. Api dan api dipersatukan akan menjadi api besar. Keinara itu bukanlah jodohnya Dave, Nek. Dave memiliki emosi yang tinggi, Keinara juga seperti itu. Kalau di dalam rumah tangga itu tidak ada air yang memadamkan api, maka rumah tangga itu akan hancur sehancur-hancurnya." ucap Dave menjelaskan bagaimana hubungan dia dengan istrinya yang sebenarnya.

      "Apa yang kamu katakan memang benar, Dave. Diantara kalian itu hanya perlu ada satu yang mengalah. Tadi kamu mengatakan kalau, Keinara bukanlah jodohmu. kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu? Emang siapa yang akan menjadi jodohmu?" tanya Nenek Nina lagi.

    "Seharusnya yang menjadi jodoh, Dave itu adalah Jovanka, Nek. Tapi sampai detik ini, Dave belum menemukan keberadaan Jovanka. Kota yang menjadi tempat terakhirnya juga sudah, Dave cari. Tapi kata tetangganya, mereka sudah pindah lagi, tidak tahu ke kota mana." ucap Dave menghentikan aktivitas makannya menerka-nerka seperti apa wajah Jovanka sekarang.

    "Maksud kamu Jovanka sahabat kamu itu? Oh tidak, Dave! Kamu jangan berpikiran untuk menceraikan Keinara, kamu tahu Nenek paling tidak suka dengan namanya perceraian. Dan kamu juga tidak menyukai perselingkuhan. Kenapa sekarang kamu malah berpikir kalau jodohmu itu adalah, Jovanka padahal kamu sendiri sudah menikah. Jangan pernah berpikir untuk mengubah komitmen yang sudah pernah kamu buat, Dave." ucap Nenek Nina mengingatkan.

    "Maaf sekali, Nek. Sepertinya Dave akan melanggar komitmen itu. Dave berangkat dulu ya, Nek." pamit Dave sambil mencium punggung tangan Nenek Nina.

    Dave memang Ceo di perusahaan Salendra Corp. Tetapi yang paling berhak di perusahaan itu adalah Nenek Nina. Ia yang mengembalikan Salendra Corp kembali jaya setelah hampir bangkrut di tangan anaknya yang bernama James Arthur Salendra.

     

TAWANAN CEO KEJAM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang