KETETAPAN TAKDIR

558 8 0
                                    

     Keinara membuka matanya dan melihat ke sampingnya, ia sudah tidak melihat Dave lagi.

     "Hufh! Syukurlah bayangan itu sudah tidak muncul lagi. Pokoknya aku harus bisa menyingkirkan, Dave dari pikiranku." batin Keinara membuang napasnya dengan kasar.

    "Jonathan pasti sangat membutuhkanku di kantor, sebaiknya aku menyuruh dia menjemputku di apartemen. Aku juga bosan jika harus berdiam diri di sini, lebih baik aku menyibukkan diri di kantor." gumam Keinara, ia mengambil ponselnya mengirim pesan kepada Jonathan.

     Sepuluh menit kemudian Dave keluar dari apartemennya. Menekan tombol lift untuk mengantarkannya ke lobby, ia menunggu Alpha di sofa yang disediakan.

     Dave mengerutkan keningnya melihat laki-laki yang dia kenal baru saja menjatuhkan bokongnya di sofa yang tidak jauh dari dirinya duduk saat ini.

     "Itu Jonathan asisten pribadinya, Keinara ngapain di sini?" tanya Dave dalam hatinya menautkan kedua alisnya.

    Dave bergegas bangkit berdiri dari duduknya berjalan melangkah keluar dari apartemennya karena Alpha sudah sampai di depan. Keinara baru keluar dari lift, ia selalu menganggap dirinya berhalusinasi setiap kali melihat bayangan yang menyerupai Dave.

    "Apa-apaan sih aku ini, selalu saja melihat bayangan Dave. Dia bukan tidak ada di sini?" batin Keinara dalam hati.

    Semakin ia berusaha untuk menghilangkan Dave dari pikirannya, pikirannya malah semakin di penuhi dengan bayangan wajah Dave.

     Jonathan melemparkan senyum saat melihat Keinara keluar dari lift apartemen.

    "Selamat pagi Keinara. Kamu sudah terlihat sehat, kita berangkat sekarang atau kamu mau kita sarapan dulu? Kamu pasti belum sarapankan?" tanya Jonathan tersenyum memberikan usulan.

     "Kita langsung ke kantor saja, saya mau sarapan di sana." jawab Keinara datar.

   Perubahan sikap Keinara membuat Jonathan bertanya-tanya  dalam hatinya.

    "Setelah pulang dari rumah sakit, kenapa sikap Keinara jadi berubah. Ia jadi jutek dan itu bukanlah sifat aslinya." batin Jonathan menaikkan kedua alisnya.

    "Jonathan, kenapa kamu berdiri saja di situ? Ayo kita berangkat sekarang." ucap Keinara mengajak, ia pun bergegas melangkah keluar dari lobby apartemennya.

     "Iya, ayo." jawab Jonathan berjalan di belakang Keinara. Keinara masuk ke dalam mobil dan duduk di jok samping kemudi.

    Di dalam mobil Keinara hanya diam, ia melemparkan pandangannya keluar memperhatikan berbagai jenis kendaraan yang sedang lalu lalang memadati jalanan ibukota Jakarta. Jonathan membiarkan Keinara, ia sama sekali tidak mau mengajak Keinara bicara karena ia takut salah bicara.

    "Lebih baik aku diam saja, sepertinya mood Keinara sedang tidak baik-baik saja pagi ini. Dari pada nanti aku salah bicara, terus dia tidak mau menanggapi aku." batin Jonathan sesekali ia melirik ke samping melihat Keinara.

    Tidak membutuhkan waktu lama, Jonathan dan Keinara sudah sampai di kantor Lexie Group. Jonathan menurunkan Keinara di depan lobby kantor, dan memarkirkan mobilnya di halaman parkir karyawan.

     Keinara tidak menunggu Jonathan, ia duluan masuk ke dalam lift khusus Ceo. Yang ia butuhkan saat ini bersandar di kursi kerjanya sambil memijit pelipisnya yang ia rasakan sedikit pusing.

     "Huh! Kenapa aku tidak bisa menghilangkan wajah Dave dari pikiranku? Aku tidak ingin ia muncul di pikiranku lagi, tapi bagaimana caranya? Status kami masih sah menjadi suami istri, setiap hari kami pasti akan bertemu. Atau aku mundur saja menjadi istri Dave? Jika nanti aku hamil anaknya, Dave. Aku sendiri yang akan membesarkan anaknya." gumam Keinara pandangannya menyapu sudut ruangan kerja yang baru ia kunjungi lagi.

     Jonathan sudah berada di ruangannya, ia mengambil berkas untuk diberikan kepada Keinara.

    Tok! tok! tok!

    Jonathan mengetuk pintu ruangan Keinara.
   "Masuk." jawab Keinara dari dalam ruangan kerjanya.

   Jonathan masuk membawa beberapa berkas dokumen di tangannya.

    "Bu Keinara, ini berkas yang harus Ibu tanda tangani." ucap Jonathan menyerahkan berkas itu kepada Keinara.

    "Letakkan di situ saja, Jonathan. Nanti aku periksa, sekarang kamu kembali ke ruanganmu. Aku mau sendiri dulu." jawab Keinara, ia mengusir Jonathan dengan cara halus.

    "Baik, bu. Saya permisi dulu." pamit Jonathan, ia keluar dari ruangan kerja Keinara dengan rasa kecewa.

     Sementara di kantor Salendra Corp, Dave menyerahkan berkas yang berisi data calon sekretaris untuk Ceo kepada Alpha.

    "Alpha kamu saja yang pilihkan sekretaris untukku, aku yakin pilihanmu tidak pernah salah." perintah Dave memberikan beberapa berkas kepada Alpha.

    "Ok, dengan senang hati aku akan memilihnya untukmu sesuai dengan seleramu." jawab Alpha dengan sigap ia membolak-balikkan membuka dan membaca berkas yang sudah ada saat ini di meja kerjanya.

   Alpha membaca satu persatu satu CV dari tiga orang pilihan yang diberikan Dave kepadanya. Alpha menyukai semuanya tapi hanya ada satu orang yang memenuhi kriteria Dave.

     "Aku sudah menemukannya dan akan menghubunginya sekarang." ucap Alpha memberitahukan Dave.

    "Ok, suruh besok langsung kerja karena sudah banyak pekerjaan yang menumpuk, kepalaku pusing melihatnya." perintah Dave menyetujuinya.

    Alpha mengambil ponselnya, ia menekan nomor ponsel yang ada di surat lamaran itu.

    Dave bangkit berdiri dari duduknya berjalan melangkah masuk ke toilet kantor saat, Alpha menghubungi calon sekretaris baru untuk Dave.

    Jovanka yang baru saja pulang dari menghadiri undangan interview di perusahaan lain, melihat layar ponselnya melalui jendela mengambangnya ada panggilan masuk melalui whatsappnya dari nomor yang tidak ia kenal. Tanpa ragu, Jovanka menerima panggilan itu.

    "Halo." sapa Jovanka dengan suara lembut dari seberang telpon genggamnya.

   "Apa benar ini dengan Jovanka Lethesia Maldiva Pedro?" kata Alpha dari balik telpon genggamnya.

    "Iya benar, saya sendiri. Ini dari siapa ya?" balas Jovanka dengan ramah.

    "Saya, Alpha dari Salendra Corp mau memberitahukan kalau anda di terima bekerja sebagai sekretaris Ceo di perusahaan Salendra Corp. Apakah anda bersedia bergabung dengan Salendra Corp?" kata Alpha dengan ramah menyampaikan kabar gembira dan mengundang Jovanka bergabung bekerja di perusahaan Salendra Corp.

    Jovanka tidak langsung menjawab, ia terlalu senang menerima kabar baik pagi ini. Ia sempat putus asa ada rasa takut tidak di terima di beberapa perusahaan yang sudah ia lamar, tapi ternyata keberuntungan berpihak kepadanya.

    Jovanka kembali menempelkan benda pipih itu di telinganya.

    "Saya bersedia, Pak." jawab Jovanka dengan mantap.

   "Ok, kamu bisa mulai bekerja besok pagi. Berpakaian yang sopan ya, karena owner tidak suka dengan wanita yang berpakaian kurang bahan. Kamu pasti sudah mengerti apa maksudku. Oh ya, besok pagi kamu temui ibu Sheila di ruang HRD." kata Alpha menjelaskan panjang.

    "Baik pak, besok saya akan datang. Terima kasih atas kesempatan yang sudah di berikan kepada saya." balas Jovanka tersenyum senang diakhiri dengan suara ponsel yang terputus dari seberang telpon genggamnya.

    Setelah panggilan terputus Jovanka meloncat senang di atas kasur kecil yang berada di kontrakannya.

TAWANAN CEO KEJAM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang