TIADA PILIHAN

558 12 0
                                    

      "Mampus, aku baru saja keceplosan. Astaga, Keinara kenapa kamu bego sekali sih? Mami pasti tidak akan tinggal diam. Mami pasti memaksaku untuk menjawabnya, aduh bagaimana ini." batin Keinara, ia merutuki mulutnya yang sudah tidak sengaja menceritakan rahasia pernikahannya yang selama ini ia sembunyikan dari orang tuanya.

     "Keinara kenapa kamu hanya diam saja?" tanya Kumala kembali.

    Keinara masih diam, ia mencari alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan Maminya.

    "Aww... kepalaku." pekik Keinara memegangi kepalanya yang tiba-tiba saja terasa sakit.

    "Alpha tolong panggil, dokter." perintah Kumala panik melihat kondisi Keinara yang sedang tidak baik-baik saja.

   Alpha langsung keluar memanggil dokter, tidak berapa lama dokter masuk memeriksa keadaan Keinara.

    "Dokter tolong anak saya, tiba-tiba kepalanya sakit lagi." ucap Kumala bergegas mundur ke belakang membiarkan dokter memeriksa Keinara.

    "Mba Keinara jangan banyak bicara dulu ya, kondisi anda masih lemah. Sekarang istirahatlah." ucap dokter mengingatkan.

     "Bu, tolong pasien jangan diajak bicara dulu ya. Biarkan dia istirahat agar pemulihannya lebih cepat. Sebaiknya pasien jangan diganggu dulu." ucap dokter memberi penjelasan.

    "Baik dokter, terima kasih." jawab Kumala menganggukkan kepalanya tanda mengerti.

   "Kalau begitu saya permisi dulu." pamit dokter bergegas melangkah pergi meninggalkan ruang inap Keinara.

    Dave baru saja selesai membersihkan dirinya. Ia keluar dari kamar mandi, melihat suasana ruangan Keinara menjadi hening tidak ada yang bersuara. Keinara yang baru saja tertidur dan Kumala sedang memandangi lekat wajah Keinara, sedangkan Alpha duduk di sofa memainkan ponselnya.

    Alpha melirik Dave yang menjatuhkan bokongnya di sampingnya.

     "Alpha apa Keinara sudah lama tidur?" tanya Dave melirik Alpha yang sedang sibuk memainkan ponselnya.

     "Baru saja, tadi sempat kumat lagi. Tapi dokter sudah memberikannya obat. Oh ya, apa aku sudah boleh pulang?" tanya Alpha sangat hati-hati.

     "Perasaan tidak ada yang menahanmu di sini. Aku pikir kamu sudah pulang. Tapi aku lapar, tolong belikan makanan di luar ya. Aku tidak mungkin membiarkan Keinara sendirian di sini." ucap Dave menyuruh asisten pribadinya untuk mencarikannya makanan yang bisa untuk di makan malam ini.

    "Helo... kamu pikir Maminya itu bukan orang? Bilang saja kalau kamu mau tetap di sampingnya, aku pesankan lewat online saja, mau makan apa?" tanya Alpha mencari aplikasi pesan online di ponselnya, dengan nada ketus.

    "Terserah kamu saja." jawab Dave datar.
    "Masa terserah? Makanan terserah? tidak ada aplikasi yang namanya makanan terserah! Permintaanmu aneh-aneh saja." protes Alpha dengan wajah cemberut.

     Plak, Dave memukul kepala Alpha dengan majalah yang sedang ia pegang.

    "Nggak usah pura-pura bego, cepat pesan perutku sudah  kelaparan. Kalau kamu mau, pesan saja." ucap Dave dengan suara baritonnya.

    "Hahaha... lama-lama urat di kepalamu bisa keluar semua, karena sering marah-marah nggak jelas." pekik Alpha membenarkan posisi duduknya.

    "Sudah pesan, tidak usah ceramah. Ceramahmu tidak membuat perutku kenyang." perintah Dave dengan tegas.

    "Siap bos! Kamu tidak menawarkan Mami mertuamu sekalian? Siapa tahu dia belum makan juga." ucap Alpha mengusulkan.

   "Oh iya untung saja kamu mengingatkanku, tunggu sebentar." ucap Dave menghampiri Kumala yang sedang memandangi Keinara.

TAWANAN CEO KEJAM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang