MELEWATI MASA KRITIS

733 14 0
                                    

     Beberapa dokter terlihat buru-buru masuk ke ruang UGD. Dave dan yang lainnya mendadak jadi panik.

     "Apa yang terjadi dengan, Keinara?" tanya Dave dalam hatinya, wajahnya terlihat panik. Ia pun mengusap wajahnya dengan kasar.

     "Pi, kenapa dengan, Keinara lagi? Bukannya dia sudah mendapatkan donor darah? Dokter yang baru masuk tadi juga terlihat panik semua. Mami tidak siap jika terjadi hal buruk terjadi pada, Keinara." ucap Kumala menatap suaminya dengan wajah cemas.

     "Papi juga tidak siap, Mi. Ini semua gara-gara lelaki brengsek ini anak kita jadi kecelakaan, coba saja dia bisa menjaga istrinya pasti Keinara tidak akan kecelakaan. Kalau sampai Keinara kenapa-kenapa, Papi tidak akan pernah memaafkan dia. Pokoknya Papi tidak mau tahu, setelah pulang dari rumah sakit nanti, Keinara harus pulang ke rumah kita!" ucap Nayaka dengan penuh penegasan. Keputusan yang sudah dia buat sudah mutlak, tidak ada yang bisa mengubahnya.

      "Tidak bisa seperti itu dong, Pi. Bagaimanapun, Keinara sudah menikah dengan laki-laki yang dia cintai, dan dia akan tetap pulang ke rumah suaminya. Seorang wanita yang sudah menikah harus mengikuti kemanapun suaminya pergi." ucap Kumala memberikan suaminya itu pengertian.

     "Cinta, Mami bilang? Papi tidak melihat ada cinta di antara mereka berdua, Papi bisa merasakan itu. Mereka menikah pasti ada sesuatu yang tidak kita ketahui. Mami tidak lihat belum satu bulan menikah, Keinara sudah tertimpa musibah itu artinya, Keinara tidak bahagia dengan Pernikahannya. Keinara menikah dengan Dave pasti karena terpaksa." ucap Nayaka mengepalkan tangannya hingga kubu-kubu jarinya memutih.

     "Anda benar pak Nayaka. Kami menikah memang bukan karena atas dasar cinta, kami menikah karena terpaksa karena aku sudah mengambil milik putrimu yang paling berharga, justru itulah aku mau menikahinya. Seandainya tadi, Keinara sudah tidak suci lagi saat tidur denganku, aku tidak mau menikahinya." batin Dave, ia terdiam menerima cacian dari Papi mertuanya itu. Di wajah Dave terbesit sebuah penyesalan atas apa yang dia ucapkan kepada Keinara beberapa jam lalu.

     "Jujur aku sangat menyesal mengatakan itu kepada, Keinara. Seandainya aku bisa menarik kata-kataku tadi pagi, aku akan menariknya di depan, Keinara saat ini. Keinara bertahanlah kita baru saja menikah, kamu tidak mungkin meninggalkanku. Aku belum siap menjadi seorang duda di usia pernikahan kita yang masih seumur toge, masih mending seumur jagung ini seumur toge lho, bisa kamu bayangkan bukan berapa hari proses pembuatan toge itu." batin Dave, ia menertawai dirinya yang sudah konyol.

      Nenek Nina bisa melihat kecemasan di raut wajah Dave.

     "Sepertinya Dave sangat mengkhawatirkan, Keinara. Semoga saja dibalik musibah ini, Dave bisa merubah sikapnya terhadap Keinara. Aku berdoa semoga diantara mereka rasa cinta itu cepat tumbuh." gumam Nenek Nina menatap lekat ke arah Dave.

     Dokter keluar, mereka semua langsung menghampiri dokter.

     "Dok, bagaimana keadaan istri saya?" tanya Dave yang membuka suaranya terlebih dulu.

     "Keinara sudah berhasil melewati masa kritisnya, ini semua karena bantuan anda. Jika saja tadi terlambat melakukan transfusi darah, bisa saja akibatnya akan fatal. Sebentar lagi pasien akan di pindahkan ke ruang perawatan." ucap dokter tersenyum memberikan kabar baik tentang kondisi Keinara.

      "Terima kasih dokter, semua itu karena pertolongan dari Tuhan." ucap Nayaka bernapas lega, ia memandang Dave dengan sinis.

     "Ya sudah, kalau begitu saya permisi dulu. Saya harus memeriksa pasien yang lain." pamit dokter bergegas meninggalkan ruang UGD.

       Sementara itu, di tempat lain seorang wanita tersenyum puas karena rencananya sudah berhasil.

       Flashback!

      "Nah itu dia aku harus mengikuti kemana dia pergi dengan begitu aku akan mudah menyuruh orang suruhanku untuk melakukan tugasnya." ucap seorang wanita yang hampir setengah jam menunggu di depan rumah Dave.

     Setelah Keinara keluar dari pekarangan rumah. Wanita itu mengikuti Keinara tanpa di ketahui ia melajukan mobilnya mendahului mobil Keinara dengan tujuan agar rencananya tidak di ketahui.

    Kemudian ia memperlambat laju mobilnya membiarkan Keinara mendahuluinya. Keinara tidak sadar jika ada yang mengikutinya karena ia terfokus dengan kata-kata Dave yang menurutnya menyakiti perasaannya.

     Sebelum kecelakaan terjadi, Dave dan Keinara sempat adu mulut sampai Dave mengeluarkan kata-kata agar Keinara tidak usah kembali lagi ke rumah itu.

     "Lakukan tugasmu saat di simpang empat nanti. Jangan sampai gagal aku yang akan menjamin keselamatanmu. Aku mau wanita yang berada di dalam mobil yang ada di depanku mengalami kecelakaan di tempat, lakukan benar-benar seolah-olah seperti murni sebuah kecelakaan." ucap wanita itu menghubungi orang suruhannya.

     "Siap bos, perintah akan segera dilaksanakan." jawab orang kepercayaan wanita itu dari seberang telpon genggamnya.

     Wanita itu menyaksikan mobil Keinara kecelakaan dari jarak lumayan jauh dari lokasi kecelakaan.

     "Hahaha... tanpa bantuan Derry aku bisa melakukannya, itu akibatnya karena sudah mencampuri urusan pribadiku. Aku tidak peduli dia siapa, mau sepupunya Dave atau bukan aku tidak peduli. Yang jelas sekarang aku sangat bahagia bisa menghabisinya tanpa mengotori tanganku. Kira-kira dia sudah mati atau belum ya?" ucap wanita itu, dia adalah Ayyasha, orang yang sangat menginginkan Keinara mati. Karena Keinara sudah menggagalkan rencananya untuk mendapatkan Dave, dari situlah awal kebencian Ayyasha terhadap Keinara.

     Ponsel Ayyasha berdering, ia menggeser tombol jawab berwarna hijau kemudian menempelkan benda pipih itu di telinganya.

      "Iya halo." jawab Ayyasha dari balik ponselnya.

      "Bos kata dokter saya butuh di rawat beberapa hari di rumah sakit. Bos kesini sekarang untuk menyelesaikan administrasinya." ucap orang suruhan Ayyasha dari balik telpon genggamnya.

      "Tenang saja aku akan menyuruh sopirku untuk mengantarkan uang administrasinya untukmu. Kerjamu sangat bagus, terima kasih sudah bekerja untukku." ucap Ayyasha menarik bibirnya sinis.

        "Sama-sama bos, saya akan melakukan apapun asal bayarannya lancar. Saya menunggu sisa upah saya hari ini . Saya harap bos cepat melunasinya karena kalau tidak, saya akan melaporkan bos ke kantor polisi." ancam orang suruhan Ayyasha.

     "Sial, berani sekali dia mengancamku." umpat Ayyasha kesal.

     "Iya, aku akan melunasinya." ucap Ayyasha mematikan sambungan telponnya sepihak.

     Ayyasha melempar ponselnya, karena dia harus melunasi upahnya kepada orang suruhannya. Ayyasha melempar barang-barangnya ke sembarang arah sehingga menimbulkan bunyi yang keras.

      Arghh!

       "Tabunganku tinggal sedikit, aku harus minta sama, Papi lagi. Aku tidak mau orang itu melaporkanku ke polisi karena tidak bisa membayar sisanya." gumam Ayyasha, ia mondar-mandir di dalam kamarnya sambil memikirkan kalimat yang tepat untuk meminta uang kepada Papinya.

     "Siapa yang mau melaporkanmu ke kantor polisi, Ayyasha?" tanya pria paruh baya yang berdiri di depan pintu kamar Ayyasha.

     "Pi-Papi, sejak kapan Papi berdiri di situ?" tanya Ayyasha gugup.

     "Baru saja, kenapa? Tadi Papi mendengar kamu berteriak sambil melempar barang-barang. Papi khawatir saja kalau kamu akan melakukan hal bodoh lagi. Ayyasha kamu belum menjawab pertanyaan, Papi. Siapa yang mau melaporkanmu ke kantor polisi?" tanya Papi Ayyasha bertanya lagi.

     Ayyasha terdiam, ia sibuk mencari jawaban untuk dijadikan alasan yang tepat.

TAWANAN CEO KEJAM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang