BERTENGKAR

754 14 0
                                    

       "Nah, di sini kamu akan nyaman tidurnya. Selamat tidur semoga tidurmu nyenyak." gumam Dave menyelimuti tubuh Keinara agar tidak merasakan dinginnya AC di kamar tidur mereka.

     Dave membaringkan tubuhnya di samping Keinara, ia pun terlelap dengan posisi memeluk Keinara.

     Hingga sampai pagi Dave enggan melepaskan pelukannya. Keinara juga merasakan tidurnya sangat nyaman tidak membuatnya gelisah seperti saat tidur di sofa. tidur di sofa selalu membuatnya sering terbangun.

     Cahaya matahari masuk melalui celah jendela kamarnya. Keinara mengerjapkan kedua matanya, ia merasakan sesuatu yang mengganjal di perutnya.

      Refleks Keinara melompat dari tempat tidur saat menyadari kalau ia berada di tempat tidur yang sama dengan Dave.

       Keinara memeriksa tubuhnya, ia melihat kalau pakaiannya masih utuh. Dave merasa tidurnya terganggu karena ulah Keinara.

       "Dave, kenapa aku bisa berada di atas tempat tidur? Bukannya semalam aku tidur di sofa?" tanya Keinara menyelidik.

       "Iya, semalam kamu memang tidur di sofa, tapi tengah malam kamu pindah ke tempat tidur. Aku juga heran kenapa kamu tiba-tiba pindah terus langsung memelukku." ucap Dave berbohong, dia bingung mencari alasan untuk menjawab pertanyaan dari Keinara.

      "Aku memelukmu? Tidak mungkin, kamu pasti sudah salah. Buktinya tadi kamu yang memelukku. Kamu membohongiku, ngaku saja." ucap Keinara mencurigai gelagat aneh Dave.

      "Sudahlah berisik! aku mau tidur lagi, sana pergi." ucap Dave mengusir Keinara sambil membenamkan wajahnya di bantal. Ia tidak ingin berdebat dengan Keinara karena bisa membuat mulutnya keceplosan akan memberitahu hal yang sebenarnya.

      "Ih, menyebalkan aku harus mandi bunga tujuh rupa untuk membuang sial, aku tidak mau aroma tubuhmu menempel di tubuhku." ucap Keinara kesal menarik bantal yang dipakai Dave untuk menyembunyikan wajahnya.

     "Hei, kamu pikir aku apa? Aku yang seharusnya mandi bunga tujuh rupa karena sudah bersentuhan dengan kulitmu." jawab Dave bangkit dari tidurnya dan membulatkan matanya kepada Keinara. Keinara perlahan mundur untuk mengambil ancang-ancang untuk lari kalau Dave berbuat macam-macam kepada dirinya.

      "Kamu mau apa?" tanya Keinara menahan tubuh Dave yang terus maju perlahan dengan tangannya agar berhenti, namun Dave tidak menghiraukannya.

     Sampai akhirnya Dave menghimpit Keinara di dinding dan menguncinya dengan kedua tangannya.

     "Dave, jangan macam-macam." pekik Keinara berusaha melepaskan dirinya.

     "Aku tidak mau macam-macam, tapi hanya mau satu macam." jawab Dave menatap Keinara lekat dengan tatapan mata tajamnya.

      "Kamu lupa dengan perjanjian kita?" ucap Keinara mengingatkan.

      "Aku tidak lupa, aku hanya ingin memberimu pelajaran." ucap Dave mendekatkan wajahnya ke arah Keinara. Jantung mereka berdua berdetak dengan kencang, Dave sudah merasakan miliknya sudah mengeras.

     "Ah sial, kenapa dia mengeras setiap kali aku berdekatan dengan, Keinara?" batin Dave merutuki miliknya yang tidak bisa di ajak kompromi.

     "Astaga, apa yang mau Dave lakukan?" batin Keinara dalam hatinya.

     Tanpa sadar, Keinara menutup matanya. Dia tidak ingin melihat wajah Dave yang menurutnya sudah berubah menjadi beruang kutub utara.

       Dave tersenyum licik, ia punya kesempatan untuk menikmati wajah Keinara dengan jarak yang sangat dekat. Keinara bisa merasakan hembusan napas Dave karena kedekatan mereka.

      "Aku tahu, kamu menungguku untuk menciummu atau menyentuhmu, jangan berharap lebih, Nona. Karena aku tidak sudi menyentuh wanita sepertimu, kamu bukan tipeku. Kamu hanya seorang istri di atas selembar kertas." ucap Dave mengatakan tepat di telinga Keinara pelan.

     Keinara membuka matanya, ia merasa terhina dengan ucapan Dave. Keinara mendorong tubuh Dave dengan kasar sampai Dave mundur beberapa langkah.

      "Kamu pikir aku berharap untuk kamu sentuh? Sedikitpun aku tidak mengizinkanmu untuk bersentuhan denganku. Kamu bebas menyentuh wanita-wanita di luar sana, aku tidak pernah menghalangimu. Seharusnya saat temanmu menjebakmu, aku membiarkanmu tidur dengannya. Tapi itulah bodohnya aku, aku malah membawamu pergi dari tempat itu." ucap Keinara setelah mengatakan itu, dia bergegas masuk ke dalam kamar mandi. Ia menggosok tubuhnya karena ia merasa jijik telah bersentuhan dengan Dave. Hal yang sama ia lakukan waktu pertama di kamar hotel, menangis di bawah guyuran air.

      "Aku membencimu, Dave!" teriak Keinara terisak dari dalam kamar mandi.

       Dave bisa mendengar teriakkan Keinara.

      "Apa tadi kata-kataku bisa menyakiti perasaannya." gumam Dave menautkan kedua alisnya.

    Dave bergegas keluar dari kamar tidurnya, meninggalkan Keinara sendirian yang masih berada di dalam kamar mandinya, ia memilih pergi keluar dari rumahnya menuju taman untuk melakukan rutinitasnya setiap weekend yaitu olahraga di taman kompleks perumahannya.

     Di taman sudah terlihat ramai, banyak orang mengunjungi taman untuk sekedar beraktivitas jalan-jalan atau berolahraga di pagi hari. Pagi ini Dave tidak begitu semangat seperti sebelumnya, ia memikirkan Keinara yang tadi meneriakinya. Duduk di kursi taman dengan pikiran berkeliaran entah kemana.

        Arghh!

       "Aku jadi tidak bersemangat lagi. Ini semua gara-gara, Keinara pagi-pagi sudah membuat moodku rusak. Kenapa sih dia terlalu lebay sekali, kami sudah pernah tidur satu ranjang bahkan sudah melakukan hubungan suami istri, terus apa aku salah kalau semalam kami tidur di ranjang yang sama? Lagi pula aku hanya memeluknya saja tidak melakukan yang seharusnya sudah pantas untuk kami lakukan karena kami sudah sah menjadi suami istri. Memang sih kami sudah membuat kesepakatan, tapi kalau tidur di ranjang yang sama itu tidak ada dalam perjanjian. Bikin kepalaku pusing saja tuh anak!" gumam Dave mengumpat kesal.

      Ia melempar botol air mineral yang tadi sempat ia beli ke sembarang arah.

     "Awww... siapa yang sudah sengaja melempar kepalaku." pekik seorang wanita yang berlari di sekitar tempat Dave duduk. Matanya menyapu sekitarnya mencari sosok yang sudah melemparinya.

       "Nah, pasti itu orangnya yang sudah melemparku. Dia harus minta maaf, enak saja dia melempar botol minuman sembarangan." ucap wanita itu mendatangi Dave sambil membawa botol air mineral kosong.

       "Minta maaf atau aku akan melemparmu pakai botol ini lagi." ucap wanita itu berdiri di samping Dave.

       Dave mengangkat kepalanya melihat siapa orang yang bicara dengannya. Dave menyipitkan matanya memperhatikan wanita itu. Wanita itu juga melihat Dave dan pandangan mereka pun bertemu.

      "Kamu!" ucap mereka berdua serentak.

    "Mampus aku bukannya dia laki-laki yang semalam di cafe. Kabur, iya aku harus kabur. Ayo Jovanka lari sekarang sebelum laki-laki ini menuntutmu." gumam Jovanka, ia lari secepat kilat meninggalkan Dave yang masih melihat ke arahnya dengan tatapan tajam.

     Jovanka tidak mempedulikan teriakan Hilda yang meneriaki namanya. Yang ada di pikirannya saat ini adalah meninggalkan taman kembali ke kontrakan yang berada di luar kompleks perumahan tempat Dave tinggal.

TAWANAN CEO KEJAM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang