MENGINAP DI KANTOR

984 16 0
                                    

      Alpha tersenyum melihat kedekatan mereka, ia pun cepat-cepat mengabadikan momen langka itu.

    "Yes, aku berhasil mengambil gambarnya." ucap Alpha memandangi foto yang ada di layar ponselnya.

     "Astaga, kenapa jantungku berdetak tidak karuan seperti ini? Apa aku mau terkena serangan jantung? Oh, tidak, pulang dari sini aku harus periksa kesehatanku. Aku tidak mau mati mendadak." batin Keinara mengamati wajah Dave.

    "Keinara ini sebenarnya cantik, tapi cuek. Aku tidak menyukai wanita cuek seperti dia. Kriteria istri yang aku inginkan adalah memiliki sikap keibuan, lemah lembut dan pastinya bisa memahami diriku. Sedangkan Keinara sama sekali tidak memiliki kriteria itu. Tapi kenapa ya, aku di takdirkan malah menikah dengan Keinara? Apakah ini salah satu rencana Tuhan untukku?" batin Dave masih memandangi Keinara.

     "Ehem... sebentar lagi sudah pulang, sebaiknya lanjut di rumah saja mesra-mesranya. Sekalian buatkan keponakan untukku." ucap Alpha menggoda membuat Dave dan Keinara menyadari apa yang sedang mereka lakukan.

     Dave melepaskan tangannya membuat Keinara memekik kesakitan karena terjatuh di lantai.

    "Aww... kamu!" pekik Keinara membulatkan matanya kepada Dave.

    "Sory, tidak sengaja. Biarku bantu." ucap Dave mengulurkan tangannya. Namun, Keinara menepis tangan Dave dengan kasar, ia bangkit berdiri dan meninggalkan Dave yang mematung.

    Sedangkan Alpha, menutup mulutnya menahan tawa. Melihat Alpha menutup mulut, membuat Dave ingin memberi pelajaran kepada sahabatnya itu.

    "Kamu pasti sudah puas sekarang? Aku mau langsung pulang, kamu ke kantor naik taksi saja." ucap Dave memberikan saran sekaligus peringatan kepada Alpha.

     "Hah! Naik taksi ke kantor? kejam amat jadi bos. Tapi nggak masalah juga, aku bisa memakluminya. Pengantin baru biasanya ingin berdua di kamar terus sambil guling-guling." ucap Alpha mengedipkan matanya.

    "Alpha, aku akan menghubungi HRD untuk memberikan pesangonmu." ucap Dave mengambil ponselnya.

     "Astaga, salah lagi. Ok, aku janji tidak akan buka mulut lagi, nanti sampai di rumah aku akan langsung jahit nih mulut. Tapi, tolong jangan pecat aku, karena tanggunganku sangat banyak." ucap Alpha mengatupkan kedua tangannya.

     "Salah satu tanggunganmu itu wanita yang sering kamu kencani bukan?" ucap Dave tersenyum tipis.

    Alpha cengengesan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, membenarkan apa yang dikatakan bosnya itu.

   Semenjak orang tuanya bercerai, Alpha yang menjadi tulang punggung di keluarganya. Nasibnya hampir sama seperti Dave. Namun, Dave berasal dari keluarga terpandang sedangkan Alpha berasal dari keluarga sederhana.

     Dave lah yang selama ini menolongnya dan menjadikan Alpha asisten pribadinya.

    "Hehehe... kamu memang sahabatku yang paling mengerti. Ya, sudah aku mau pesan taksi dulu." ucap Alpha sambil memesan taksi online.

    Sementara Dave harus kembali ke kantor, karena mobilnya ada di sana.

    Di rumah, Nenek Nina sedang menyiapkan makan malam untuk mereka. Meskipun usianya sudah tua, tapi ia masih terlihat sehat karena Nenek Nina selalu menjaga pola makannya.

     Dave sudah sampai di rumah sekitar sepuluh menit yang lalu. Sedangkan Keinara masih di kantornya, ia malas bertemu dengan Dave karena mereka akan selalu berdebat.

   Keinara memilih menyelesaikan pekerjaannya dan berencana menginap di kantor.

     "Malam ini, aku akan menginap di kantor saja. Aku sedang tidak ingin bertemu dengan beruang kutub utara." gumam Keinara sambil memijat pelipisnya.

     "Bu, sudah jam delapan. Ayo kita pulang." ucap Jonathan mengajak Keinara untuk bergegas pulang.

    "Kamu duluan saja, Jonathan. Pekerjaanku masih banyak, aku harus menyelesaikannya." ucap Keinara menawarkan kepada asistennya untuk pulang lebih awal darinya.

    "Biar saya bantu, mana mungkin saya meninggal ibu sendirian di kantor. Aku akan menemani sampai pekerjaan, ibu selesai." ucap Jonathan menawarkan bantuannya.

    "Tidak usah, sebaiknya kamu pulang saja. Tapi terserah kamu saja mau pulang duluan boleh, mau membantu aku di sini juga boleh." ucap Keinara menjelaskan dengan senyuman ramah.

    Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, tapi Keinara belum pulang juga.

    "Dave, Kenapa Keinara belum pulang juga? Coba hubungi dia." ucap Nenek Nina khawatir.

    "Dave tidak punya nomor ponselnya, Nek." ucap Dave memutar bola matanya malas.

    "Kamu ini bagaimana sih, Dave. Istri sendiri masa tidak tahu nomor ponselnya. Bagaimana kalau terjadi apa-apa dengan, Keinara? Keinara itu sekarang sudah menjadi tanggung jawabmu, Dave. Kalau ada apa-apa sama dia keluarganya pasti akan menyalahkanmu. Sekarang, kamu ke rumah orang tuanya, Keinara mungkin di sana dan bawa dia pulang." ucap Nenek Nina dengan tegas.

    "Malas ah, Nek. Sebentar lagi dia juga akan pulang, sebaiknya kita makan saja tidak usah menunggu, Keinara. Dave sudah lapar." ucap Dave mengambil lauk pauk yang ditaruhnya di piring makan.

    Nenek Nina menghela napasnya melihat betapa keras kepala cucunya itu.

    "Kalau kamu tidak mau mencarinya, biar Nenek saja yang mencari Keinara." ucap Nenek Nina meninggalkan Dave di meja makan sendirian.

    "Nek, nggak usah mengkhawatirkan, Keinara. Keinara bisa menjaga dirinya. Tunggu sejam lagi, kalau dia belum pulang, Dave akan mencari dia. Sekarang, Nenek makan dulu ya." jawab Dave mengalah.

    Mereka berdua sudah selesai makan malam, dari depan terdengar suara deru mobil.

    "Nah, itu dia sudah pulang, Nek." ucap Dave sambil memakan dessert puding sebagai pencuci mulut.

    "Kamu benar, Nenek akan panaskan makanan ini dulu, biar Keinara bisa langsung makan." ucap Nenek Nina semangat.

    "Selamat malam, aku datang." ucap seorang wanita yang tidak diharapkan Dave kedatangannya.

    "Lho, Nenek pikir, Keinara yang datang ternyata Ayyasha. Kamu sudah makan, Ayyasha? Kalau belum ini Nenek ada makanan. Kalau kamu mau kamu boleh memakannya." ucap Nenek Nina menawarkan dengan ramah.

     "Terima kasih, Nek. Tadi, Ayyasha sudah makan. Ini ada kue kesukaan Nenek sengaja aku beli khusus untuk Nenek Nina." ucap Ayyasha memberikan kantong plastik yang ia bawa kepada Nenek Nina.

    "Terima kasih ya, Ayyasha. Kamu memang selalu tahu kue kesukaan Nenek." jawab Nenek Nina tersenyum senang menerima kue pemberian dari Ayyasha, kemudian meletakkannya di atas meja makan.

    "Hemm... Nek, Dave ke kamar dulu. Tadi ada pekerjaan yang belum sempat, Dave selesaikan." pamit Dave berdiri dari tempat duduknya.

    "Lho, Dave aku baru saja datang ingin mengajakmu keluar. Temanku ada yang ulang tahun, jadi aku ingin kamu menemaniku, please...kali ini tolong temani aku." ucap Ayyasha mengatupkan kedua tangannya.

TAWANAN CEO KEJAM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang