LARANGAN UNTUK BEKERJA

673 12 2
                                    

       "Kita sudah sampai." ucap Jonathan tersenyum memberikan kode pada Jovanka dan Hilda.

     "Terima kasih ya, sudah mengantar temanku ke rumah sakit ini. Kami berdua masuk dulu." pamit Hilda yang menggandeng tangan Jovanka di sampingnya segera memasuki ruang UGD.

    "Aku juga ikut dengan kalian, karena aku harus memastikan keadaan Jovanka kalau dia baik-baik saja." ucap Jonathan berjalan melangkah menyusul mereka dari belakang.

    Jovanka dan Hilda membiarkan Jonathan ikut dengan mereka masuk ke dalam ruang UGD. Jonathan langsung menyuruh dokter untuk mengobati luka di tangan Jovanka.

     "Dokter, tolong obati teman saya. Dia baru saja terluka akibat terkena benda tajam." ucap Jonathan meminta menunjukkan luka gores pada dokter di tangan Jovanka.

    "Baik pak, kalian berdua tunggu di sini ya! Biar teman kalian saya periksa lukanya dan diobati terlebih dahulu di dalam ruangan." pamit dokter bergegas masuk ke dalam ruang UGD yang dimana Jovanka sudah lebih dulu masuk.

    Kini tinggal Jonathan dan Hilda menunggu di luar ruangan, ponsel Jonathan berdering panggilan dari Keinara.

    "Jonathan apa kalian sudah sampai di rumah sakit? Terus Jovanka bagaimana? Dia baik-baik saja bukan?" tanya Keinara, rentetan pertanyaan yang Kienara lontarkan membuat Jonathan bingung mau jawab yang mana dulu.

     Mendengar tidak ada jawaban dari Jonathan membuat Keinara memutuskan sambungan telponnya sepihak dan mengajak Dave ke rumah sakit.

    Jonathan yang kebingungan, ia baru saja mau menjawab tapi panggilan telponnya sudah terputus.

    "Lho kok sudah di matikan?" gumam Jonathan bingung melihat layar ponselnya yang sudah tidak menyala.

    Tidak berapa lama dokter keluar dari ruang UGD. Jonathan langsung berjalan menghampirinya.

     "Dok, bagaimana keadaan teman saya?" tanya Jonathan antusias.

     "Lukanya tidak terlalu parah, dia juga sudah boleh pulang. Saya permisi dulu ya." ucap dokter menjelaskan yang menangani kondisi Jovanka, dokter pun bergegas pergi keluar dari ruangan UGD.

    Tidak berapa lama, seorang perawat keluar dari ruang UGD bersama Jovanka.

    "Jovanka, syukurlah kamu tidak apa-apa." ucap Jonathan menghampiri Jovanka yang sedang berbincang dengan perawat tersebut.

    "Tadi bukannya sudah aku katakan kalau aku baik-baik saja. Kalian saja yang terlalu mengkhawatirkanku." jawab Jovanka memutar bola matanya membuang napas panjangnya.

    "Pak, sebelum pulang tolong administrasinya di selesaikan dulu ya." ucap perawat yang dari tadi menemani Jovanka, setelah mengatakan itu, lalu perawat itu pergi meninggalkan mereka.

    "Kalian tunggu di sini saja, aku mau menyelesaikan administrasinya dulu." ucap Jonathan berjalan melangkah mendekati Jovanka dan Hilda.

     "Jonathan biar aku saja yang mengurus administrasinya, aku tidak mau merepotkanmu." ucap Jovanka mencegah Jonathan untuk melunasi pembayaran administrasinya.

    "Kamu sama sekali tidak merepotkanku, jadi biar aku saja yang menyelesaikan pembayarannya. Kalian tunggu di sini, jangan kemana-mana." ucap Jonathan tegas, berjalan melangkah meninggalkan Jovanka dan Hilda di ruang tunggu.

    Jovanka tidak mencegah Jonathan, tapi ia berjanji akan mengembalikan uang Jonathan dan kebetulan juga malam itu Jovanka tidak membawa uang banyak.

    Hilda menyentuh lengan Jovanka, sebagai isyarat.

   "Sepertinya ia menyukaimu, Jovanka. Tadi waktu kamu masih di dalam, dia terus mondar-mandir menunggu dokter keluar, dia mengkhawatirkanmu. Tunggu apa lagi, dia tampan, berwibawa, orangnya juga kelihatan baik. Jangan di sia-siakan orang seperti itu." ucap Hilda mengingatkan Jovanka berbisik lirih di telinga sahabatnya itu.

TAWANAN CEO KEJAM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang