BERTEMU KEMBALI

708 16 0
                                    

        "Aku baru saja selesai mengirimkan lamaran pekerjaanku." jawab Jovanka menghela napasnya.

        "Wah, semoga kamu bisa di terima bekerja di sana ya,Van. Oh ya, nanti malam temani aku ya, aku mau bertemu dengan temanku." ucap Hilda tersenyum manis.

       "Ok, kamu hanya mau menyampaikan itu? Aku mau melanjutkan aktivitas tidurku, hehehe." ucap Jovanka tersenyum lebar menunjukkan barisan gigi putihnya.

     "Ya sudah, tidur sana." jawab Hilda menghilang dari balik pintu kamar Jovanka.
 
       Malam hari Jovanka dan Hilda sudah berada di cafe menunggu temannya Hilda datang.

        "Hilda, temanmu masih lama? Sudah satu jam kita menunggu, tapi kok belum datang juga." ucap Jovanka mengeluh kesal.

       "Sabar sebentar ya, mungkin dia kena macet di jalan." jawab Hilda singkat.

      "Ya sudah, aku ke toilet sebentar kamu tunggu di sini jangan kemana-mana." ucap Jovanka berdiri dari duduknya dan bergegas berjalan melangkah menuju toilet cafe.

     Di toilet, Jovanka tidak sengaja mendengar percakapan antara dua orang wanita.

     "Azzam kok belum datang sih, padahal Hilda sudah menunggu di sana, kita harus berhasil membantu Azzam untuk mendapatkan Hilda malam ini. Azzam sudah membayar kita mahal, jadi kita tidak boleh gagal." ucap salah seorang wanita yang sedang memperhatikan Hilda di cafe dari kejauhan.

     "Apa yang mereka maksud adalah, Hilda temanku? Wah kalau iya, aku harus membawa, Hilda pergi dari sini sekarang juga." gumam Jovanka mengurungkan niatnya buang air kecil, dia buru-buru menghampiri Hilda sehingga tidak sengaja dia menabrak waiter yang sedang membawa minuman sampai membuatnya tumpah tepat di salah satu pengunjung cafe.

       Arghh!

        "Kamu sudah membuat bajuku basah, kamu harus bertanggung jawab." ucap laki-laki itu menatap tajam ke arah Jovanka.

      "Maaf, saya tidak sengaja. Saya akan membersihkannya, tapi setelah urusan saya selesai, permisi." ucap Jovanka meninggalkan laki-laki itu dan berlari menghampiri Hilda.

     "Jovanka, kamu kenapa? Siapa yang mengejarmu?" tanya Hilda heran menautkan alisnya.

     "Tidak ada yang mengejarku, tadi saat di toilet aku tidak sengaja mendengar percakapan dua orang wanita, mereka menyebut namamu dan sepertinya mereka mau merencanakan sesuatu untukmu. Aku juga sempat mendengar kalau mereka menyebut nama Azzam, apa kamu mengenalnya?" tanya Jovanka terengah mengatur napasnya.

      "Azzam? dia laki-laki yang memaksaku untuk menjadi kekasihnya. Laki-laki itu sangat arogan, dia teman kuliahku. Jadi, Yuri mengajakku ketemuan di sini bukan karena ada yang mau dia bicarakan? Ok, Yuri sudah mengerjaiku, aku akan mengerjainya balik. Jovanka ayo kita pulang sekarang. Aku tidak mau, Azzam melihatku ada di sini." ucap Hilda berdiri dari duduknya dan menarik tangan Jovanka.

       "Tunggu Hilda aku ada urusan sebentar. Tadi aku tidak sengaja menabrak pelayan yang sedang membawa minuman, minuman itu tumpah terus tumpahannya mengenai ke salah satu pengunjung cafe ini. Jadi aku harus membersihkannya dulu. Tunggu di sini ya." pamit Jovanka berjalan tergesa, dia bergegas ingin menghampiri meja pengunjung cafe tadi.

     "Tapi Jovanka kita tidak punya waktu lagi, kalau kamu mengurusi itu lagi yang ada nanti, Azzam akan sampai di sini.  Sudah ayo, biar pelayannya yang mengurusi." ucap Hilda mencengkram erat tangan Jovanka.

     Sedangkan di meja lain, laki-laki yang tadi Jovanka buat bajunya basah berdecak kesal.

     "Sial, wanita itu sudah membuat kemejaku basah. Dimana dia kenapa tidak datang? Oh, aku tahu pasti dia sudah kabur. Awas saja kalau aku bertemu dengannya lagi, akan aku suruh dia menjadi pembantuku selama satu bulan." ucap Dave mengibas-ngibaskan tangannya di kemejanya yang basah.

      Laki-laki itu adalah Dave. Alpha memaksanya untuk menemaninya nongkrong di cafe langganan mereka.

     Alpha tertawa melihat kemeja Dave yang sudah berubah warna menjadi kuning.

      "Hahaha... Dave kamu kenapa? Kenapa kemejamu menjadi kotor seperti itu?" tanya Alpha menjatuhkan bokongnya duduk di kursi.

      "Terus saja tertawa, kamu sudah puas melihatku seperti ini? Sekarang aku mau pulang! nikmati kencanmu malam ini." ucap Dave kesal berdiri melangkah pergi meninggalkan Alpha sendirian.

      "Tunggu dong, jangan langsung pulang. Aku akan ambil baju ganti di mobilmu. Kamu bawa baju ganti bukan?" tanya Alpha menenangkan sahabat sekaligus bosnya itu.

     Dave baru teringat kalau ia selalu membawa baju ganti di mobilnya.

      "Cepat ambil sekarang, gak pakai lama tiga menit dari sekarang! cepat." perintah Dave dengan suara baritonnya.

      "Tiga menit? Sampai di depan pintu saja sudah tiga menit. Kasih aku waktu 7 menit." ucap Alpha menawar melihat kesal ke arah Dave yang duduk di hadapannya.

     "Tiga menit! lewat tiga menit sampai di sini, aku akan potong gajimu dua puluh lima persen!" jawab Dave tegas.

      "Dua puluh lima persen? Astaga, ini namanya penjajahan. Ok, tiga menit sudah sampai sini." ucap Alpha langsung berlari secepat kilat membuat pengunjung cafe melihat ke arahnya.

      "Aww... kalau jalan lihat-lihat dong." pekik Jovanka yang terjatuh ke tanah karena Alpha menabraknya.

     "Jovanka, kamu tidak apa-apa bukan?" tanya Hilda langsung menolong Jovanka.

     "Ma-Maaf, aku tidak sengaja. Kamu baik-baik saja bukan? Ini ada uang untuk mengobati lukamu. Aku terburu-buru karena urgent sekali, terlambat sedikit gajiku akan di potong dua puluh lima persen. Sekali lagi aku minta maaf, permisi." ucap Alpha menuju mobil Dave dengan melebarkan langkah kakinya.

      "Keterlaluan si, Dave. Gara-gara peraturan konyolnya itu aku jadi menabrak orang. Semoga saja wanita itu tidak kenapa-kenapa, aku jadi merasa bersalah sampai membuatnya terjatuh." gumam Dave melamun sampai ia tidak sadar waktunya empat puluh detik lagi.

     Alpha tersadar, ia pun langsung kembali menemui Dave.

     "Nih bajunya, aku tepat waktu bukan?" tanya Alpha terengah mengatur napasnya.

      Dave melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangannya.

      "Telat sedetik." ucap Dave mengambil bajunya kemudian menggantinya di kamar mandi cafe tersebut.

      Di parkiran cafe, Hilda sedang mengobati luka di tangan Jovanka.

      "Hilda, aku rasa kejadian tadi adalah karma. Tadi aku menabrak orang, sekarang aku yang ditabrak orang sampai terluka seperti ini. Kamu sih melarangku menyelesaikan tanggung jawabku, setelahnya baru kita pulang." keluh Jovanka meringis menahan perih luka di tangannya.

      "Hahahaha... tapi kalau dipikir-pikir cowok yang menabrakmu Jovanka, tadi itu keren lho, aku saja sampai tidak berkedip melihatnya. Ternyata di dunia ini ada ya, cowok setampan dia, aku pikir hanya di khayalanku saja." ucap Hilda tersenyum sambil membayangkan wajah Alpha.
     

      

TAWANAN CEO KEJAM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang