POLEMIK CINTA

540 8 0
                                    

     "Jadi wanita itu, adalah teman masa remajanya. Dave yang selama ini ia tunggu kedatangannya dan sekarang, mereka bekerja di kantor yang sama. Kenapa aku baru tahu sekarang di saat aku ingin mengatakan tentang kehamilanku pada, Dave? Ya Tuhan, apa yang harus kulakukan sekarang?" batin Keinara, ia berusaha menahan air matanya agar tidak keluar.

    Keinara tadi sempat bersembunyi di balik meja kerja Jovanka  karena ia menyadari Dave melihat ke arah pintu. Ia tidak ingin Dave mengetahui dirinya ada di sana.

     Alpha keluar dari ruangannya, ia melihat Keinara berdiri di depan pintu ruang kerja Dave dan ia pun berjalan menghampiri Keinara.

     "Bu Keinara." panggil Alpha dengan suara pelan. Keinara hampir teriak tapi saat melihat yang memanggilnya adalah Alpha, ia memberi kode kepada Alpha agar jangan berisik.

     Alpha mengerutkan keningnya heran tetapi ia juga penasaran kepada Keinara seperti sedang mengintai seseorang. Alpha pun membuka sedikit pintu dan melihat Dave bersama Jovanka sedang tertawa bahagia.

     Alpha mengangguk paham, ia pun menarik tangan Keinara agar menjauh dari pintu ruang kerja Dave dan membawanya ke ruang kerjanya.

     "Alpha, kenapa kamu membawaku ke ruanganmu?" tanya Keinara ketus dengan raut wajah kesal.

    "Aku hanya tidak ingin melihat, Bu Keinara sedih menyaksikan kedekatan, Dave dan sekretarisnya makanya saya membawa ibu ke sini." jawab Alpha turut prihatin atas kesedihan yang dialami oleh Keinara.

     "Aku sudah tahu semuanya, Alpha." ucap Keinara menundukkan wajahnya.

    "Apa yang sudah ibu Keinara ketahui tentang Dave dan sekretaris barunya?" tanya Alpha penasaran, tepatnya ia ingin mengetahui lebih jauh lagi perasaan Keinara kepada Dave yang sebenarnya.

     "Dave dan sekretarisnya itu adalah teman masa remaja, dan Dave pernah mengatakan kalau dia menunggu kedatangan teman masa remajanya, orang yang dia harapkan untuk menjadi pendamping hidupnya. Dan tadi aku sempat melihat mereka berpelukan. Dave juga seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi aku tidak tahu apa yang dia mau katakan pada sekretarisnya itu." ucap Keinara menjelaskan, tanpa menyembunyikan sesuatu dari Alpha.

     "Saya bahkan baru tahu, Bu kalau mereka adalah teman masa remaja. Kalau tadi ibu tidak mengatakannya mungkin aku tidak akan pernah tahu. Tapi kenapa ibu bisa datang ke sini?" tanya Alpha penasaran akan kedatangan Keinara ke kantor Salendra Corp.

     "Tadi aku bermaksud untuk memberitahu, Dave tentang ke _" Keinara berpikir sejenak sebelum ia meneruskan kalimatnya.

    "Lebih baik aku tidak memberitahu, Alpha. Aku akan memikirkannya nanti di rumah memberitahu Dave atau tidak." batin Keinara dalam hati.

     "Alpha, tolong jangan kasih tahu, Dave kalau aku datang ke sini ya. Dan apa yang sudahku ceritakan tadi, cukup kita berdua saja yang tahu. Aku hanya tidak ingin menjadi orang yang egois. Aku pamit dulu karena di kantor masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan." ucap Keinara bangkit berdiri dari duduknya hendak meninggalkan ruangan Alpha.

     "Tapi Bu_" Alpha menggantung kalimatnya, karena Keinara memotongnya.

    "Alpha, aku sangat jarang minta tolong kepada siapapun! Tapi kali ini, aku benar-benar minta tolong padamu. Aku harap kamu mengerti! Kalau, Dave sampai tahu aku sudah tahu tentang hubungannya dengan sekretarisnya itu, kamu adalah orang yang pertama yang akan aku tuduh." ucap Keinara mengingatkan, ia seolah tahu kalau Alpha ingin memprotesnya. Kemudian, Keinara melangkahkan kakinya pergi meninggalkan ruangan Alpha.

     Saat melewati ruangan Dave, Keinara menghentikan langkahnya sejenak.

     "Sepertinya, Dave sudah menemukan kebahagiaannya. Aku sadar, aku bukanlah kebahagiaannya. Seharusnya aku tidak perlu sedih karena pernikahan ini hanya karena sebuah kecelakaan yang tidak di sengaja, tidak ada cinta di antara kami." gumam Keinara mengigit bibirnya yang bergetar hebat menahan luapan tangisnya agar tidak pecah di depan ruangan Dave.

     Keinara menyeka air matanya dengan kasar kemudian kembali berjalan melanjutkan langkahnya ke arah lift. Kebetulan di dalam lift ia hanya sendirian, Keinara menumpahkan air matanya yang dari tadi ia tahan. Setelah sampai di lobby Keinara menundukkan wajahnya agar tidak ada yang melihatnya menangis.

      Di luar, awan terlihat mendung dan siap menurunkan hujan. Keinara terus berjalan melangkah meninggalkan lobby Salendra Corp, ia terus berjalan menghentikan taksi yang lewat.

     "Pak, tolong antar saya ke taman kota ya." ucap Keinara kepada sopir taksi.

    "Baik bu." jawab sopir taksi, langsung melajukan mobilnya menuju tempat yang di minta Keinara yaitu taman kota.

    Di dalam taksi Keinara, menangis tersedu tanpa mengeluarkan suara. Hatinya kini terasa seperti di sayat pisau tajam meninggalkan luka di sana.

    Tidak berapa lama sopir taksi menghentikan mobilnya tepat di taman kota tujuan dari Keinara.

    "Bu kita sudah sampai." ucap sopir taksi memberitahukan.

    "Oh iya, pak. Terima kasih ya." ucap Keinara bergegas membuka pintu dan turun keluar setelah membayar ongkos taksi.

    Keinara duduk di salah satu kursi taman. Pandangannya kosong ia tidak mempedulikan hujan yang mulai turun.

    "Kenapa lebih sakit yang sekarang di banding waktu, Justin menduakanku waktu dulu? Apa karena aku sudah menikah dengan, Dave dan sekarang sedang mengandung anaknya? Atau aku memang di takdirkan untuk tidak pernah bahagia dengan laki-laki yang aku cintai? Kenapa aku harus jatuh cinta kepada, Dave yang sudah jelas tidak mengharapkanku? Dia Menikahiku hanya untuk memenuhi tanggung jawabnya saja. Keinara kamu sangat bodoh." gumam Keinara terisak di tengah guyuran hujan yang semakin deras, ia bahkan membiarkan tubuhnya basah kehujanan. Hujan di sore hari ini menjadi saksi dan turut merasakan kesedihan yang dialami Keinara saat ini.

     Keinara tidak tahu kapan ia mulai jatuh cinta kepada Dave. Yang jelas setiap kali ia berada di dekat Dave, ia merasa nyaman meskipun kadang mereka tidak cocok satu sama lain dan sering terjadi pertengkaran kecil di antara mereka.
   
      Sementara di perusahaan Salendra Corp. Alpha sahabat sekaligus asisten pribadi Dave sangat tahu Kienara sedang bersedih, ia pun memutuskan untuk mengikuti dan menyusul Keinara. Diam-diam Alpha mengambil foto Keinara menggunakan ponsel pintarnya dan mengambil beberapa foto Keinara yang duduk menyendiri dengan tatapan kosong. Tangannya sesekali terangkat untuk menghapus air matanya yang mengalir deras tidak berhenti keluar.

       "Keinara menangis? Itu artinya hatinya pasti sangat sakit, aku memang baru tahu kalau, Jovanka adalah teman masa remajanya Dave. Tapi aku tidak akan membiarkan Dave menyakiti Keinara." gumam Alpha yang fokus pada ponsel pintarnya yang ia pegang di tangannya.

     
     

TAWANAN CEO KEJAM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang