SENEKAT ITU

523 6 0
                                    

       Pertanyaan Keinara membuat Dave marah ia tidak tahu harus menjawab apa. Ia juga baru kali ini mengantar karyawannya pulang dan itupun karena Jovanka adalah teman masa remajanya.

     "Kamu bahkan tidak bisa menjawabnya bukan?" tanya Keinara menyunggingkan senyumnya melihat Dave diam saja.

    "Kamu tidak tahu Keinara, kalau orang yang aku antar tadi, adalah wanita yang selama ini kucari. Wanita yang merupakan cinta pertamaku, dia sudah kembali." batin Dave, ingin sekali ia mengatakan kepada Keinara. Tapi ia takut akan membuat Keinara semakin menjauhinya. Dave mengakui kalau ia sudah mulai merasa nyaman bersama Keinara.

     Tapi ia juga tidak bisa memungkiri kalau dalam lubuk hatinya yang paling dalam masih tersemat nama Jovanka.

    "Jalan sekarang Dave, aku sudah sangat lelah." perintah Keinara ketus tanpa melihat ke arah Dave.

     Tanpa mengeluarkan kata Dave melajukan mobilnya membelah jalanan kota Jakarta yang masih terlihat padat kendaraan yang lalu lalang di sana.

     Keinara mengedarkan pandangannya keluar, mereka terjebak macet panjang. Kedua bola matanya menangkap dua sosok anak kecil yang sedang berjalan mendekati mobil mereka.

     Hatinya begitu miris dan sedih melihat kehidupan anak kecil itu, tanpa ia sadari cairan bening itu keluar dari pelupuk matanya.

     "Seharusnya mereka sekarang menghabiskan waktu di rumah untuk belajar. Tapi mengapa orang tua mereka membiarkan anaknya berkeliaran di pinggir jalan? Miris sekali hidup kalian, Dek." batin Keinara dalam hatinya bersedih.

     Keinara mengambil dompetnya dan mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah, lalu ia membuka kaca mobilnya.

    Dave melihat Keinara yang akan memberikan uangnya kepada anak kecil yang sedang berdiri di samping mobilnya.

    "Adek, ini untuk kalian. Pulanglah dan bersihkan diri kalian ya." ucap Keinara menunjukkan senyuman manisnya sambil memberikan uang yang tadi ia keluarkan dari dalam dompetnya.

     Kedua anak kecil itu saling pandang, di wajah mereka terlihat kebahagiaan.

     "Serius ini untuk kami semua, kak?" tanya kedua anak kecil itu dengan wajah berbinar.

     "Iya, itu semua untuk kalian." jawab Keinara mengulas senyum.

     "Terima kasih ya, kak. Kami berdoa semoga kakak bahagia dan banyak rezekinya." ucap anak kecil itu dengan wajah polosnya.

     Keinara tersenyum menanggapinya, ada kehangatan dalam dirinya mendengar anak kecil itu mendoakannya.

     "Hal sekecil itu saja sudah bisa membuat mereka bahagia. Sedangkan aku, dari kecil hidupku sudah berkecukupan, tapi aku belum pernah merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya. Dari kecil aku dituntut untuk belajar dan belajar, waktu untuk bermain saja hampir tidak ada dan harus menuruti semua keinginan, Papi dan Mami. Dan waktu kuliah aku sempat merasakan bahagia, namun itu hanya sebentar. Hidupku lebih banyak sedihnya di banding bahagianya, apalagi sekarang disaat aku sudah mulai merasa nyaman bersama Dave, dia malah mengecewakanku. Apa memang sudah menjadi takdirku untuk tidak merasakan kebahagiaan." batin Keinara dalam hati, ia dapat merasakan kesusahan yang dirasakan dua anak kecil tersebut.

     Dave terus memperhatikan Keinara dari balik belakang kemudi setirnya. Ia mendapatkan Keinara yang sedang memejamkan matanya setelah anak kecil itu pergi.

     "Dia selalu tidak bisa melihat orang lain kesusahan, apalagi anak-anak tadi masih kecil. Aku bangga denganmu Keinara." batin Dave, ia tetap fokus pada jalanan.

TAWANAN CEO KEJAM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang