PENGEROYOKAN

725 16 0
                                    

       Lampu merah sudah berubah menjadi hijau. Keinara sedang menerima panggilan telpon dari temannya.

     "Halo, Elsa apa kamu sudah sampai di coffee shop?" tanya Keinara sambil mengendalikan kemudinya.

    "Baru saja sampai, kamu di mana?" ucap Elsa antusias dari balik telpon genggamnya.

     "Sebentar lagi akan sampai, tunggu ya." jawab Keinara mengakhiri panggilannya.

     "Kalau aku mengambil jalan lurus di depan sana pasti akan macet sekali. Lebih baik aku mengambil jalan pintas saja." gumam Keinara yang terlihat berpikir.

    Keinara membelokkan mobilnya mengambil jalan pintas agar dia bisa lebih cepat sampai di tujuan. Ia melihat motor sport dari kaca spion mobilnya. Motor sport yang berada tidak jauh dari mobilnya terus mengikutinya.

     "Astaga, jalan ini sangat sunyi. Siapa dia ya?" gumam Keinara memperlambat kecepatan laju mobilnya agar dia tahu siapa yang berada di atas motor itu.

     "Lho, kenapa dia memperlambat kecepatannya? Apakah wanita itu mencurigaiku? Aku harus membuatnya tidak curiga. Lebih baik aku lewati saja dia dulu." batin Dean mempercepat laju motornya melewati mobil Keinara.

     Dean menghentikan motor sportnya untuk menghubungi temannya yang lain dan membiarkan Keinara lewat.

     "Oh, jadi dia bukan penjahat? Aku pikir dia mau berbuat sesuatu tadi. Aku sudah sempat mencurigainya yang tidak-tidak." gumam Keinara dibelakang kemudinya membuang napas panjangnya.

    Keinara kembali menaikkan kecepatan mobilnya, ternyata tidak jauh dari lokasinya empat motor sport menghalangi jalannya. Motor sport itu sengaja berhenti di tengah jalan agar Keinara tidak bisa lewat.

     "Apa-apaan ini, mereka sengaja menghalangi jalanku. Ok, aku akan menghadapi kalian." gumam Keinara bergegas keluar dari dalam mobilnya.

      "Mas, tolong pinggirkan motornya saya mau lewat." tegur Keinara sedikit berteriak keras pada keempat pria yang berada di atas motor sportnya masing-masing.

     "Oh, kamu mau lewat? tidak bisa!" ucap Dean tersenyum menyeringai melihat ke arah Keinara.

     "Apa hak kalian melarangku lewat? jalan ini bukan kalian yang buat, jadi minggir sebelum kalian menyesal." ucap Keinara menatap nanar empat laki-laki di depannya.

     Hahaha... kamu menantang kami? lawan dia." perintah Dean pada teman-temannya.

      Tanpa mereka duga ternyata Keinara memiliki ilmu bela diri yang cukup baik, tetapi tetap saja dia tidak bisa mengalahkan empat musuhnya sendirian.

      Sebuah mobil sport mewah berhenti tepat di belakang mobil Keinara, ia membantu Keinara melawan empat laki-laki yang berusaha mengalahkan Keinara.

     Keinara sempat menghentikan aksinya melihat siapa yang sudah berbaik hati membantunya.

      "Dave membantuku? Tapi kenapa dia bisa ada di sini? Ini hanya kebetulan atau dia sengaja mengikutiku? Tapi untuk apa?" batin Keinara bertanya kepada diri sendiri.

     Bruk, sebuah pukulan mendarat di bahu Keinara membuatnya tidak sadarkan diri.

     "Keinara." teriak Dave, sorot matanya semakin tajam. Darahnya mendidih melihat laki-laki yang sudah memukul wanita yang sudah sah menjadi istrinya itu.

      "Kamu!" ucap Dave melayangkan pukulan yang sangat keras tepat di rahang laki-laki itu. Dave seperti kehilangan kesadarannya sampai ia tidak sadar, laki-laki yang dipukulinya nyaris habis di tangannya.

      "Kita pergi dari sini." ucap Dean mengajak teman-temannya untuk meninggalkan lokasi.

     "Hei jangan lari kalian! Dasar pengecut! Kalian harus bertanggung jawab!" teriak Dave dengan suara menantang.

     Kedua matanya melihat Keinara yang terkulai lemah tidak berdaya. Ia membawa Keinara masuk ke dalam mobilnya dan melajukannya menuju rumah sakit terdekat.

     "Siapa mereka? Sepertinya mereka bukan perampok. Apakah, Keinara punya musuh?" tanya Dave dalam hatinya.

     Tidak membutuhkan waktu lama, Dave dan Keinara sampai di rumah sakit. Keinara langsung di tangani oleh dokter, sedangkan Dave menghubungi seseorang.

      "Taksa cari tahu siapa pemilik plat nomor motor sport yang sudah saya kirim ke WhatsApp kamu. Beritahu saya kalau kamu sudah menemukannya dan bila perlu kamu tangkap dia dan kamu bawa ke markas." perintah Dave kepada orang suruhannya.

     "Baik, pak. Saya akan segera mencaritahu." jawab Taksa dengan cepat.

      "Lebih baik aku kasih tahu keadaan Keinara kepada kedua orang tuanya, mereka berhak tahu." gumam Dave mencari nama Nayaka Lexie Douglas di ponselnya.

       Nayaka yang saat itu sedang bersantai di atas balkon rumahnya, mengerutkan kening melihat panggilan dari nomor telpon yang tidak di kenalnya terpampang di layar ponsel miliknya.

       Tanpa ragu Nayaka, langsung menerima panggilan telpon itu.

      "Halo." sapa Nayaka menggeser tombol hijau telpon genggamnya.

       "Halo, Pi. Saya Dave menantumu saya.  _" belum selesai Dave melanjutkan kalimatnya, Nayaka sudah memakinya.

      "Jangan pernah kamu memanggil saya dengan sebutan Papi. Saya tidak pernah menganggapmu sebagai menantu di rumah ini, paham!" ucap Nayaka geram dari balik telpon genggamnya dengan intonasi suara yang tinggi.

     "Tidak masalah, pak Nayaka tidak menganggap saya sebagai menantu. Saya hanya mau memberitahu kalau putri, anda sekarang berada di rumah sakit. Keinara baru saja di keroyok geng motor." ucap Dave memberitahu kabar buruk kepada mertuanya.

     "Apa! Keinara di keroyok? Dasar kamu menantu tidak berguna, kalau kamu tidak bisa menjaga istrimu lebih baik pulangkan dia sama kami. Katakan Keinara di rawat di rumah sakit mana?" bentak Nayaka yang sudah sangat emosional mendengar putrinya dalam keadaan tidak baik-baik saja.

      Dave menjauhkan ponselnya dari telinganya karena mendengar teriakkan dari mertua laki-lakinya itu.

      "Dasar aneh, tadi dia sendiri yang bilang kalau aku tidak pernah dianggap sebagai menantunya. Tapi tadi barusan memakiku menantu tidak berguna." gumam Dave tersenyum tipis.

      "Dave, cepat katakan di rumah sakit mana anakku di rawat!" tanya Nayaka kembali membentak Dave.

     "Saya akan share lokasinya." jawab Dave mematikan ponselnya sepihak.

      "Anak sama bapak sama saja. Anaknya seperti beruang betina kutub utara, kalau Papinya seperti singa yang sedang kelaparan. Maminya seperti apa lagi ya? Semoga saja sifatnya tidak seperti anak dan bapak itu yang sangat menyebalkan." gumam Dave terus menggerutu sambil memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celananya.

      "Keluarga Keinara Lexie Abigail Douglas." teriak seorang dokter keluar dari ruang UGD mencari keluarga Keinara.

      "Saya Dok. Bagaimana keadaan Keinara saat ini?" tanya Dave antusias menghampiri dokter yang baru saja keluar dari ruang UGD.

     "Maaf, anda siapanya Keinara?" tanya dokter menyelidik.

     Dave gelagapan bingung menjawab apa, kalau mengaku sebagai suaminya Keinara, itu artinya ia harus siap status hubungannya akan diketahui banyak orang, pikir Dave.

     "Saya sepupunya, Dok." jawab Dave cepat untuk menghindari pertanyaan selanjutnya dari dokter.

TAWANAN CEO KEJAM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang