00
.
.
.🎼🎼🎼
Bocah berseragam merah putih dengan rambut panjang nan legam yang tergerai indah itu berlari dengan riang mengejar sebuah kupu-kupu berwarna ungu kebiruan.
Rambutnya terayun dan beterbangan terbawa angin. Raut wajahnya berseri-seri. Binar ceria begitu kentara di matanya yang bening. Bibir manisnya selalu terangkat ketika hendak menggapai sang kupu-kupu. Namun, kembali cemberut saat dia tidak berhasil menangkapnya. Kupu-kupu itu malah semakin terbang tinggi menjauhinya.
"Rona, berhentilah. Kamu gak cape apa kejar kupu-kupu itu tapi gak dapat juga?" gerutu Nazira. Tanganya menggenggam erat tali tas ranselnya.
Namun, seolah tuli. Gadis bernama Rona itu terus melangkah mengejar kupu-kupu indah walaupun sudah terbang begitu jauhnya. Senyum di wajahnya tidak kunjung pudar setelah dia berhasil menggapai kupu-kupu itu walau hanya sekadar menyentuhnya tanpa dia bisa tangkap.
"Aku berhasil Zira. Aku berhasil menyentuhnya!" teriaknya bangga. Pipinya yang putih bersih membuat warna merah jambu yang ada di pipi bulat itu kian terlihat jelas.
"Kamu ini. Aku yang cape kejar kamu! Nanti kita bisa ketinggalan bus kalau kejar kupu-kupu terus," sungutnya.
Rona terkikik geli melihat raut wajah sahabatnya yang cemberut. Gadis dengan rambut yang diikat dengan pita besar berwarna merah itu menarik tangan Rona dan membawa sahabatnya untuk kembali ke halte sekolah. Mereka tengah menunggu bus jemputan tiba.
"Zira, kamu tahu? Kalau nanti aku sudah besar aku ingin sekali seperti kupu-kupu itu. Cantik, berwarna, penuh semangat dan juga bisa terbang tinggi." Rona menggenggam tanganya sendiri menaruhnya di bawah dagu dengan kepala miring ke kanan serta sorot mata yang berangan-angan.
Nazira yang kesal dengan sahabatnya menyenggol pelan bahu Rona. "Mana bisa. Kita ini manusia kita gak bakal bisa terbang sampai kapanpun!"
Rona menggeleng. Dia membantah kerah apa yang baru saja sahabatnya itu katakan.
"Bisa! Kita bisa terbang Nazira. Terbang bersama mimpi yang ingin kita capai. Aku ingin seperti kupu-kupu itu yang terus terbang mengejar mimpinya."
Nazira mendelik. Dia sibuk mengetuk-ngetukkan kakinya pada aspal halte, menyilangkan tangannya di depan dada. Menunggu bus yang akhirnya tiba juga.
Dengan semangat Nazira menarik tangan sahabatnya untuk segera menaiki bus sebelum hujan gerimis turun membasahi bumi ini. Menimbulkan bau khas tanah kering yang tersiram rintikan air.
"Kamu denger aku kan Zira?"
"Iya aku dengar, Rona."
"Lihat saja, aku pasti akan menggapai mimpiku," gumamnya dengan senyuman manis yang masih terpasang di bibir tipisnya. Pandanganya sibuk melihat ke luar jendela yang buram akibat tersentuh tetesan hujan.
"Memangnya apa mimpimu?" Tanya Nazira.
"Merasakan jatuh cinta."
Keinginan aneh yang Rona impikan sejak itu, kini semakin menguat, namun juga melemah di satu waktu bersamaan.
Kini Rona harus bisa menerima kenyataan bahwa dirinya mungkin tidak akan pernah merasakan jatuh cinta.
Dunianya telah putih hitam. Tidak ada lagi warna seperti kupu-kupu yang dia kejar waktu sekolah dasar lalu. Tidak ada lagi semangat yang terpancar dalam sorot matanya. Rona yang sudah menginjak usia remaja dengan seragam putih abu-abu itu semangatnya telah hilang.
Hirap ditelan kenyataan bahwa kehidupannya tidak akan bertahan lama. Melupakan apapun yang ingin dia gapai sebelumnya, termasuk juga mimpinya untuk merasakan jatuh cinta.
Rona tidak akan bisa jatuh cinta.
🎼🎼🎼
Note: Yey cerita baru...
Ini genre fiksi remaja. Moga bisa tamat yaaa.Terima kasih sudah mampir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Music (SELESAI)
Teen FictionNamanya Rona, namun tidak seperti namanya. Gadis itu memiliki kulit yang pucat, tubuh yang lemah dan kehilangan semangat. Dirinya ada diambang hidup dan mati, ini semua karena penyakit yang perlahan menggerogoti tubuhnya. Namun, dengan satu alasan R...