🎼 06. Duduk Menunggu

2.8K 155 1
                                    

06
.
.
.
🎼🎼🎼

Jam terakhir pembelajaran Rona benar-benar sudah tidak fokus lagi. Sedari tadi matanya melirik hal-hal yang tidak jelas. Bahkan bayangan wajah Amora melintas begitu saja di benaknya.

Ada kilasan tentang masa SMP dulu. Tentu saja Amora mengenalinya. Siapa yang tidak kenal gadis yang disukai pacarnya sendiri? Yah, dulu Rona pernah berada di posisi itu. Disukai Adipati yang merupakan pacar dari Amora. Sungguh situasi yang tidak mengenakan.

Makanya itu sampai detik ini Rona tidak bisa menyukai Adipati bagaimanapun laki-laki itu mendekatinya. Sudah cukup, Rona tidak ingin terlibat apapun dengan cewek tomboi itu.

Dan sialnya, Adipati kini satu kelas dengannya. Tak dapat dihindari kalau setiap hari keduanya pasti akan berinteraksi. Meskipun begitu Rona harap Adipati tidak terlalu mendesaknya.

Adipati begitu berbeda,sekarang dia dapat mengikuti pembelajaran dengan baik, memperhatikan guru yang sedang menjelaskan di depan dan bertanya ketika diperlukan. Yah, Adipati tidak mengganggunya secara terang-terangan, tapi setiap lirikan laki-laki itu padanya membuat Rona kurang nyaman.

"Itu saja dari Bapak, jangan lupa tugas untuk mata pelajar ini senin depan dikumpulkan, kalau ada pertanyaan nanti hubungi saja ya." Setelah mengucapkan itu. Guru yang mengajar di kelas ini pamit undur diri meninggalkan kelas yang mulai riuh dengan persiapan muridnya yang akan pulang.

"Ayo pulang, mau bareng aku lagi gak?" Ajak Nazira, kedua sudut bibirnya melebar dengan mata menyipit. Nazira sudah siap dengan kardigan rajutnya dan tas ransel yang hanya dikaitkan di satu pundaknya saja.

Rona mengerutkan kening melihat mata sahabatnya yang berbinar, "Semangat sekali, tadi kamu misuh-misuh gak jelas," kata Rona. Tangannya perlahan memasukan semua barang di atas meja ke tas ranselnya.

"Hehe, tadi pacarku ngirim pesan katanya sore ini bisa ketemuan." Nazira tersenyum sambil memperlihatkan kolom chat dirinya bersama pacarnya. Pantas saja raut wajah Nazira berubah drastis yang awalnya kesal dengan kedatangan Amora yang mengganggu mereka kini sudah kembali cerah.

"Kalau gitu aku dijemput bang Radit saja. Nanti kamu telat ketemuan sama pacar kamu kalau anter aku dulu." Setelah semuanya sudah beres Rona berdiri dan siap untuk melangkahkan kakinya ke luar kelas yang telah kosong.

"Eh, gak gitu juga dong Rona, cuma nganterin kamu gak bakal telat kok, eh bentar." Suara notifikasi terdengar dari handphone Nazira. Dilihat dari wajah Nazira yang mengkerut membuat Rona menerka-nerka isi pesan yang sahabatnya dapatkan.

"Rona, dia katanya udah sampe di cafe, gimana dong?" Nazira kembali cemberut memandang Rona kemudian kembali menatap layar ponselnya.

"Gak apa-apa, aku udah hubungi Bang Radit kok, tinggal nunggu dia jemput."

Nazira menarik lengan Rona, mereka berjalan bersama keluar dari ruangan kelas, melangkahkan kaki-kaki jenjangnya di koridor sekolah. Sekolah tidak sepenuhnya sepi, masih ada anak-anak yang ikut kegiatan ekstrakurikuler setelah jam sekolah berakhir.

"Maaf ya Rona, aku aku tungguin kamu sampe di jemput Bang Radit deh," ucap Nazira tidak enak hati. Sahabatnya ini lemah, tubuhnya saja kurus sekali, mungkin akan mudah bagi Rona limbung di mana saja karena penyakit yang dia derita.

Namun, tetap saja. Rona adalah Rona, dia percaya dirinya tidak selemah yang Nazira bayangkan, "Sudahlah kamu pergi saja, aku nunggu di halte bus depan sekolah kok. Banyak orang di sana. Jangan khawatir gitu aku bukan anak kecil lagi."

"Tapi kan-"

Rona kembali menggeleng mempertegas jawabannya.

Setelah banyak adu mulut untuk membalas alasan Nazira akhirnya gadis itu pergi menemui kekasihnya yang berbeda sekolah setelah mengantar Rona ke halte depan sekolah untuk menunggu Radit menjemputnya.

Love In Music (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang