🎼 24. Adil?

1.5K 87 2
                                    

24
.
.
.
🎼🎼🎼

"Tugas kalian, rangkum bab 4. Catatannya harus lengkap dan ringkas. Sertakan juga gambar contohnya. Pertemuan berikutnya bapak akan pilih random 3 orang buat presentasi. Ada yang ditanyakan?"

Pak Yasir. Guru yang cukup di takuti oleh seluruh murid selain pak Igun. Setiap kelas yang dia masuki wajib rapi dan teratur, tidak boleh ada yang melanggar tata tertib kelas yang sudah di sepakati.

Sayup-sayup Elvis masih bisa mendengar suara teman-teman sekelasnya yang bertanya dan juga suara Pak Yasir yang menjawab singkat. Namun, sekarang hening. Tidak ada suara percakapan yang ditangkap oleh telinga Elvis, yang ada hanya bunyi tapak sepatu yang menuju ke arahnya.

"Sial!" Batinnya apalagi ditambah cubitan tangan Beto pada pinggangnya. Elvis tahu, pak Yasir pasti sedang menuju ke arah mejanya. Oke tenang, sekarang buka mata pelan-pelan terus pura-pura gak tidur. Itu mudah sekali kan Elvis.

Elvis membuka matanya cepat, menegakan tubuhnya dan repleks mengusap wajahnya. Benar saja, wajah pak Yasir sudah terpampang di depannya. "Saya gak tidur pak, saya mendengarkan bapak," jelasnya tanpa diminta.

"Kalau begitu sebutkan apa saja tugas dari saya?"

Elvis tersenyum, walaupun tertidur dia bisa mendengarnya sekilas. "Rangkum bab 4 pak."

"Kurang jelas! Sekarang pergi ke luar, lari keliling lapangan 5 putaran!"

Elvis menganga. "Sekarang pak?"

"Sekarang!"

...

Sial. Ini pasti karena semalaman suntuk Elvis tidak bisa tertidur dan memilih latihan. Ingat perkataan Rona yang katanya audisi dibuka dua bulan lagi tentu saja membuat Elvis semangat berlatih. Tapi ya gini. Kalau dia semangat berlatih, semua hal akan dia kesampingkan, termasuk belajar.

Tadi juga sempat terlambat sekolah karena bangun ke siangan, tapi untungnya guru pertama begitu baik dan mengijinkannya masuk tanpa harus repot-repot memberikannya hukuman.

Elvis meraup oksigen begitu banyak. Sudah dua putaran dan kepalanya mulai nyut-nyutan. Otot-ototnya juga agak nyeri. Elvis meringis memegang pahanya. "Kayanya gue harua mulai olahraga lagi. Kaku bener jarang digerakin," gumamnya dan kembali mengelilingi lapangan dengan memperlambat kecepatan.

Sekarang jam istirahat, tentu saja pemandangan Elvis yang tengah dihukum menjadikannya sebagai tontonan. Termasuk Rona yang baru saja keluar dari kelas bersama Nazira. Mereka berdua hendak mencuci tangan di wastafel kelas sebelum makan.

"Gila, gak bosan-bosannya itu anak dihukum terus," celetuk Nazira. Berbeda dengan Nazira yang bodoh amat. Entah kenapa Rona justru merasa kasihan. Mungkin karena Elvis selalu membantunya saat dia butuh.

Teringan saputangan Elvis yang masih ada di tas Rona sebab dia lupa untuk mengembalikannya, mungkin sekarang waktunya untuk mengembalikan.

Rona kembali memasuki kelasnya untuk membawa botol air dan saputangan. Nazira yang hari ini tumbenan bawa bekal sudah siap menyantap makannya. "Mau kamana Na? Katanya mau makan."

"Mau balikin ini Zira. Kamu makan duluan aja nanti aku nyusul."

"Oh, yaudah sana. Gue makan duluan."

"Iya."

...

Elvis duduk ditemani oleh Alfa dan Beto dipinggir lapangan. Elvis sedang mengatur napasnya dan berusaha mengusap bulir-bulir keringat di wajahnya.

"Gak adil! Lo berdua gak dihukum," sentaknya yang tidak terima. Bisa-bisanya kedua kunyuk ini malah menertawakannya alih-alih membawakannya air. Elvis kan haus.

"Suruh siapa kamu tertidur di kelas? Iyakan Alfa?" Tanya Beto sambil terkekeh.

"Iya, lagian Lo bisa-bisanya tidur di jam pelajaran pak Yasir," sahut Alfa.

"Gak tahan gue. Ngantuk banget."

"Misi."

"Eh, ada nona manis. Mau ketemu Beto kah?" Beto merapikan tatanan rambut an juga kerah bajunya ketika Rona datang menghampiriri mereka.

"Jangan kegeeran." Alfa menyenggol bahu Beto. Kemudian pandangan Alfa turun ke tangan Rona yang membawa air. "Gue sama Beto cabut duluan ke kantin. Nanti Lo nyusul ke sana aja."

Alfa berdiri dan menyeret Beto untuk ikut bersamanya dan meninggalkan Elvis beserta Rona.

"Eh, Alfa. Nona manis masih di sana."

"Diam. Lo ikut gue aja."

Kalimat adu mulut Beto dan Alfa susah menjauh dan samar-samar sudah tidak terdengar.

"Makasih. Lo emang perhatian." Elvis menyambar botol dari tangan Rona dan menegaknya sampai tandas. Rasa segar langsung menyapa kerongkongannya. Setelah itu Elvis berdiri berhadapan dengan Rona.

Rona merogoh sakunya. "Ini saputangan kamu. Maaf lupa terus buat kembaliin."

"Oh, santai aja. Btw pertanyaan gue belum Lo jawab."

"Oh, soal Raja Musik?"

"Iya, tapi gapapa. Gue gak maksa kok. Lo udah kasih tahu Raja Musik buka audisi lebih awal sebelum pengumuman aja gue udah seneng. Makasi ya." Elvis mengusap pelan rambut Rona. Tentu saja itu membuat Rona mematung sejenak.

Setelah menerima saputangan dan mengembalikan Tumbler Rona, Elvis menyusul Beto dan Alfa ke kantin. Rona juga sudah pergi kembali ke kelasnya.

"Rambutnya kaku bener, jarang keramas apa gimana ya?" Gumam Elvis.

Sementara di lorong kelas, seseorang dengan pandangan kesal, serta kepalan tangannya yang menguat, kini mencoba mengatur napasnya.

Interaksi Rona dan Elvis sejak tadi tak terlepas dari pandangan Adipati. Melihat Rona yang perhatian ke Elvis membuatnya panas bukan main.

Lihat saja, Adipati tidak akan diam. Kalau dia tidak bisa mendapatkan Rona, maka Elvis pun tidak boleh mendapatnya.

Bukan kah itu adil?

🎼🎼🎼

Love In Music (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang