33
.
.
.
🎼🎼🎼"kamu gak sekolah, Nak?" Tanya perempuan paruh baya dengan daster motif bunga tulip yang membalut tubuhnya.
Namanya Arumi, Ibu tercinta Elvis.
Arumi menatap anak lelaki satu-satunya yang kusut bukan main, rambutnya acak-acakan dan kulitnya sedikit berminyak. Tubuhnya masih mengenakan kaus hitam polos dan celana pendek, padahal ini sudah pukul 08.45. bulan waktunya anak itu masih duduk manis di meja makan.
"Enggak Bu, gak enak badan," jawab Elvis. Tanganya yang bebas tanpa handphone menyomot asal bakwan jagung di atas meja. Sesekali bergumam sambil meriko punggung Arumi yang masih menggoreng.
Arumi metikan kompornya setelah bakwan jagungnya matang kemudian membalikan tubuhnya dan menghampiri Elvis. Tangannya yang sedikit kasar karena terlalu sering memasak menempel di kening Elvis.
Arumi menyernyit tidak merasakan panas sama sekali, yang ada kening putrnya ini sedikit berkeringat.
"Sakit kenapa? Pusing?" Ibu Arumi menambahkan bakwannya, tak lupa pula dia siapkan minum untuk Elvis.
"Ayah mana, Bu?" Tanyanya mengalihkan perhatian, Elvis malas membahas soal dirinya.
"Udah berangkat satu jam yang lalu," jawab Arumi. Namun nampaknya usaha Elvis tidak berhasil sebab Arumi kembali berkata.
"Kamu itu ibu perhatiin dari kemarin-kemarin murung terus. Pulangnya juga selalu subuh. Iya ibu paham kamu mau masuk band-band itu. Tapi gak gini juga Nak, ibu khawatir sama kamu. Pola hidup kamu itu perlu dibenahi," jelas Arumi. Dia khawatir putranya akan memiliki kesehatan yang buruk.
"Bukan karena itu Bu."
"Terus kenapa?" Arumi berpikir sebentar. Dia duduk di hadapan Elvis yang terhalang meja makan. "Setahu ibu, kalau anak muda kayak kamu ini murung gak jelas itu lagi jatuh cinta ya? Siapa yang nolak kamu?" Tanyanya menggoda. Terbukti ucapannya sedikit benar membuat Elvis memalingkan muka. Dan itu membuat senyum Arumi makin lebar.
Ibu Arumi mengambil piring kecil kemudian mengisinya dengan beberapa bakwan jagung. Dia memanggil Bi Pia untuk memberikan bakwannya ke tetangga.
"Ayok, jawab Ibu. Siapa yang nolak kamu."
"Emangnya kenapa Bu. Ibu mau labrak dia?" Ucap Elvis sebal. Mengingat hubungannya dengan Rona membuat bakwan di mulutnya terasa hambar, padahal tadi pertama kali makan rasanya enak-enak saja.
"Bukan. Ibu mau ajak makan bareng. Soanya udah bikin keputusan yang benar. Kamu itu masih kecil, katanya mau fokus sama karir. Jangan main cinta-cintaan dulu. Udah sana mandi terus sekolah," titahnya.
"Males Bu, udah telat juga kan."
Ibu Arumi memutar bola matanya malas. "Emangnya kamu pernah gak telat masuk sekolah? Ibu tahu tiap hari kamu di hukum karena terlambat atau enggak, ketahuan tidur di kelas. Udah sana mandi siap-siap. Lebih baik terlambat daripada gak sama sekali kan?"
Elvis menata ibunya tidak berkedip, jadi selama ini ibunya tahu soal keburukannya di sekolah. Itu pasti karena ada guru yang mengabarinya. Tapi kenapa ibunya diam saja dan tidak menceramahinya sama sekali. Arumi justru selalu menyambutnya dengan senyum lebar setiap pulang ke rumah.
"Tunggu apalagi. Sana sekolah."
"Iya Ibunda," ucap Elvis dibarengi dengan penekanan. Elvis pergi ke kamarnya untuk mandi dan bersiap. Meskipun rasanya malas, tapi melihat sikap ibunya membuat Elvis malu sendiri.
....
Elvis sampai di sekolah saat bel istirahat pertama berbunyi. Ini waktu yang sangat tidak cocok untuk terlambat. Akibatnya Elvis sekarang tengah menerima hukuman merapikan taman sekolah, mana ditonton banyak orang lagi.
Siapa juga yang tidak tertarik melihatnya dengan name tag berwarna kuning bertuliskan 'Saya tidak akan terlambat lagi'.
Di tambah kepala Elvis juga di hiasi topi runcing yang terbuat dari kertas karton berwarna oranye dilengkapi pita bling-bling. Sudah seperti anak yang ikut MPLS saja.
Kedua tangan Elvis sibuk memegang alat pemotong daun. Pucuk daun yang liar dia potong sepenuh hati. Elvis sengaja berlama-sebab tidak ingin masuk di jam pelajaran selanjutnya.
Tapi itu tidak betahan lama. Saat Elvis hendak memotong bagian kering sisi lain dari pohon, ada yang mengambil gunting tamannya. Kemudia tanganya di tarik paksa sampai tubuh Elvis berjalan mengikutinya.
"Oy! Apa-apaan nih, tarik-tatik segala. Lo kalau mau cari target bully bukan gue juga elah." Elvis melepaskan tanganya. Dia menilepiskan tanganya berulang sebab gadis berambut pendek di hadapannya memegang tangannya terlalu keras.
"Diem dulu." Amora kembali menarik Elvis saat laki-laki hendak pergi kembali. Enak saja, susah-susah Amora menyeretnya ke samping kelas yang sunyi.
"Lo Elvis? Deket sama Rona kan?" Tanya Amora langsung.
Mendengar nama Rona membuat Elvis repleks mengangguk. Sekarang dia meneliti tampilan gadis di depannya. Bajunya asal-asalan dan ketat, memakai jaketnya kulit yang ketat juga, di sakunya ada rantai-rantai kecil. Dan bibir terlapisi lipstik gelap itu membuat Elvis ingat.
"Lo yang labrak Rona waktu itu kan? Oh, bagus Lo datang ke gue langsung-"
"Gaada urusannya sama itu. Udah lewat juga. Gak usah di bahas. Gue nyamperin Lo. cuma buat ngasih sesuatu. Mungkin ini sangat berguna buat Lo dan juga buat gue." Tak lama Amora merogoh saku sok pendeknya. Membuka galeri dan memperlihatkan cuplikan sebuah video.
Awalnya Elvis biasa saja, dia tidak merasa ada hal yang aneh. Namun ketika videonya dipotong tanpa kelanjutan, itu membuat Elvis menggeram.
"Lo punya niat busuk?"
"Gak! Ngapain. Itu si Adipati yang rekam sama ngedit. Mungkin dia ngenes lihat cewek yang dia suka ternyata suka cowok lain." Amora menyandarkan tubuhnya ke tembok kemudian perlahan turun untuk duduk di sana.
Lantainya agak kotor, banyak dehu sebab jarang di bersihkan. Elvis pun ikutan duduk di sana, di samping Amora yang menghadap langsung ke arahnya karena merasa info ini amat penting.
"Maksudnya?"
"Lo juga tahu kan. Si Rona sekarang ngejauhin Lo. Gue bodo amat sih, tapi pas dia jauh dari Lo, Adipati makin gencar deketin dia. Dan itu masalah buat gue."
"Jadi maksud Lo, Rona udah tahu video ini dari Adipati," tebak Elvis tak percaya.
"Gue gak bilang gitu. Tapi kemunginan besar iya."
Jawaban Amora membuat Elvis menggaruk kepalanya kasar. Lambut lebatnya acak-acakan, pun dengan wajah kusut semakin membuat penampilan Elvis kacau. Tiba-tiba Elvis berdiri dan hendak pergi namun kalimat Amora lagi-lagi menahannya.
"Mau kemana? Nemuin Rona? Ngejelasin semuanya kalau itu cuma salah paham. Emang dia bakal percaya gitu aja? Gue rasa enggak." Iya. Ucapan Amora benar. Rona sudha pasti tidak akan percaya. Apalagi melihat situasi keduanya yang sudah renggang lalu tiba-tiba Elvis menumi Rona. Sudah pasti Rona akan menghindarinya.
Tunggu, kedua alis Elvis menyernyit. Matanya menyipit kembali merilik Amora yang sekarang bangun sembari menepuk roknya.
"Lo, tahu dari mana itu salah paham?" Kalau Amora melihat video itu harusnya Amora juga berpikiran yang sama tapi gadis itu justru berkata demikian.
"Gue ada video panjangnya," ucap Amora. Bibirnya tersenyum lebar.
Ucapan Amora bagaikan angin segar. Entah kenapa Elvis rasa dia punya kewajiban untuk menjelaskan semuanya pada Rona. Elvis tidak mau dirinya di cap buruk sementara hatinya masih menginginkan Rona.
"Ini gak gratis."
"Berapa? Gue bayar berapapun Lo minta."
"Gue gak butuh uang."
"Terus?"
"Gue butuh Lo."
Apa? Amora membutuhkan dirinya. Untuk apa?
"Buat jauhin Rona dari hidup Adipati," kata Amora tegas.
🎼🎼🎼
Note: Selamat berbuka puasa bagi yang menunaikan...
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Music (SELESAI)
Fiksi RemajaNamanya Rona, namun tidak seperti namanya. Gadis itu memiliki kulit yang pucat, tubuh yang lemah dan kehilangan semangat. Dirinya ada diambang hidup dan mati, ini semua karena penyakit yang perlahan menggerogoti tubuhnya. Namun, dengan satu alasan R...