31
.
.
.
🎼🎼🎼Mengawasi Amora yang tengah menjalani hukuman membuat Adipati jengah. Memang, Amora melaksanakan hukumannya. Dia membersihkan lantai kamar mandi yang kotor, mengelap kaca juga menguras bak. Tapi celetukan-celetukannya membuat Adipati pening. Kadang kesal gak jelas, kadang menggoda. Dan itu semua hanya Adipati balas dengan tatapan jengah saja.
Kini Amora menyimpan kembali alat pembersih, dia mengambil satu bungkus pengharum ruangan dan menggantungkannya. Harum semerbak buah jeruk kini menambah kesan segar kamar mandi yang sudah bersih.
"Thanks," kata Amora tiba-tiba sejak beberapa menit bibir itu diam saja.
Karena Adipati tidak merespon, Amora melanjutkan perkataanya. "Makasih karena Lo udah nolong gue waktu itu. Karena bantuan Lo, gue jadi makin menggebu-gebu buat dapetin Lo lagi. Bye!" Amora sempat mengedipkan sebelah matanya ke Adipati sebelum dia pergi meninggalkan kamar mandi. Bantuan yang Amora maksud adalah ketika Adipati mengantarnya pulang setelah memergoki ayahnya berselingkuh.
Rantai yang berkalung di sepatunya serta gelang yang begitu banyak di tanganya membuat suara bising setiap kali dia melangkah.
Adipati menghela napas tak acuh, perkataan Amora bagaikan angin lalau. Masuk telinga kanan keluar telinga kiri sebab sekarang benaknya tengah mencari waktu yang tepat untuk melaksanakan misi.
....
Besoknya waktu pelajaran olahraga, Adipati tidak mendapati Rona di lapangan. Sibuk memanjangkan lehernya dan melebarkan mata untuk melihat-lihat nyatanya tidak membuat mantan ketua osis itu mengakap tubuh Rona.
"Rona Grasiella Deepa," ucap guru olahraga mengabsen.
Situasi yang sangat pas untuk Adipati mendapatkan jawaban.
"UKS pak. Ijin sakit gak bisa ikut olahraga," jawab Nazira. Tadi pagi memang keadaan tubuh Rona lebih kacau dari hari biasanya. Mama Laras sudah sangat jelas melarang Rona pergi sekolah. Memang dasarnya keras kepala, Rona tidak mengindahkan perintah mamanya. Alhasil sekarang tubuhnya lemas dan sakit di kepalanya makin nyut-nyutan. Tadi pun saat ganti baju di toilet bersama Nazira, Rona sudah tidak mampu berdiri tegak. Makanya Nazira mengantar Rona untuk istirahat di UKS saja.
Meskipun Rona menolaknya, Nazira bisa paksa atau bahkan Nazira akan menyeret Rona kalau-kalau anak itu masih ngenyel mau ikut jam olahraga. Mana hari ini materinya lari sprint lagi. Pasti setiap anak akan dites kemampuan berlarinya.
"Dia sering sakit ya? Setelah lihat absen saya ternyata udah 4 kali sakit. Apa mapel lain juga gitu?" Tanya pak guru lagi.
Semua orang lantas berbisik-bisik tidak jelas. Adipati menangkap anak kelasnya menanyakan hal yang sama. Rupanya mereka juga baru sadar kalau Rona sering sekali sakit dan istirahat di UKS.
"Mungkin males kali pak, olahraga di luar ruangan gini. Mungkin dia gak mau kulit putihnya terkena matahari jahat. Orang tiap hari kerjaannya moles muka dia pak," jawab salah satu murid perempuan. Nazira mendelik tidak suka. Apa dia tidak berkaca? Bibirnya saja merah cabai begitu, pikir Naziara gemas. Apalagi saat teman-teman yang lain malah mengiyakan dan sependapat. Ingin sekali Nazira membantah dan mencabik mulut itu. Tapi, dia sedang malas adu mulut sekarang.
"Gak Pak, Rona memang sakit." Nazira hendak melanjutkan kaliamatnya namun dia urung sebab teringat kalau Rona tidak mau penyakitnya tersebar.
"Sakit apa? Ada surat keterangan dokternya? Kalau ada nanti kirim ke saya ya. Tolong bilangin ke Rona, soalnya ini bakal ngaruh ke nilai juga."
"Baik pak," jawab Nazira
"Pak saya izin ke toilet agak lama. Panggilan alam," seru Adipati meminta ijin. Mengetahui Rona tengah sendirian di UKS membuatnya tak semangat mengikuti pembelajaran dan sudah pasti ingin menemui Rona secepatnya. Dia selalu kecolongan saat akan berbicara berdua dengan Rona.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Music (SELESAI)
Novela JuvenilNamanya Rona, namun tidak seperti namanya. Gadis itu memiliki kulit yang pucat, tubuh yang lemah dan kehilangan semangat. Dirinya ada diambang hidup dan mati, ini semua karena penyakit yang perlahan menggerogoti tubuhnya. Namun, dengan satu alasan R...