🎼 29. Berdebar

1.2K 71 0
                                    

29
.
.
.
🎼🎼🎼

Hari ini semua guru sedang mengadakan rapat dadakan. Jadinya murid-disini sini tidak sempat diberikan pengumuman untuk libur.

Karena itulah siswa-siswi tidak bisa terkontrol, banyak yang berlalu-lalang di luar kelar. Termasuk Elvis dan kawan-kawannya. Niat awalnya ingin ke tempat nongkrong biasa. Di depan ruang BK yang udah gak kepakai. Tapi, ketika melewati gajebo, Elvis sempat melihat Rona tengah membaca buku sendirian. Tidak ditemani oleh sahabatnya.

Terhitung satu Minggu sejak dia mengantar Rona pulang. Elvis tidak pernah lagi mengobrol dengan Rona. Hanya saling melihat setiap kali berpapasan. Itupun Rona selalu menghindar saat Elvis akan menyapanya. Sikap Rona membuat Elvis bertanya-tanya.

"Kalian duluan, gue mau ngedate dulu."

"Jangan sakiti nona manis, Elvis!" Perintah Beto. Sedangkan Alfa hanya fokus pada handphonenya. Sepertinya, papa Alfa masih senantiasa mengirimkannya beberapa tugas.

"Siapa juga yang mau nyakitin. Udah urus aja Ig Lo yang penuh ciwi-ciwi itu. Bye kawan."

Secepat kilat Elvis berlari dan duduk tegap di hadapan Rona. Tentu saja itu mengganggu sekali sebab tubuh jangkung Elvis menghalanginya dari terik mentari pagi.

"Sendirian aja Na?"

"Nggak, berdua kok." Jawaban Rona membuat Elvis sadar.

"Oh iya. Berdua sama gue."

Melihat Rona menutup bukunya, mengambil Tumbler air kemudian berdiri membuat Elvis menahan tangannya yang terbungkus kardigan rajut berwarna pink. "Mau kemana lagi? Gak kangen sama gue? Gue kangen lho sama Lo, Na."

Kedua alis Rona mengernyit, dia menghela napas sejenak. "Mau pindah tempat, cahaya mataharinya ketutup kamu."

Elvis dengan spontan mengubah duduknya menjadi di samping Rona. Membiarkan cahaya matahari pagi kembali menerpa tubuh Rona. "Nih, gue udah geser. Duduk lagi Na," titahnya.

Karena tidak ada apapun lagi yang dia jadikan alasan akhirnya Rona kembali duduk di samping Elvis, kembali membuka bukunya meskipun tidak dia baca sebab canggung dengan kehadiran sosok di sampinya.

"Sengaja ya ngehindar terus?"

Sebuah pertanyaan yang membuat tubuh Rona memegang. Tak sadar juga tanganya meremat buku sehingga kertas bertuliskan adegan tegang itu kusut.

Tiba-tiba tangan Elvis menangkap tangan Rona yang mengremat buku. Awalnya rasa hangat membuat Rona tersipu jantungnya berdetak bukan main. Padahal Rona sama sekali tidak menatap wajah Elvis. Pandangnya menunduk melihat kedua tangan mereka yang menyatu. Namun, ketika Elvis tidak sengaja mengelus punggung tangan Rona, dengan cepat Rona menariknya.

"Sorry." Elvis sadar, perbuatanya barusan pasti membuat Rona tidak nyaman. Tapi, begitu telapak tangannya menyentuh kulit Rona, Elvis tak tahan jika tidak mengelusnya.

Rona meraup oksigen cukup banyak. Rona jadi tidak suka pada dirinya sendiri kalau begini. Gugup, ini bukan Rona sekali. Dan lagi alasannya tak bisa mengontrol sikap hanya karena dia sedang bersama Elvis? Oh ayolah ini konyol.

"Aku mau ngobrol serius sama kamu." Tiba-tiba Rona mengeluarkan suaranya saat satu menit berlalu di isi kekosongan.

"Boleh banget dong Na, coba mau cerita apa?" Dengan antusias Elvis menegapkan tubuhnya. Kedua tanganya dia lipat di meja gajebo.

Rona tidak ingin merasakan canggung terus. Semalam juga dia sudah memikirkannya. Jadi mungkin ini waktu yang tepat untuk membahasnya.

"Elvis, kamu tahu? Setiap sikap kamu itu buat aku bingung. Kamu itu kadang perhatian, kandang juga biasa-biasa aja. Aku tahu mungkin hal ini sudah banyak di alami gadis lain. Tapi jujur aku baru mengalami ini untuk yang kedua kalinya. Dan pelanggan pertama sangat buruk," jelas Rona sebagai kalimat awal. Dulu Adipati sering memberikan perhatiannya juga. Namun status cowok itu yang sudah memiliki pacar membuat Rona terjebak di kebencian Amora sampai detik ini.

Rona menelisik raut wajah Elvis. Sejak mengenal Elvis, wajahnya itu tidak pernah sedatar Alfa. Elvis selalu mengekspresikan perasaannya melalui wajah. Dan yang paling Rona sukai ketika pria itu melebarkan kedua sudut bibirnya dengan mata menyipit. Sekarangpun demikian, Elvis tersenyum mendengar perkataannya, pun dengan kedua mata tak lepas dari wajah Rona yang tak fosuk dan sesekali menunduk.

"Aku mau ngucapin terima kasih untuk semuanya. Kamu sering banget bantu aku. Begitu sering sampai kita bisa seakrab ini." Rona menutup bukunya. Wajahnya mendongak melihat Elvis.

"Sama-sama Na. Lo juga udah bantu gue. Jadi kita seimbang," jawab Elvis, kemudian cowok itu mengangkat tanganya mendekati Rona.

Rupanya semilir angin yang berlawanan membuat rambut palsu Rona sedikit menutupi wajahnya.

Elvis gemas dibuatnya.

"Ya, ada hal lain." Mendadak Rona ragu dengan tujuan sendiri. Apakah nanti Elvis akan memandang Rona berbeda dengan ketika dia sudah mengungkapkannya?

Melihat kegugupan Rona. Elvis sengaja membuat tubuhnya tidak terlalu serius, dia usahakan se santai mungkin agar Rona nyaman. Dan itu berhasil! Rona mau melanjutkan perkataanya.

"Aku gak tahu sama perasaan aku sendiri. Tapi, setiap dekat kamu, jantungku selalu berdebar. Rasa nyaman juga perlahan-lahan datang."

Ekspresi wajah Elvis bukan tersenyum lagi. Laki-laki itu menarik dagunya kebawah sampai mulutnya menganga dengan pandangan tidak percaya.

"Dan aku gak nyaman sama perasaan ini. Elvis dengar. Mungkin ini kali terakhir kita bertemu, aku mau kita ada batasan lagi sama kayak dulu. Aku tahu kamu memang begini ke semua orang. Kepribadian kamu yang selalu ceria dan suka menolong adalah poin buat kamu banyak di sukai orang. Jadi masalahnya ini ada di diri aku yang gak tahu malu sama perasaanku sendiri," jelas Rona. Tanyanya tidak bisa diam. Sesekali memilin satu sama lain, atau mengetuk-ngetuk meja bila perlu.

"Na Lo serius suk-"

Rona buru-buru menyanggah. Dia sudah tidak nyaman di sini. "Udah, itu aja yang mau aku ungkapin. Makasih udah dengerin sampai akhir. Aku permisi dulu."

Rona beranjak meninggalkan Elvis yang masih bengong. Tidak percaya.

Setelah sadar Elvis sempat mengejar dan menahan lengan Rona. Tapi begitu melihat tatapan Rona yang memohon untuknya menjauh, membuat Elvis memberikan waktu pada gadis yang baru saja mengungkapkan perasaannya?

Ini gila! Elvis bahkan tidak bisa berpikiran jernih setiap harinya setelah ini.

🎼🎼🎼

Note:

Wah Rona duluan yang ngungkapin dong.

Love In Music (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang