30
.
.
.
🎼🎼🎼Terhitung sudah tiga hari Rona menjauhi Elvis sejak dia mengungkapkan perasaannya. Bodohnya Elvis pun melakukan hal sama. Dia tidak bergerak sama sekali, kehidupannya benar-benar monoton sama seperti dulu, sebelum dia mengenal Rona.
Elvis memberi ruang untuk Rona. Dia paham, Rona membutuhkan itu. Dan Elvis bukan tipikal orang yang selalu mendekat tanpa peduli perasaan orang itu nyaman atau enggak di dekatnya. Kasus Rona sekarang, gadis itu ingin keduanya untuk menjauh. Elvis terima dengan lapang. Dia tidak memaksakan kehendak meskipun ingin sekali mengajak Rona duduk di atas motornya, kembali mengelilingi kota ditemani awan gelap serta angin yang menerpa tubuh. Tersenyum malu-malu sebab kulit mereka tidak sengaja bersentuhan. Tapi sekarang berbeda. Rona sudah tau perasaannya sendiri, dan dia tidak nyaman akan hal itu.
Oke, lupakan sejenak tentang Rona. Kini satu sekolah tengah heboh dengan kasus baru!
Seorang siswa kehilangan dua gigi depannya sebab kena tonjok tangan ajaib Amora.
Anak itu kembali berulah lagi. Rumor mengatakan Amora Menonjok wajah Siswa itu karena dia mengganggu pandangan Amora. Kejadiannya di koridor dekat koprasi.
Tempat strategis kamera cctv dan kamera siswa lalu-lalang. Di media sosial pun banyak beredar video serta foto yang menampakan wajah Amora di ikuti caption yang menjerumuskan Amora. Banyak pula netizen yang menghujat Amora dengan ketikan pendasnya.
Kini di ruang BK, Amora diam dengan wajah angkuhnya. Kedua tanganya dia lipat di depan dada dengan kaki menyilang. Matanya menyorot tajam ke guru BK di hadapannya.
"Baiklah Amora. Bisa di jelaskan kejadian ini?" Tanya Ibu Ika. Perempuan berambut kriting itu mengetuk-ngetuk kuku panjangnya di atas meja.
Amora menapak ibu Ika dengan jengah. "Bukannya udah tahu ya? Ngapain juga nanya-nanya saya. Udah deh, males. Sebutin aja hukuman saya."
Ibu Ika menghembuskan napasnya. Beliau sudah lelah mengurus kasus anak-anak di sekolah. Karena kasus Amora masih di tahap tidak terlalu tinggi jadilah dia yang mengurus. Kalau tingkat kenakalan siswa sudah tidak bisa ditolerir, sudah pasti kesiswaan akan turun tangan.
"Ibu butuh alasan kamu. Butuh opini kamu. Ibu tidak bisa mendengar cerita dari satu sisi saja, jadi kenapa bisa pukul Reno?"
"Mau aja. Mukanya nyebelin minta ditonjok," balasnya. Lagi, Bu Ika menghela napas sambil geleng-geleng kepala. Tidak habis pikir bagaimana caranya menghadapi siswi macan Amora.
"Permisi Bu, ada apa panggil saya?"
Adipati dengan jas OSIS yang melekat di tubuhnya datang menghampiri Bu Ika. Wajahnya tidak terkejutnya melihat Amora yang sudah jadi langganan di ruangan ini.
"Oh Adipati? Duduk dulu sebentar ya." Bu Ika menarik salah satu kursi untuk Adipati duduk di dekatnya.
Setelah Adipati mendudukan bokongnya di kursi dengan ragu, Bu Ika kembali memfokuskan diri ke Amora yang justru sekarang fokusnya malah ke Adipati.
Amora begitu terang-terangan menambang Adipati tanpa mengedip sama sekali.
"Ayok Amora, jawab pertanyaan ibu. Kenapa Amora pukul Reno?" Tanya Bu Ika lagi. Kali ini nadanya sangat lembut. Bu Ika juga menggenggam tangan Amora yang kini berada di atas meja. Ada sedikit lebam di sana. Usapan halus pada punggung tanganya membuat Amora menunduk melihat tangan Bu Ika.
Perasaan hangat dan terlindungi menyusup begitu saja pada renung hatinya.
Perlahan bibirnya terbuka dan mengatup. Agak ragu untuk bercerita sebab dia sangat jarang menceritakan apapun pada orang tuanya.
"Dia selingkuh," jawab Amora singkat, menimbulkan kerutan pada dahi Bu Ika. Sementara Adipati di buat bengong, dia merasa perkataan Amora itu untuk dirinya dulu.
"Dia pacar kamu?" Bu Ika kembali bertanya. Nadanya sangat hati-hati dan lembut. Bu Ika tengah membuat Amora nyaman dan perlahan-lahan mulai mau bercerita.
"Bukan. Dia pacar orang, tapi saya tahu dia punya pacar lain. Pas lagi berduaan saya gak tahan pengen nonjok. Saya paling benci sama perselingkuhan. Gak bisa nahan diri kalau lihat orang selingkuh di depan mata saya." Amora menceritakannya begitu cepat. Di akhir kalimat dia sempat merik Adipati sekilas.
Bu Ika mengangguk-anggukkan kepalanya. Paham dengan situasi Amora. "Baiklah, itu alasan kamu saya hargai ya Amora. Tapi, memukuli orang sampai giginya rontok juga kesalahan," jelasnya.
"Saya tahu, jadi apa hukuman saya?" Tanya Amora langsung.
"Sekarang Amora telpon orang tua Amora. Boleh ibu, boleh ayah ya, suruh ke sekolah sekarang. Habis itu Amora bersihkan toilet kamar mandi mesjid. Nah, ibu juga minta Adipati pantau Amora ya." Bu Ika menatap Adipati penuh harap.
"Baik Bu. Saya akan pantau dia," jawabnya. Mau gimana lagi, ikut OSIS membuat Adipati akan selalu menuruti perintah gurunya.
"Hp saya lobet," celetuk Amora tanpa repot-repot membuka ponselnya sama sekali.
Kedua manusia di hadapannya saling pandang sejenak.
"Aduh, hp ibu lagi dipakai sama anak. Tidak tahu juga sekarang anaknya dimana," jawab Bu Ika. Rambut keritingnya bergoyang-saat kepalanya menengok sekitar.
Kali ini Amora menatap Adipati. Tanganya mengulur tepat di depan dagu Adipati.
"Pinjem hp Lo."
Adipati menyernyit tidak suka. Dia menyingkirkan tangan Amora. Jelas dia menolaknya. Namun, perintah Bu Ika kembali membuatnya tidak bisa membantah.
"Kasih pinjam saja. Ibu perlu ngobrol sama orang tua Amora sekarang."
"Baik Bu."
Adipati memberikan ponselnya ke Amora yang sekarang gadis itu berdiri menjauh darinya dan Bu Ika dengan wajah sangat menyebalkan menurut Adipati.
Saat membua ponsel Adipati, ternyata ponsel itu tidak memakai sandi. Dan tampilan awal saat Amora menekan tombol on adalah galeri. Mungkin Adipati lupa menekan tombol kembali saat mematikannya.
Awalnya Amora tidak begitu peduli. Namun, saat ekor matanya tak sengaja menangkap video berisikan Elvis dan juga Alfa. Rona tidak terlalu tahu siapa mereka namun yang jelas kedua laki-laki itu lumayan dekat dengan Rona. Dia sering melihat Elvis bareng Rona ketika pulang sekolah, hal itu juga yang membuat Amora menekan video itu untuk memutarnya. Dia memastikan juga volume videonya tidak sampai terdengar ke dalam.
Asa dua video yang sama dengan durasi yang berbeda, dua-duanya sudah Amora tonton. Namun, karena volume yang tidak terdengar jelas membuatnya sedikit menerka-nerka.
Satu video mentahan berdurasi agak panjang tidak membuatnya berpikir aneh-aneh. Tapi video satunya lagi yang telah di edit atau di potong sehingga bisa menimbulkan sang penonton salah paham membuatnya tahu apa tujuan Adipati membuat video ini. Apalagi saat telinga Amora mendengar nama Rona terucap dalam video. Itu semakin membuat janggal.
Tidak menyia-nyiakan kesempatan, sebelum menelpon mamanya. Amora mengirim kedua video itu ke ponselnya mengunakan AirDrop.
Yeah, ponsel Amora baik-baik saja sebenarnya. Dia hanya malas membuka ponsel tadi.
Oke sudah terkirim, Amora lekas menghapus riwayat kemudian mengetik nomor mama untuk dia telpon.
Bebirnya tersenyum miring mengingat Adipati begitu ceroboh. Amora tahu, Adipati masih menaruh hati pada Rona. Namun, dia tidak mengira kalau Adipati akan melakukan hal kekanakan seperti ini hanya untuk membuat Rona dekat dengannya?
Sungguh konyol. Tiba-tiba dadanya berdesir penuh diliputi amarah.
"Halo Ma. Ini Amora. Mama dapat panggilan ke sekolah," ucapnya saat seseorang di sebrang sana menerima panggilan.
🎼🎼🎼
Note: Sengaja up sore buat nemenin kalian ngabuburit hehe...
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Music (SELESAI)
أدب المراهقينNamanya Rona, namun tidak seperti namanya. Gadis itu memiliki kulit yang pucat, tubuh yang lemah dan kehilangan semangat. Dirinya ada diambang hidup dan mati, ini semua karena penyakit yang perlahan menggerogoti tubuhnya. Namun, dengan satu alasan R...