37
.
.
.🎼🎼🎼
Ternyata acaranya cukup mengasyikkan. Nazira begitu aktif ikut berjoget sementara Rona hanya menonton di pinggir lapangan.
Awalnya Nazira juga ingin menemani Rona saja. Namun, tatapan Nazira yang mupeng melihat anak-anak lain menari di bawah guyuran air selang dari pemadam kebakaran. Musik juga kian kencang membuat siswa-siswi semakin bersemangat.
"Kamu, pergi aja. Gapapa kok. Sana," ucap Rona. Tidak tega karena Nazira harus duduk diam menonton bersamanya.
"Gak ah, kamu sendirian kalau gue ke sana nanti," jawabnya menolak. Namun, wajahnya begitu antusias memandang kegiatan di lapangan.
"Gapapa. Udah sana, nanti airnya keburu abis."
Nazira meneguk ludahnya. "Beneran?"
"Iya."
Tanpa pikir panjang lagi anak itu heboh berlari dan bergabung dengan yang lain. Bernyanyi dan berjoget bersama di bawah guyuran air.
Meskipun hanya menjadi penonton Rona sangat menikmatinya.
Sebelum acara ini tadi sempat ada foto angkatan, sengaja Nazira memilih tempat yang teduh karena kondisi tubuh Rona meskipun hasil gambarnya mungkin tidak seterang yang berdiri di bawah matahari langsung.
Rona menghela napas, lagi-lagi Nazira melindunginya.
Rona juga senang karena dugaannya tentang pandangan orang-orang padanya akan aneh. Ternyata tidak, mereka sibuk dengan kesenangnya sendiri. Tidak ada yang memperhatikan Rona. Bahkan Amora sekalipun, gadis itu sibuk membuat video dan foto-foto bersama circle nya. Adipati pun sama, dia sibuk mengatur semuanya, transisi, antrean masuk ke bangku yang sudah berjajar rapi dan tinggi, sampai pembuatan video semuanya yang mengatur adalah Adipati, di bantu dengan beberapa siswa berpengaruh lainnya.
Tapi, kalau Elvis. Rona tidak melihatnya.. entah di mana anak itu, mungkin dia juga sama sibuk dengan kesenangannya sendiri.
"Gila! Seru banget lho. Nih ciprat-ciprat dikit haha." Nazira datang ke hadapan Rona dengan baju hitam dan rok abu-abu basah kuyup, tanganya yang masih basah dia kibaskan ke arah Rona.
"Udah, nanti basah." Rona menghindar dengan senyum di bibirnya. Senang juga melihat Nazira riang begini.
Sekarang sudah Sore, harusnya papa sudah menjemputnya. Tapi dari tadi Rona memperhatikan ponselnya, papa Aria belum menelpon.
"Janji kan sampai malam?" Nazira bertanya antusias. Dia duduk di samping Rona.
Rona menoleh, wajah Nazira begitu riang, tapi apa boleh buat, Rona juga sudah janji pada Mama Laras untuk pulang sore.
"Kayaknya aku pulang sekarang deh Zira. Nunggu papa jemput. Maaf ya," jawabnya lesu. Apalagi ketika melihat wajah Nazira juga ikut lesu.
"Yah, gak asik banget. Tanggung Na, abis magrib juga langsung band." Nazira memeras rambutnya. "Tapi gapapa, Na. Kamu memang butuh istirahat, gimana? Lemes banget gak badannya?"
Rona menggeleng, "Kalau lemes aku tiap hari pasti, tapi gak lemes banget kok masih kuat jalan."
"Yaudah, gue ganti baju dulu buat persiapan nanti malam, kamu mau nunggu di sini atau ikut ke toilet?" ajaknya.
"Ikut aja deh, bosen juga duduk di sini."
Keduanya berjalan ke arah toilet, melewati ruang guru dan juga ruangan seni musik. Di sana banyak anak-anak seni tari dan seni musik yang tengah mempersiapkan alat musik untuk di bawa ke panggung. Termasuk Elvis dan kawan-kawannya.
"Aduh, bentar Na, tali sepatu gue dua-duanya lepas. Mungkin ke injek pas joget tadi," ucapnya sambil berjongkok. Rona hanya mengangguk dan diam di tempat.
Rona sempat menahan napas saat matanya menatap punggung Elvis. Kakinya seolah kaku. Jadi dari tadi Elvis di sini tidak ikut mandi air?
Tubuhnya pun sama dengan Rona yang kering tanpa adanya percikan air. Agaknya setelah foto dan video angkatan Elvis tidak mengikuti kegiatan lain. Anak itu langsung sibuk mengurus keperluan untuk tampil.
Elvis menoleh sehingga sekarang mereka bertatapan dan anehnya Rona tidak perlu merasa harus memalingkan muka.
Hari ini adalah hari terakhir mereka bertemu, Rona tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Setidaknya menatap wajah Elvis sore ini sudah cukup.
Jantung Rona berdesir saat Elvis hendak melangkah untuk mendatanginya, tapi untungnya di dalam ruangan ada yang memanggil Elvis untuk membatu membawa mikrofon.
"Yuk, Na," ajak Zira setelah selesai dengan urusannya.
....
Ini sudah magrib, tapi papa belum menjemputnya juga. Rona sudah sholat Maghrib di mushola sekolah dan sekarang tengah duduk di sana di temani Nazira dan siswi-siswi lain yang tengah menunaikan kewajiban.
"Belum datang juga?" Nazira merebahkan dirinya di samping Rona.
Rona menggeleng, "Belum," jawabnya. Sampai satu panggilan masuk ke ponselnya dari nomor papa.
"Halo Pa?" Rona mengangkat panggilan itu.
"Na, mobil Papa mendadak mogok, Rona tunggu sebentar yaa. Papa lagi di bengkel. Kalau mau langsung pulang boleh pesen taksi online aja. Nanti chat papa kalau udah order," balasnya dari sebrang. Pantas saja jam segini belum datang.
"Iya pa, papa hati-hati. Rona aman kok di sini."
"Iya, Papa tutup telponnya. Hati-hati ya sayang."
"Iya Pa."
Panggilan sudah berakhir. Sekarang Rona bingung harus menunggu di mana lagi sebab kebanyakan siswa-siswi sudah berkumpul di lapangan untuk menonton band. Mushola juga sudah hampir sepi.
"Mau tunggu di mana?" Tanya Nazira. Rupanya Nazira mendengar percakapannya dengan Papa.
"Aku ikut nonton bentar deh, Zira. Sambil nunggu papa jemput," jawabnya yakin.
"Beneran?" Tanyanya antusias sekaligus tidak percaya.
"Iya, aku juga sebenarnya pengen nonton."
Nazira menelisik wajah penat Rona, agak ragu dengan keputusan sahabtnya. Tapi mau gimana lagi. "Yaudah ayok," ajaknya dan menarik pelan tangan Rona menuju lapangan.
🎼🎼🎼
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Music (SELESAI)
Novela JuvenilNamanya Rona, namun tidak seperti namanya. Gadis itu memiliki kulit yang pucat, tubuh yang lemah dan kehilangan semangat. Dirinya ada diambang hidup dan mati, ini semua karena penyakit yang perlahan menggerogoti tubuhnya. Namun, dengan satu alasan R...