20
.
.
.
🎼🎼🎼"Lo bisa naik motor kan? Gue gak bawa mobil soalnya," tanya Elvis.
Mereka berdua tengah berjalan menuju parkiran tempat motor Elvis berada.
"Bisa. Gak masalah kok," jawab Rona.
Motor Elvis bukanlah motor yang besar juga tinggi, bukan juga motor bebek. Rona tidak tahu apa merek motor milik Elvis, tapi yang pasti dia merasa nyaman saat mendudukan bokongnya di sana.
Mata Elvis terpejam, aroma menyegarkan begitu memanjakan hidungnya. Ini pertama kali Elvis membonceng perempuan, kecuali bi Pia, Art yang bekerja di rumahnya saat belanja ke pasar.
Itupun Elvis tidak merasa deg-degan seperti ini. Mungkin aroma bi Pia lebih ke minyak urut sedangkan wangi Rona begitu manis. Elvis baru menyadari ini.
Perjalanan hanya hening saja, tidak da topik sama sekali. Elvis benci berbicara di atas motor, paling-paling jawaban yang dia terima berupa hah, heh, hoh doang. Rona, apalagi, dia tidak bisa membuka topik, selama ini biasanya Elvis yang memulai obrolan, jadilah sekarang Rona hanya menikmati hembusan angin di jalan raya, melihat gedung-gedung dengan mata berbinar, rambut tertutup helm bulat milik Alfa yang Elvis pinjangkan untuknya membuat rambut palsu bagian bawah Rona melambai tertiup sapuan angin.
Rasanya dingin, Rona merapatkan cardigan putih yang dia kenakan. Sesekali menggosokkan kedua telapak tangan kemudian menipunya agar terasa hangat.
Wajah polos Rona terekam jelas di mata Elvis yang sedari tadi memperhatikannya lewat kaca spion. Bibirnya tertarik kemudian kendur beberapa kali. Sungguh momen langka yang membuatnya memperlambat laju motornya hanya untuk menikmati keberadaan Rona di dekatnya.
Tapi yang namanya juga waktu, tak terasa motor Elvis kini sudah mendarat di depan studio miliknya.
"Masuk, duduk di sini dulu, gue bikin minum dulu," ucapnya setelah menyalakan lampu.
Rona mengangguk, dia duduk di sofa yang sama pada saat dia mengembalikan saputangan Elvis yang lalu.
Tak
Dua cangkir berisi air putih dingin tersaji di atas meja, Rona hanya meliriknya sekilas tanpa minat meminumnya masa sekali.
"Bagaimana pendapat Lo tentang tempat ini?"
Satu pertanyaan dari Elvis yang sempat membuat kening Rona mengerut sebentar. Rona memperhatikan detail dari ruangan ini. Matanya seolah menggeledah ruangan demi bisa menjawab pertanyaan yang Elvis lontarkan.
"Bagus."
Elvis berdecak, "Dari sekian banyaknya kata sama kalimat, kenapa hanya itu yang Lo bilang?"
"Butuh jawaban yang lebih spesifik?" Tanya Rona balik dengan alis terangkat.
"Yeah." Elvis meminum airnya, punggungnya dia sandarkan di sofa dengan lengan yang menutupi kedua matanya.
"Ruangan ini bagus, sedikit sentuhan seni di dinding juga detail pajangan dinding, aku menyukainya, lalu untuk model ruangannya aku tidak suka. Terlalu pengap dan tidak ada jendela, hanya ada ventilasi saja. Ruangan ini akan sangat gelap kalau tidak ada lampu saat siang hari pun. Untuk aromanya, bercampur tapi aku rasa parfum yang kamu gunakan lebih dominan, harum kue brownies, terus-"
"Tunggu dulu," potong Elvis cepat, lengan yang menutupi matanya dia singkirkan. Tubuhnya pun dia tegakan dan kembali menunduk dengan kedua siku bertumpu di atas paha, tangan mengusap wajah yang memerah, mendadak dia malu saat Rona menyebut wangi tubuhnya.
"Maksud gue, tentang alat musik di sini."
"Oh, alat musiknya? Em, lumayan lengkap, tapi sedikit usang. Terus banyak debu. Kalian jarang bersihkan ya?"
"Malas."
Rona membuang pandanganya, sedikit menghela napas lalu menaruh perhatian pada Elvis sepenuhnya. "Sebenarnya kamu ajak aku kesini untuk apa?"
Elvis tersenyum, senyumannya begitu lebar hingga memperlihatkan lesung pipinya. "Harusnya kamu menanyakan ini tadi sebelum kita berangkat ke sini."
Rona kembali mengangangguk, "yah, aku salah. Tapi untuk pertanyaan aku serius."
"Baiklah-baiklah, tapi sebelum gue jawab pertanyaan itu. Gue mau tanya dulu." Elvis mencondongkan tubuhnya lebih dekat dengan Rona. Hal itu membuat Rina repleks memundurkan tubuhnya hingga mentok di pinggir sofa.
"Iya?"
"Radit Tama, kamu kenal?"
Rona terdiam, haruskah dia mengangguk dan mengaku kalau Radit Tama adalah kakak kandung nya. Tapi, untuk apa dia menanyakan Abangnya itu.
"Hey," seru Elvis saat Rona malah terbengong.
Rona mengangguk. Dan Elvis kembali bertanya.
"Berarti, Lo tahu dan kenal Raja musik kan?"
Rona kembali mengangguk. Dalam benaknya sudah menerka beberapa kemungkinan alasan yang membuat Elvis bertanya demikian dengan wajah yang bisa dibilang amat serius. Kedua matanya fokus, alis tebalnya menukik menyisakan sedikit kerutan pada keningnya. Kemudian kerutan itu mengendur saat Rona kembali menarik turunkan kepalanya pelan.
Helaan napas lega keluar begitu saja melewati mulut Elvis. "Kalau gitu, Lo bisa bantu gue buat kasih tahu kriteria gitaris apa yang Raja Musik butuhkan?"
Tak kunjung mendapat jawaban dari Rona, Elvis kembali membuka suara. "Gue tahu mungkin ini sulit buat Lo, atau enggak Lo pikir buat apa Lo ngelakuin itu kan. Tapi Na, bantu gue ya. Ini kesempatan buat gue. Raja Musik salah satu band favorit, dan mimpi gue bisa gabung di sana."
Elvis berkata penuh harap, masih dengan mata yang menatap Rona intens, Elvis begitu gigih dengan mimpinya. Rona merasakan aura kuat dan kental mendominasi pada diri Elvis.
"Akan aku pertimbangkan, tapi aku tidak bisa janji."
Mendengar itu, tatapan Elvis melunak, lega sekali. Elvis langsung menyambar gelas satunya yang masih terisi air dingin penuh dan menyerahkannya ke arah Rona. "Terima kasih. Ini, Minum dulu, bibir Lo kering banget."
Memang benar adanya, bibir Rona begitu kering, Bahkan sampai pecah-pecah segala, Rona juga tak kaget, dia sudah biasa dengan perih di bibirnya.
"Aku gak bisa minum air dingin."
Elvis menurunkan gelasnya lagi. "Oke-oke, tapi bibirnya jangan digigitin. Gue ambil air putih anget kalau gitu. Bentar ya."
Elvis melesat meninggalkan Rona dengan pikiran berkecamuk di benaknya.
Haruskah dia melakukan apa yang Elvis minta padanya. Seharusnya ini mudah saja, Rona tinggal menanyakannya pada Bang Radit habis itu selesai deh. Tapi, yang Rona tahu, kakaknya ini jarang ada di rumah dan jarang juga membahas band nya ketika di rumah.
Soal itu, akan Rona pikirkan nanti saja, sekarang tubuhnya agak lelah setelah naik motor. Perlu istirahat sebentar untuk memulihkan tenaganya kembali. Apa Elvis tidak akan keberatan jika ia tidur sebentar di sini?
Rona harap tidak.
🎼🎼🎼
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Music (SELESAI)
Novela JuvenilNamanya Rona, namun tidak seperti namanya. Gadis itu memiliki kulit yang pucat, tubuh yang lemah dan kehilangan semangat. Dirinya ada diambang hidup dan mati, ini semua karena penyakit yang perlahan menggerogoti tubuhnya. Namun, dengan satu alasan R...