🎼 17. Kegaduhan

1.6K 90 0
                                    

17
.
.
.

🎼🎼🎼

Rasanya sudah cukup bagi Rona untuk beristirahat selama dua hari. Jadi hari ini dia begitu bersemangat akan pergi ke sekolah.

Awalnya Mama Laras masih tidak setuju, dia takut anaknya akan pingsan lagi. Tapi bukan Rona namanya kalau dia tidak bisa membujuk Laras.

"Sudah siap Na?"

Mobil Nazira berhenti tepat di depan Rona yang tengah menunggunya.

"Selalu siap," jawab Rona bersemangat.

Usai duduk cantik dan menutup pintu mobil. Keduanya kini melesat ke sekolah.

"Aku kangen banget sekolah," ungkap Rona. Memang sih, pas hari pertama istirahat, dia di temani papa dan mamanya. Tapi di hari kedua, dia hanya tiduran, baca buku dan jalan-jalan sebentar, membosankan.

"Cuma dua hari Na. Apa yang dikangenin coba?"  Nazira mengetukan jari di kemudi. "Apa cowo kelas sebelah?" Tanyanya dengan nada menyindir.

"Eh, bukan lah. Kangen aja makan siang bareng sama kamu di gazebo. Terus kangen tidur di meja kelas."

"Iya deh, tapi Na, si Amora pas gak ada kamu, dia ngebet banget nempel-nempelin Adipati. His, gua aja yang liatnya risih apalagi si Adipatinya," seloroh Nazira.

"Yaudah sih, Zira. Gak ada hubungannya ini sama aku." Jujur saja, Rona sudah sangat tidak ingin terlibat dengan hubungan rumit Adipati dan Amora. Cukup masa SMP saja dia ikut terseret dalam hubungan keduanya. Kali ini tidak boleh lagi.

"Iya gak ada hubungannya sama kamu. Tapi pasti si Amora sekarang bakal ngincer lu lagi kalau Adipati masih ngejar-ngejar kamu."

Rona berpikir sejenak, "memangnya dia ngejar aku ya?"

"Aduh, Na. Dia itu ngejar kamu. Tapi slow gak ugal-ugalan. Makanya si Amora kayak cacing kepanasan kalau Kamu di deketin Adipati." Memang rasa susah, bicara sama Rona. Kadang dia suka lemot dalam hal ini.

Rona kira Adipati hanya tertarik padanya dan masih belum bisa move on dari masa SMP dulu. Kalau Adipati mengejar Rona, Rona rasa itu terlalu berlebihan.

"Eh kamu bawa baju olahraga gak?" Tanya Rona mengalihkan pembicaraan.

"Ya bawalah sekarang kan aja jam nya. Kamu gak bawa?"

"Bawa. Kan mau olahraga juga."

Nazira melirik cepat ke arah Rona. "Ngapain olahraga, diem aja di kelas. Nanti istirahat lagi baru tahu rasa."

"Nggak bakalan Zira, percaya deh."

"Tapi Na-"

"Udah diem. Aman kok Zira."

"Tuh, kan kata gue apa? Kamu jangan ikut olahraga. Cape kan sekarang?" Nazira mengipas-ngipas buku catatannya ke arah Rona.

Sekarang keduanya tengah berada di dalam kelas setelah jam olahraga selesai. Ruangan ini begitu panas. Keribgan Rona dan Nazira mengucur begitu saja dari keningnya.

"Aku cuma ikut pemanasan doang gak berat-berat banget olahraganya. Ini keringat, emang gara-gara cuaca yang panas. Eh, kamu ada air minum gak Zira?"  Rona mengecek tas bekalnya yang sudah kosong.

"Udah abis, tuh tinggal botolnya."

Rona menatap nelangsa botol kosong di atas meja. Mau ke kantin buat beli, lumayan jauh. Cape juga harus bolak-balik cuma buat beli air putih doang.

Love In Music (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang