19
.
.
.
🎼🎼🎼"Mau kemana Na?"
Di hari berikutnya, setelah drama jambak-jambakan terjadi. Rona ingin segera menemui Elvis. Semakin lama menunda untuk mengucapkan terima kasih, itu semakin membuat Rona selalu membayangkan wajah laki-laki itu. Dan Rona tidak nyaman dengan bayangannya sendiri.
"Cari Elvis, Zira," jawab Rona sekenannya.
Kemarin, Rona memohon pada Nazira agar sahabatnya itu tidak menceritakan kejadian bodoh utu sedikitpun pada keluarganya. Dan untunglah Nazira langsung menurut meskipun butuh sedikit adu pendapat dulu dengannya.
"Ngapain? Sini makan dulu," ajak Nazira. Sekarang waktu istirahat, seperti biasa Rona dan Nazira akan menghabiskan waktu dengan makan siang. Namun, rupanya kali ini Rona ada agenda tersendiri. "Minta maaf nya nanti aja, masih banyak waktu kok," lanjut Nazira mengeluarkan kotak bekalnya. Ternyata hari ini dia bawa bekal sendiri. Tumben sekali.
"Kamu bawa bekal? Duluan aja den Zira, aku gak enak banget sama Elvis. Dia udah beberapa kali bantuin aku. Kalau gak sekarang aku gak yakin bisa hidup lebih lama, takutnya gak kesampaian. Sebentar kok, tunggu ya." Setelah mengatakan itu, Rona melesatkan kakinya menuju kelas sebelah meninggalkan Nazira dengan wajah murungnya. Tadinya Rona ingin mengajak Nazira, tapi dia merasa terlalu banyak merepotkan, lagipula Nazira sedang lapar saat ini. Jadilah Rona memilih untuk bertemu Elvis seorang diri.
Walaupun Rona tahu kalau Elvis kemungkinan besar sedang tidak ada di sana karena ini jam istirahat, kakinya tetap saja melanhkahkan tujuan ke sana.
"Cari Elvis ya?" Pertanyaan spontan dari siswi IPA 2 saat Rona mengetuk pintu yang terbuka lebar.
Kedua alis Rona mengerut. "Iya, Elvis nya ada?" jawabnya dengan pertanyaan.
Setelah dilihat-lihat lebih jelas, wajah dan perawakan siswi ini ternyata yang dulu juga menyambut mereka saat Rona menanyakan Elvis untuk mengembalikan saputangannya.
Oh, tidak. Rona lupa saputangan Minions itu masih berada di rumahnya.
"Gak ada. Biasanya dia lagi cari angin di Gedung bekas ruang BK." Gadis dengan rambut kuncir kuda itu menunjuk ke arah tempat yang dimaksud dengan dagunya. "Cari aja di sana," lanjutnya.
"O-oh, makasih ya." Entah kenapa Rona tiba-tiba grogi. Dia malu dengan menanyakan hal yang sama pada orang yang sama. Pasti dia sedang jengah, batin Rona berkata.
Setelah melewati lorong demi lorong akhirnya Rona sampai juga di gazebo tempat dia dan Nazira makan pertama kali masuk sekolah setelah sekian lama. Rona tidak langsung menemui Elvis, dia ingin istirahat dulus sebentar untuk mengatur napasnya agar lebih stabil saat berjalan cukup jauh.
Rona melirik sekilas ke tempat itu. Elvis tidak sendiri di sana. Dia sudah pasti dengan dia temannya Alfa dan Beto. Sambil menunggu napasnya membaik dan merapikan sedikit riasan di wajahnya, takut-takut bedaknya luntur karena keringat, Rona juga merancak beberapa kata dan kalimat yang akan diucapkan.
Setelah yakin, baru lah. Rona berani untuk mendekati Elvis dan kawan-kawannya.
"Eh, Nona manis, mau cari Beto kah?" Seperti biasa, Beto dan pedenya merapikan diri sendiri saat melihat Rona berjalan mendekati mereka. Pertanyaan Beto membuat Rona meringis.
Alfa membuang wadah pentol di tanganya ke tong sampah dekat kakinya. Setelah itu tangan gagahnya menepuk Beto cukup kuat.
"Jangan gitu lah, gak liat apa tu anak takut liatnya," ucap Alfa yang membuat wajah pede Beto seketika mengerucut. Sekarang laki-laki itu menegakkan tubuhnya, "Mau cari Elvis? Nih, dia lagi tidur. Maklum keturunan kelelawar." Alfa mencolek betis Elvis.
Rona pikir, Elvis hanya sedang rebahan tidak jelas, rupanya anak itu sedang tertidur? Pantas saja dia tidak langsung menyambut Rona saat dia ke tempat ini.
"Iya. Tolong bangunkan dia."
"Elvis ini tra bisa bangun, kecuali dia dapat kecupan dari wanita," celetuk Beto yang membuat Alfa harus menepak bahunya kembali.
Rona kembali meringis mendengarnya.
Kini Alfa membangunkan Elvis. Berbeda dari kebanyakan orang. Alfa membangunkan Elvis dengan langsung mencubit paha laki-laki itu. Tentu saja hal itu membuat Elvis langsung terbangun dengan wajah meringis menahan ngilu.
"Adohh, ngapain cubit-cubit? Mau gue cubit tytyd Lo hah?" Ancam Elvis.
"Tuh, ada yang nyariin. Beto kita ke kelas sekarang yok Ah," ajak Alfa tanpa menghiraukan ancaman Elvis. Sepertinya dia sangat peka dan mengerti akan lingkungan di sekitarnya.
"Eh, tra mau lah. Kamu sendiri sana. Sa mau di sini," tolak Beto.
"Ayok, nanti gue traktir cilok."
"Wah, benar ya!"
Mendengar itu, wajah Elvis langsung berubah bingung. Beberapa kali mengucek matanya untuk menyesuaikan cahaya, kemudian mengacak rambut yang sudah tidak beraturan. Melihat kanan dan kiri, rupanya kedua kampret itu sudah tak ada di tempat.
"Ehm, makasih," ucap Rona. Kakinya yang pegal mau tidak mau ikut duduk di sebelah Elvis.
"Lololoh, Rona? Ngapain ke sini. Makasih? Tunggu jangan dulu. Yah, Lo udah bilang makasih, tapikan makasih satu lagi belum. Gue belum nerima makasih hari ini."
"Kenapa?" Tanya Rona bingung. "Jangan bikin aku bingung, beberapa kali mau bilang makasih aja ribet banget. Terus kapan bisanya?"
Elvis berpikir sejenak. "Emm, pulang sekolah bisa Lo ikut gue ke studio gue?"
Dahi rona mengkerut, ada hal apa sampai laki-ini mengajaknya untuk ke studio, demi apapun Rona sangat malas. Tapi karena pada dasarnya sifat Rona yang tidak enakkan jadilah Rona mesti menyetujuinya.
"Dengan jaminan aku aman dan selamat?" Sebuah pertanyaan yang menurut Elvis konyol.
"Tentu saja."
"Oke. Asal kamu mau ditebengin."
🎼🎼🎼
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Music (SELESAI)
Подростковая литератураNamanya Rona, namun tidak seperti namanya. Gadis itu memiliki kulit yang pucat, tubuh yang lemah dan kehilangan semangat. Dirinya ada diambang hidup dan mati, ini semua karena penyakit yang perlahan menggerogoti tubuhnya. Namun, dengan satu alasan R...