28
.
.
.
🎼🎼🎼"Rona!" Panggilan Adipati sama sekali tidak Rona dengar. Fokusnya kali ini hanya pada buku novel di tangannya. Ada Nazira juga di sampinya.
Berbeda dengan Rona, Nazira tengah mengapalkan gerakan tiktok terbaru, jadilah dia yang pertama kali sadar kalau di antara mereka sekarang ada Adipati di pinggirnya. Dia duduk dengan menarik kursi dari bangku sebelah.
"Heh! Ngapain Lo di sini?" Tanya Nazira tidak ada ramah-ramahnya sama sekali. Merasa terganggu dengan kedatangan Adipati yang hanya duduk diam memperhatikan Rona. Mana laki-laki itu cengengesan tidak jelas lagi.
Sebenarnya dari tadi rona hanya bengong. Buku yang terbuka di hadapanku sama sekali tidak dia baca. Otaknya kini didominasi oleh nama Elvis. Alay memang. Tapi itu kenyataan, beberapa kali bertemu Elvis membuat Rona kegeeran dengan sikap dan perhatian yang dia dapatkan dari Elvis.
Sebagai perempuan biasa saja dan tidak pernah di sekali cowok kecuali Adipati yang saat itu sudah milik Amora, tentu saja Rona mudah luluh. Apalagi Elvis adalah orang yang sejak awal menarik perhatiannya.
"Na," panggil Adipati lagi, jari telunjukku merawat hendak menyentuh buku Rona. Namun, sebelum itu terjadi Nazira lekas menepuk tangan Adipati.
"Apaan sih Lo. Gue cuma mau ngomong sama Rona bukan sama Lo."
Nazira mendelik tidak suka. "Dia gak bisa di ganggu. Dari tadi bengong mulu. Lo gak lihat hah!?"
"Lihat. Tapi ini penting, masalah serius. Rona harus tahu," balasnya dengan suara tegas. Pernah menjadi ketua OSIS bukan hal sulit membuat seorang Adipati terlihat berwibawa dari cara bicaranya. Tapi itu tidak berlaku bagi Nazira.
"Gak peduli gue. Pokoknya hari ini jangan ganggu dia. Gue rasa dia lagi kasmaran. Tuh lihat pipinya agak merah padahal dia lupa tadi pake gak pake blush-on. Sana, jauh-jauh dari kita." Nadira mendorong bahu Adipati menggunakan jar telunjuk lentiknya habis itu dia kembali ke kegiatan awal. Main tik tok.
Melihat bagaimana kekehnya sahabat Rona, sekarang Adipati malas untuk membahas video yang telah dia edit. Mungkin sekarang bukan waktu yang tepat. Tapi nanti Adipati pastikan, Rona tidak boleh memandang Elvis sebagai laki-laki sempurna. Tidak boleh!
....
Pulang sekolah Rona bareng Nazira. Tadi siang bang Radit nelpon Nazira katanya suruh pulang bareng karena dia lagi sibuk ngurusin persiapan band nya.
"Kok bang Radit nelpon kamu ya Zira?" Tanya Rona aneh sembari melihat jalalanan di depan sana.
Nazira memutar bola mata malas. Rambutnya dia Cepol tinggi-tinggi sebab udara agak panas dan membuatnya berkeringat. "Tadi dia chat kamu, telepon kamu juga. Tapi handphone kamu gak aktif. Ya iyalah gak aktif orang dari tadi kamu fokus senyum-senyum gak jelas. Jadi bang Radit telepon gue."
"Oh, gitu ya. Kalau gitu maafin ya Zira ngerepotin kamu." Rona mengeratkan pegangannya di sabuk pengaman. Dia menggigit bibir bawahnya sebab malu sikap anehnya ketahuan.
"Ngerepotin apan sih Na! Sekarang kamu jawab! Siapa yang bikin kamu senyam-senyum sendiri dari tadi?" Hardiknya.
"Dia," jawabnya agak ragu.
"Udah gue duga. Anak tetangga kelas kan? Si Elvis? Kamu suka dia? Ya ampun Na. Selera kamu bisa di tinggiin dikit Napa? Adipati yang cakep keren gitu aja kamu gak lirik. Lah ini malah kepincut cowok gak jelas." Nazira geleng-geleng kepala mendengar jawaban blak-blakan Rona. Tak habis pikir dengan sahabatnya yang kini mungkin tengah kasmaran.
Diluar dugaan, memang se kelihatan itu ya? Pikir Rona. Kalau dibilang suka sih Rona juga tidak paham. Tapi yang jelas dia bahagia saat mengingat laki-laki itu.
"Aku gak paham Zira. Aku juga gak tahu aku suka apa enggak sama dia. Tapi, aku rasa aku cukup nyaman," ucapnya.
"Gini aja deh kalau dada kamu berdebar-debar pas deket dia, terus kulit kamu menghangat, terus-terus kamu gampang salah tingkah deket dia. Udah lah, itu udah fix kamu suka sama dia," ucap Nazira. Pandangnya fokus melihat jalanan.
Rona membuang muka. Kata-kata Nazira persis seperti apa yang dia rasakan.
....
Sementara di lain tempat, tepatnya studio Elvis. Ketiga manusia berbeda karakter itu tengah nongkrong tidak jelas. Alfa sibuk dengan laptop yang terbuka. Tak main-main memang papanya Alfa ngasih tugas buat anaknya sendiri.
Beto juga sibuk. Iya! Sebuk banget scroll media sosial buat cari incean baru setelah di tolak untuk yang kesekian kalinya. Mana ekspresi wajahnya berubah-ubah lagi. Udah cengengesan, merenggut, senyum lebar terus marah-marah gak jelas.
Satu lagi.
Elvis. Laki-laki itu sibuk mengamati dua stik drum di tanganya. Beberapa kali dia melirik stik dan drumnya bergantian sebelum akhirnya mengganggu Beto dengan celetukannya.
"Beto! Ajarin gue man drum dong!"
Kedua sahabatnya langsung menatap Elvis heran. Alfa juga tiba-tiba menutup laptopnya.
"Kenapa Lo?"
"Pengen aja. Buruan To."
Meskipun bingung, Beto menyudahi kegiatannya dan mendekati Elvis untuk mengajarinya. Yeah, Beto mengajari Elvis sampai tengah malam lanjut itu Elvis meminta Alfa untuk belajar Bass.
"Tumben banget, biasanya gak mau tahu menahu soal alat musik lain. Maunya gitar teross," ledek Alfa untuk yang kesekian kalinya.
"Kata Rona gue mesti gini. Oh iya besok gue mau beli gamelan. Lo ajarin gue ya," celetuknya membuat Beto dan Alfa melongo.
"Ya, gak gamelan juga kali!"
🎼🎼🎼
Note: Boleh likenya ya. Biar semangat nulisnyaaaa
![](https://img.wattpad.com/cover/344899954-288-k63065.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Music (SELESAI)
Teen FictionNamanya Rona, namun tidak seperti namanya. Gadis itu memiliki kulit yang pucat, tubuh yang lemah dan kehilangan semangat. Dirinya ada diambang hidup dan mati, ini semua karena penyakit yang perlahan menggerogoti tubuhnya. Namun, dengan satu alasan R...