39
.
.
.🎼🎼🎼
Suasana rumah sakit pagi ini begitu sepi. Namun, kesepian itu tak berarti bagi Elvis dan keluarga Rona sekarang.
Tadi malam Elvis menggendong Rona sampai gerbang, di sana dia bertemu Papa Aria dengan wajah kusutnya. Apalagi saat melihat Rona terkulai dalam gendongan Elvis. Papa Aria segera membawa Rona ke rumah sakit detik itu juga. Tanpa ba-bi-bu dan tanpa bertanya apapun.
Keadaan Rona semakin memburuk, leukimia yang dia derita sudah tahap akut. Bahkan kondisi ini lebih buruk dari sebelum Rona memutuskan untuk kembali bersekolah.
Elvis duduk di kursi luar di sana ada Bang Radit yang juga duduk di sebelahnya. Sedangkan papa dan Mama Rona tengah menemani Rona di dalam.
Sekarang sudah dini hari. Elvis tidak tidur semalam sebab sudah terbiasa. Kecemasannya pada Rona membuat tubuhnya kuat meskipun satu hari penuh tanpa istirahat.
"Gak pulang?" Tanya bang Radit. Dia membuka topi merahnya dan mengikat rambut gondrongnya. Elvis bisa melihat tato bergambar ikan di leher bang Radit.
"Enggak bang, pengen lihat Rona bangun," jawabnya.
Bang Radit mengehla napas panjang. Menunggu Rona bangun itu pasti masih lama. Adiknya kalau drop begini akan memakan banyak waktu.
"Dia masih lama bangunnya. Pulang aja, dia ada keluarganya di sini. Makasi udah tolongin adek saya lagi. Elvis kan?" Bang Radit adalah orang pertama yang di menyapanya malam tadi.
"Iya bang. Elvis," jawabnya.
Papa Aria dan Mama Laras terlalu terkejut dan resah kemudian menumpahkan perhatian hanya pada Rona saja, kemungkinan besar mereka tidak melihat Elvis ada. Yaa, Elvis paham dirinya pun juga sama. Elvis tidak memperhatikan sekitar, dia terus berharap semoga Rona baik-baik saja.
"Pulang aja. Mandi, rapihin diri. Lo ikut audisi lagi kan?"
Elvis mengangguk. Wajahnya pasti gampang dikenali orang. Apalagi Radit yang sudah melihatnya beberapa kali.
"Fokus dulu sama diri Lo. Jangan sampai audisi kali ini gagal lagi. Rona juga pasti gak mau kan Lo gagal?" Bang Radit beranjak dari duduknya kemudian menepuk bahu Elvis beberapa kali sebelum akhirnya dia masuk ke ruang rawat Rona.
Elvis berdiri, tubuhnya terasa berat untuk meninggalkan rumah sakit. Elvis menatap sendu Rona yang terbaring dengan mata tertutup hanya lewat kaca kecil saja. Tak berani masuk sebab Rona tengah di kelilingi orang-orang tercintanya.
Baru saja kakinya melangkah, papa Aria keluar dari ruangan Rona dengan kedua mata memerah. Keduanya saling pandang sebelum akhirnya Papa Aria tersenyum ke arahnya, kemudian menepuk bahunya beberapa kali persis seperti yang Radit lakukan.
"Temennya Rona ya? Maaf dari semalam saya panik jadi gak lihat kamu," tanyanya. Wajahnya kusut bukan main.
"Iya Om. Gak apa-apa saya ngerti. Rona gimana Om?" Tanya Elvis balik. Meski sudah tahu sedikit, Elvis masih tetap menanyakan hal ini.
Raut wajah Papa Aria kembali sendu. "Jauh dari kata baik. Tapi kita berdo'a saja semoga Rona kuat melewati semua ini," lirihnya yang membuat dada Elvis lagi-lagi sesak seperti dihantam ombak.
"Udah mau pulang? Mau masuk dulu, temui Rona?" Tawarnya. Elvis mau, tapi mungkin sekarang bukan waktu untuk dirinya. Biarkan Rona bersama keluarganya dulu.
"Saya langsung pulang saja Om. Besok dan seterusnya saya boleh jenguk Rona kan Om?" Tanyanya penuh harap.
Senyuman lega Elvis berikan saat papa Aria mengangguk tanpa ragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Music (SELESAI)
Ficção AdolescenteNamanya Rona, namun tidak seperti namanya. Gadis itu memiliki kulit yang pucat, tubuh yang lemah dan kehilangan semangat. Dirinya ada diambang hidup dan mati, ini semua karena penyakit yang perlahan menggerogoti tubuhnya. Namun, dengan satu alasan R...