03
.
.
.
🎼🎼🎼Pembelajaran dapat Rona lewati dengan baik. Rasa kangen membuatnya tidak ingin hanya duduk-duduk di dalam kelas saja.
"Mau ke kantin?" Rona rasa dia ingin berjalan-jalan di sekitar sekolah. Melihat banyak anak-anak yang berkumpul, olahraga dan bahkan ada yang latihan paskibra di lapangan sekolah. Terik matahari yang menyentuh kulit sehingga menghasilkan butiran keringat tidak lantas membuat mereka berhenti berlatih.
"Kamu'kan bawa bekal? Nanti aku yang dimarahi Tante Laras kalau kamu makan makanan kantin," balas Zira sambil memperbaiki coretan warna pink pada bibirnya.
"Kita makan di kantin bareng. Aku tetep makan ini." Rona sudah bangkit. Tangannya membawa bekal dari kotak makan berwarna baby pink lengkap dengan botol airnya.
Mau tak mau Nazira mengikuti Rona dan berjalan di sampingnya.
Rona benar-benar menikmati waktunya berada di sekolah. Jalan-jalan di lorong-lorong kelas sambil menikmati banyaknya siswa-siswi yang sibuk dengan kegiatan masing-masing ya, walaupun Rona sempat menjadi pusat perhatian karena kulitnya yang putih pucat tapi, sekarang semuanya kembali menjadi normal. Teman seangkatannya pun tidak semua mengetahui Rona. Maklum saja Rona ini tipe murid biasa-biasa saja, bukan murid populer makannya banyak yang tidak kenal dengannya.
"Seneng? Pusing gak?" Bisik Nazira. Percayalah Nazira sangat takut terjadi sesuatu sama Rona. Keadaan fisik Rona yang memprihatinkan membuat Nazira dihantui rasa takut.
"Pusing sedikit." Rona menjawab dengan pandangan tak tentu arah. Kali ini mereka sedang berada di gazebo dekat ruang BK juga taman yang penuh dengan tumbuhan hijau dan bunga segar berwarna warni.
Nazira menarik Rona agar duduk di kursi gazebo di bawah pohon ketapang kencana dengan lantai berlapis rumput jepang, bukan paving block apalagi lantai semen. Suasana yang sejuk membuat Rona bisa bernapas dengan baik di tempat ini.
"Duduk sini dulu. Kita makan di sini aja ya. Ke kantin masih jauh, nanti aku beli dulu makanannya terus makan di sini berdua? Kamu harus nurut sama aku. Tunggu di sini oke!" Tak ingin membuang waktu. Nazira berlari secepat kilat menuju kantin langganan mereka saat kelas sepuluh. Memang kantin itu lebih jauh dari kantin-kantin lain tapi, yang namanya sudah langganan kadang bikin kangen.
Rona hanya mengangguk. Dia tidak ingin membuat Nazira kelelahan menjaganya. Tubuhnya juga terasa lemas padahal hanya berjalan sebentar. Tidak ada pemandangan yang menarik di sini selain tumbuhan dan bunga-bunga yang melambai tertiup angin.
Namun, suara bising mengalihkan pandangan Rona, gadis itu melihat segerombolan anak laki-laki sekitar 3 orang yang duduk-duduk tidak jelas di depan ruang BK yang asri juga sepi.
Teringat tadi di kelas dia tidak mengacuhkan Adipati yang menyapanya duluan. Rasanya malas berurusan dengan laki-laki yang mengaku mencintainya padahal sudah memiliki kekasih.
Kembali memperhatikan tiga remaja yang asyik bersantai di lantai luar ruang BK. Terlihat jelas dari tempat Rona duduk. Itu anak kelas 12 sama dengannya Rona tahu sebab logo yang terdapat di lengan kiri mereka sama dengan dirinya dan berbeda dengan adik kelas.
Entah membicarakan apa. Tapi sepertinya seru sekali sampai-sampai ada yang terbahak. Sesekali bernyanyi, juga menepuk-nepuk lantai seolah itu adalah alat musik drum dan yang paling menarik perhatian Rona adalah pria berambut tebal dan agak panjang sampai menutupi matanya, tubuhnya paling tinggi di antara yang lain, sedari tadi pandangan pria itu tertuju pada jemari-jemarinya yang bergerak menghafal kunci gitar.
Bibir tipisnya tersenyum lebar menampakan lesung di pipi sebelah kiri. Dia dia? Rona belum pernah melihatnya.
Fokus memperhatikan tiga remaja yang sibuk berlatih musik tanpa musik sungguhan Rona tidak menyadari ternyata pria yang menghafal kunci gitar itu sadar telah diperhatikan dan dia juga terang-menatap balik Rona dengan cengiran yang membuat lesung di pipinya kian dalam.
Sadar kegiatan mengintipnya diketahui, buru-buru Rona mengalihkan pandangannya. Untung saja Nazira telah kembali jadi dia bisa mengalihkan perhatiannya pada Nazira dan makanan yang ada di meja gazebo.
Asap mengepul keluar dari mangkuk styrofoam berisi mi ayam dengan lumuran saus di dalamnya. Berbeda dengan bekal yang Rona bawa. Makanan dengan rasa hambar juga beberapa buah-buahan yang bisa mengisi perut kosongnya.
"Ah, cape banget tahu Na, tadi ngantri. Banyak banget yang beli Mi ayam ini. Untung kamu gak ikut ke kantin, di sana gak ada tempat duduk. Penuh semua. Eh, btw kok kamu dari tadi liat ke sana terusan sih?" Nazira memutar tubuhnya, matanya mengalah tiga orang pria yang sedari tadi menarik perhatian Rona.
"Oh, itu mah anak kelas 12 IPA 2, tetangga kelas kita. Mereka hobinya main musik. Kaya gak ada hal lain di hidup mereka kecuali musik. Yang kribo itu ketua eskul musik di sekolah, nah satu lagi yang badanya gede kaya preman itu aku kurang tahu kayaknya dia anak futsal yang kebetulan hobi main musik juga.
Apalagi itu tuh yang paling tinggi terus punya lesung pipi. Dia itu yang paling gila menurut gue. Sifatnya juga aneh, kadang senyum-senyum gak jelas sambil nyengir nunjukin giginya, kadang juga stay kalem dan bodo amat. Kamu penasaran sama mereka?"Rona menggeleng. "Nggak, tadi bosan juga nunggu kamu selesai dari kantin. Jadi aku perhatikan mereka. Aneh aja gitu masa nongkrong depan BK."
Kebanyakan murid-murid paling malas kalau urusan dengan ruang BK apalagi yang penampilannya cukup urakan kaya mereka. Nah, ini malah santai-santai sambil tiduran di sana.
"Oh, ruang BK itu udah gak kepake. Sekarang ruang BK nya pindah dekat lab biologi. Itu ruang kosong aja makannya sekarang jadi tempat nongkrong anak-anak itu. Eh ini mi nya enak banget asli. Kemaren asin banget sekarang rasanya pas." Nazira menyantap mi nya penuh semangat sementara Rona kembali bersitatap dengan lelaki berlesung pipi itu.
Tatapan singkat, namun begitu berkesan. Rona tidak bisa fokus makan. Bayangan senyum lebar laki-laki itu terus saja berputar di kepalanya.
Rona menusuk potongan buah apel kemudian mengunyahnya dengan lembut. Semilir angin di taman ini sangat menyegarkan mata. Baru saja beberapa menit keheningan mulai menguasai kini Nazira yang sifatnya memang lebih suka kebisingan tiba-tiba membawa topik yang malas sekali untuk Rona bahas.
"Eh, tadi pagi kamu cuekin si Adipati. Masih aja gak peduli sekitar. Mana bisa kamu jatuh cinta kalau cuek-cuek gitu sama laki-laki."
Malas untuk menjawab, Rona hanya bergumam untuk merespon Nazira.
"Gimana? Dia makin gantengkan. Baju seragamnya juga rapi gak seberantakkan pas waktu SMP. Ya iya lah secara dia mantan ketua osis. Hebat banget." Nazira bersorak senang.
"Udah dua kali kamu bilang begitu. Bosan aku dengernya. Walaupun sekarang gak kasar lagi. Tetep aja image yang ada di dia itu masih menyeramkan. Aku gak suka."
"Terserah deh." Nazira memutar bola matanya malas, dia lanjut makan mi ayamnya hingga tandas.
Sebelum bel mulai berbunyi Rona dan Nazira memutuskan untuk segera kembali ke kelas sebab Rona masih berjalan dengan lambat jadi mereka tidak bisa diburu-buru.
Tepat ketika Rona berdiri dari duduknya netra Rona kembali tak sengaja menatap laki-laki pemilik senyuman lebar.
Siapa dia? Kenapa dia begitu mudah untuk masuk ke dalam pikiran Rona.
🎼🎼🎼
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Music (SELESAI)
Roman pour AdolescentsNamanya Rona, namun tidak seperti namanya. Gadis itu memiliki kulit yang pucat, tubuh yang lemah dan kehilangan semangat. Dirinya ada diambang hidup dan mati, ini semua karena penyakit yang perlahan menggerogoti tubuhnya. Namun, dengan satu alasan R...