🎼 25. Rona, Elvis dan Kata

1.4K 84 0
                                    

25
.
.
.
🎼🎼🎼

Adipati membuang cangkang kuaci dari mulutnya ke sembarang arah. Dia sangat kesal sekali melihat Rona yang semakin dekat dengan pahlawan kesianganya itu.

Adipati tahu, Rona itu sangat susah didapatkan. Didekati dia yang notabenya satu SMP saja begitu susah apalagi Elvis si pemuda tanpa masa depan itu yang baru mengenal Rona.

Beberapa kali menggeram tidak jelas, membuat Eko, salah satu siswa di sana yang kebetulan duduk berdampingan dengan Adipati di kantin belakang menyenggol kaki Adipati.

"Ngapa sih, marah-marah gak jelas dari tadi. Cewek nyentrik itu gangguin Lo lagi emang? Padalah Yey cantik kok kalo dilihat-lihat," ucapnya dengan menggoyangkan bahu. Mungkin yang dia maksud cewek nyentrik itu Amora.

Sudah pasti seantero sekolah sudah tahu kalau Amora begitu memuja seorang Adipati mantan Ketua OSIS.

"Sok tahu. Bukan lah."

"Lah terus ngapa?"

"Kepo Lo." Tentu saja Elvis tidak mau cerita, Eko ini biang gosip yang cukup lihai bermain kata. Dia juga yang memegang akun lambe sekolah dengan berbagai berita menarik. Seperti perselingkuhan, kisah asmara atau kejadian menghebohkan yang terjadi di SMA ini. Kemarin saja pas Amora datang melabrak Rona itu tak luput dijadikan berita tidak bermutu olehnya.

"Eh, mau denger gosip baru gak?" Tawarnya. Memang dasarnya mulut dia tidak bisa diam. Ada saja rasa gatal ingin membicarakan orang lain.

"Gak, simpan aja berita gak bermutu itu didiri Lo jangan numpahin ke gue," balas Adipati hendak meninggalkan Eko. Namun, kaliamat Eko selanjutnya membuat Adipati urung untuk pergi.

"Yah, padalah ini tentang cewek yang sering Lo deketin di kelas Lo. Siapa sih, kalau gak salah Rona yaa namanya? Si dedek gemes yang kulitnya putih banget kayak di chat kiloan." Eko bangga sebab dia berhasil membuat Adipati mengurungkan niatnya.

"Kenapa dia?"

"Gak jadi deh kan tadi gak bermutu. Yaudah gue balik duluan." Eko pura-pura memberikan mangkuk soto kesukaannya.

"Satu Minggu gue traktir Lo makan soto di sini."

Mendengar itu, kedua bola mata Eko berbinar. Tanpa basa-basi Eko menyetujuinya. "Oke deal."

"Jadi?"

"Jadi tu anak cewek sering main ke tempat nongkrong trio ecek-ecek. Biasa di studionya si Beto dan antek-anteknya. Nah terus gue dapet info nih ya. Si Levis, aduh gue lupa lagi siapa namanya. Pokonya laki-laki yang sering jadi gitaris pengganti di acara sekolah itu loh yang tinggi putih terus sering pake sepatu olahraga."

"Si Elvis," sahut Adipati malas.

"Nah itu, dia mau ikut audisi yang dulu dia pernah ditolak." Eko menarik napas pendek .

"Terus apa urusanya sama Rona," balas Adipati tidak sabaran.

"Sabar dulu Napa. Nah jadi sekarang menurut gue si Elvis itu manfaatin si cewek buat bantu dia lolos secara kan ya yang gue tahu dia adiknya Ketua yang punya audisi. Jalur orang dalam bro," ucapnya menggebu.

Rahang Adipati mengeras, memikirkan Rona yang dimanfaatkan membuatnya naik darah. Tapi sedetik kemudian kemarahan mereda tergantikan dengan senyum licik dan pikiran picik di benaknya.

"Thanks infonya. Berkat Lo gue ada alasan buat jauhin tu anak dari hidup Rona."

Setalah mengatakan itu, Adipati melenggang meninggalkan Eko yang masih ingin bercerita.

....

Rona menatap kesal handphonenya. Lagi dan lagi Radit berhalangan untuk menjemputnya. Kalau Mama Laras tahu sudah pasti Abangnya itu habis kena omel. Untungnya Rona tidak sejahat itu mengadukan kelakuan Abangnya. Rona tahu Radit tengah sibuk mengurus pekerjaannya.

Jadilah sekarang Rona tengah duduk di halte depan sekolah. Niatnya sedang memesan ojek atau garb di saat batu handphonenya 10 persen lagi. Sudah setelah jam dia tidak mendapatkannya pun handphone yang sudah sekarat itu akhirnya mati.

"Ada yang jemput Na?"

Rona menaikan pandangnya. Bukan! Bukan ke wajah laki-laki itu melainkan ke arah sepatu olahraga yang dikenakannya. Sudhavpaati sibpenilik suara itu adalah Elvis.

"Gak ada. Tadinya mau cari ojek online tapi hpnya mati," jawab Rona seandanya.

"Yaudah naik." Elvis menepuk jok belakang motornya.

Rona berpikir sejenak. Ketika Elvis mendongak melihat awan yang menggelap Rona juga ikut mendongakkan kepalanya. Sebentar lagi akan turun hujan. Kalau tidak ikut Elvis siapa lagi yang akan mengantarnya pulang. Nazira? Anak itu sudah pulang duluan sebab tadi Rona bilang akan dijemput.

"Terima kasih. Aku ikut ya." Rona menghampiri Elvis yang menyerahkan helm padanya. Rona memakainya dan duduk di belakang Elvis.

Semilir angin membuat hidung Rona menyapa wangi kue brownies dari tubuh Elvis. Padahal ini sudah sore, tapi parfum yang Elvis kenakan masih menempel di tubuhnya.

"Pegangan," titahnya. Maksud Elvis itu pegangan ke pinggang. Tapi Rona malah pegangan pada bahunya. Segera lah Elvis membawa tangan kurus itu ke pinggangnya meski tidak sampai perutnya.

Tindakan itu membuat Rona kaget. Dia sampai membolakan matanya. Jujur pinggang Elvis begitu hangat, cocok sekali pada musim penghujan seperti ini.

"Kita berangkat!" Seru Elvis memajukan motornya. Senyuman lebar masih tercetak pada bibirnya menampakan lesung pipinya.

Di perjalanan angin menerpa keduanya lumayan ekstrim, sialnya Rona lupa mengenakan kardigan hari ini. Di tambah rintikan air yang mulai turun membuat Rona semakin merapatkan tubuhnya ke punggung Elvis yang mengenakan jaket.

"Na, hujannya bakal gede ini. Mau neduh dulu atau terabas aja?"

"Neduh dulu." Mustahin Rona pulang dalam keadaan basah kuyup. Bisa-bisa Mama Laras nantinya tidak akan mengijinkan Rona sekolah selama satu Minggu.

"Oke, kita cari warung sekalian mau makan mie." Samar-samar suara Elvis terdengar di telbganya dan setelah itu Elvis membawa motornya lebih kencang.

Sebelum gerimis berubah jadi heujan lebat untunglah Rona dan Elvis sudah sampai di warung kopi pinggir jalan.

"Mau mie?" Tawar Elvis. Cepat-cepat Rona menggeleng. Dia memilih membeli roti sebagai tanda makasih ke yang punya warung karena mereka akan numpanh neduh nanginya.

Rduduk di kursi dan memperhatikan hujan yang mulai lebat sementara Elvis memesan mie sotonya.

"Mau pake jaket gue gak?" Tiba-tiba Elvis sudah duduk anteng di sebelahnya.

Rona menarik kedua sudut bibirnya. "Tidak usah."

Tahu kah Rona? Senyumannya barusan membuat degup jantung Elvis semakin menggila. Tapi melihat wajah Rona yang begitu pucat membuat Elvis mengernyitkan dahinya.

"Lo itu sakit atau memang kulitnya begini? Bibir juga pecah-pecah. Terus tubuh Lo. Kecil banget."

"Kamu-" Rona terkejut.

Lantas Elvis meralat perkataanya. Takut-takut Rona tersinggung "Sorry gak da maksud buat gitu. Gue cuma nanya."

Rona mengangguk. "Ya gapapa kasih sebenarnya kamu nanya begitu tapi aku gak bisa jawab. Eh nanti malam kamu mau latihan lagi?"

Elvis tahu Rona sedang mengalihkan pembicaraan. "Iya, harus semangat nih biar lolos. Terima kasih," ucapnya ketika si mbak-mbak warung mengantar mie pesanannya.

"Oh iya, aku mau ngomong sesuatu sama kamu" ucap Elvis tiba-tiba.

"Ngomong apa?" Tanyanya sembari sibuk menyeruput kuah mie instan yang masih panas.

🎼🎼🎼

Note: 🌹

Love In Music (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang