🎼 10. Sapu Tangan Minions

2.3K 101 1
                                    

10
.
.
.
🎼🎼🎼


"Kamu dari mana aja sih, Na? Aku dari UKS kamu udah gak ada di sana," tanya Nazira khawatir. Sekarang waktunya pulang. Niatnya Nazira akan ke ruang UKS untuk membangunkan Rona, tapi saat sampai di sana sahabatnya sudah tidak ada. Nazira menunggu lama di dalam kelas setelah memberi pesan pada Rona.

"Chat aku juga gak dibalas. Aku panik nyari kamu tadi," lanjut Nazira masih menatap Rona penuh pertanyaan.

"Maaf. Tadi aku kejebak sama murid-murid nakal, handphone aku juga ketinggalan di UKS jadi gak bisa balas chat kamu Zira," jelasnya. Rona mengambil tas ranselnya yang di bawa Nazira sambil mengucapkan terima kasih karena sahabatnya sudah menunggu dia di kelas untuk pulang bersama.

Mendengar itu, membuat kedua bola mata Nazira terbuka lebar, "Murid nakal? Tapi kamu gak apa-apa kan Na? Siapa yang jebak Kamu? Nanti biar aku habisi dia," ucapnya menggebu-gebu.

"Sudahlah, ceritanya panjang, aku gak kuat mau pulang. Ayo," ajak Rona pada Nazira yang masih bergeming.

"Pokoknya setelah ini kamu harus cerita semuanya!"

"Iya."

Malamnya setelah menceritakan kejadian tadi siang kepada Nazira lewat telepon sambil tiduran di atas kasur milikinya, mendengar respons Nazira tadi membuatnya tersenyum tipis sebab Nazira membalas ceritanya menggebu-gebu khawatir akan keadaan Rona.

"Tapi kamu gak apa-apa kan Na?" Tanyanya di seberang sana. Bukannya apa, Nazira tahu toilet yang dimaksud rona itu sudah tidak layak untuk dimasuki manusia, bangunannya sudah tidak kuat lagi.

"Gak apa-apa kok. Cuman tadi sempat mimisan." Rona merubah posisinya miring ke arah tembok sambil mengetuk-ngetuk jari ke kasurnya.

"Apa mimisan? Itu berarti kamu kenapa-kenapa Rona! Terus sekarang pusing gak? Mending kamu jujur aja sama Tante Laras, nanti bisa konsul langsung ke rumah sakit. Terus otot-otot kamu baik-baik aja kan? Kamu itu lama baring di rumah sakit, pasti ototnya masih lemah. Meskipun sudah terapi teratur tetep aja tadi kamu dibawa lari sama laki-laki itu."

"Baik kok. Udahlah, aku malas buat bilang ke Mama. Nanti ujung-ujungnya aku pasti gak dibolehin sekolah lagi. Lagipula minum obat udah cukup kok," jawabnya santai. Rona menoleh melirik kotak penuh obat di kamarnya.

"Tapi kan … ih, awas aja kalau dia muncul di depan muka aku. Aku pasti tabokin dia sampe memar! Siapa sih orangnya? Kamu bilang yang di gazebo. Yang mana? Yang tubuhnya besar berotot kulitnya putih atau yang rambutnya ikal terus kulitnya gelap?" Tanya Nazira lagi, bahkan Rona sampai menjauhkan handphone nya dari telinga karena suara Nazira begitu bising.

Rona menggeleng, meskipun Nazira tidak melihatnya, dia refleks melakukan hal itu. "Bukan dua-duanya, yang satu lagi."

Hening sejenak, entah apa yang dipikirkan gadis itu di seberang sana.

"Oh, yang rambutnya tebal, tubuhnya tinggi terus hobi pake sepatu olahraga padahal dia lagi pake baju putih abu atau batik?"

"Iya. Yang ada lesung pipinya. Kalau gak salah Elvis mamanya Zira."

"Iya. Aku tahu dia tapi lupa namanya sih."

"Yaudah, aku tutup dulu telponnya. Besok bisa bantu aku buat kembalikan sapu tangannya ya."

"Siap! Tapi beneran gak apa-apa kan? Kalau masih pusing mending besok absen sakit aja."

Usai meyakinkan Nazira kalau dia baik-baik saja saat ini, sambungan telepon pun terputus.

Love In Music (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang