🎼 05. Hari Kedua Sekolah

3.1K 158 7
                                    

05
.
.
.
🎼🎼🎼

Hari kedua Rona sekolah semua terlihat aman-aman saja. Sejauh ini Rona menikmatinya dengan baik. Nazira juga selalu membantunya saat kesulitan, menunggunya istirahat saat lelah berjalan.

Meskipun Rona tidak bisa memakan makanan yang sama lagi bersama Nazira sebab ada pantangannya, tapi Rona masih bisa makan bareng Nazira. Itu juga cukup membuatnya senang.

Saat ini jam pembelajaran baru saja usai. Anak-anak berhamburan ke luar kelas dengan tergesa-gesa. Biasanya kantin atau toilet yang menjadi tujuannya. Sungguh, Rona sangat merindukan suasana kelas yang bising seperti ini. Namun, ini juga membuatnya pening.

Sejenak Rona mendiamkan tubuhnya setelah mengemasi alat tulis seperti pensil, buku tulis, buku paket, penggaris dan lain-lain yang baru dipakainya saat pelajaran matematika minat barusan. Tadinya Rona ingin berdiri dan menghampiri Nazira untuk kembali bermain dan mengobrol bersama, namun urung saat rasa pusing makin melanda dirinya. Nazira juga sibuk telponan dengan pacarnya sebab gadis itu beberapa kali menyebut kata Ay dalam kalimatnya.

Rona memejamkan matanya, wajahnya dia alihkan menghadap jendela yang terbuka, sehingga pandangnya yang terpejam kini berwarna merah akibat cahaya yang menerpa wajahnya. Sesekali angin sepoi menerbangkan pelan rambut palsu berwarna hitam legam milik Rona.

Rasa pusing itu tak kunjung mereda, akhirnya Rona menumpang dahinya dan memijatnya perlahan. Tangan lentik nan kurus milik Rona berpindah ke arah bibirnya. Tekstur kering juga panas dia rasakan dan itu membuat Rona cepat-cepat membuka tas ranselnya dan meraih lip balm kemudian mengoleskannya pada bibirnya yang pecah-pecah.

"Haduh," gumamnya saat kini melihat penampakan bibirnya sendiri di cermin bulat kecil yang selalu tersedia di saku seragamnya. Bibir yang pucat dan banyak yang terkelupas. Setelah mengoleskan lip balm cukup banyak, Rona kembali merogoh pouch berisi makeup di ranselnya kemudian menyembunyikannya di kolong meja untuk mencari lip tint atau lipstik bertekstur ringan yang selalu dia bawa.

Perlahan dengan gerakan mengawasi sekitar supaya tidak ada yang melihatnya, Rona memakai lip tint itu dengan cepat. Rona tidak mau orang-orang melihat wajahnya yang pucat. Cukup dia dan Nazira saja yang melihat wajah aslinya yang menyeramkan seperti mayat hidup.

"Rona, ayo kita makan. Perutku udah nagih ini," ajak Nazira seraya mengelus perutnya, wajahnya pun dia buat cemberut. Sepertinya pacarnya membuat gadis semampai itu kesal.

"Sebentar." Rona membereskan kembali makeupnya, menyimpannya di tempat yang aman dari jangkauan orang lain dan razia dadakan. Untung saja tas ranselnya punya ruang rahasia.

Rona mengambil kotak bekalnya dan air mineral. Mencoba berdiri setelah pusingnya mereda. "Ayo," ucap Rona menghampiri Nazira.

"Enaknya kita makan di mana ya, hari ini?" Tanya Nazira, hari telunjuknya mengetuk-ngetuk dagu dengan pandangan ke atas.

"Di kantin saja," jawab Rona. Berjalan di koridor sekolah memang sangat menyenangkan. Dia bisa melihat kegiatan anak-anak lain. Meskipun sekarang kebanyakan aktivitas mereka bersama ponsel.

Nazira menggeleng keras. "Enggak! Kamu gak kuat jalan ke kantin. Kelas kita kan di ujung, kantin ada di bawah dan jauh. Kemaren aja gak kuat masa sekarang mau ke kantin lagi? Nanti Tante Laras marah sama aku gimana?!" Tolak Nazira. Dia berjalan seraya bersungut-sungut tidak jelas.

Rona hanya terkekeh. "Aku mau coba ke kantin. Kemarin belum sempat, sekali aja ya, Zira. Kalau gak kuat gak maksain kok," rayunya.

Nazira menghela napas, setelah memandang wajah sahabatnya yang penuh harapan mau tidak mau dia harus menyetujuinya. "Yaudah, janji ya, gak maksain."

Love In Music (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang