07
.
.
.
🎼🎼🎼Satu bungkus roti isi cokelat tergelatak begitu saja di meja milik Rona. Pagi ini belum ada satu orang pun yang ada di dalam kelas kecuali Rona, hari ini dia diantar Bang Radit ke sekolah. Gadis berkulit pucat itu terlihat heran memandang makanan yang terbungkus rapi. Sesekali mengalihkan pandanganya untuk melihat sekitar ruangan kelas. Tidak ada siapapun, masih kosong.
Tak mau ambil pusing, Rona lantas mengambil roti itu dan hendak membuangnya ke tong sampah dekat pintu. Tindakkan itu langsung urung sebab telapak tangannya merasakan tekstur lain, dari plastik bungkusan roti.
Sebuah kertas dengan tulisan rapi membuat gadis dengan jaket tebal membukus tubuhnya itu berhenti berjalan ke arah tong sampah berada.
Membaca sekilas isi pesan dari kertas yang tersimpan di belakang bungkus roti. Rona mendengus, keningnya menyernyit dengan mata memicing sedikit.
'kamu belum sarapan kan? Aku bawain roti buat kamu. Di makan ya, dari Adipati.'
Sebuah kalimat itu membuat Rona merasa mual. "Sok tahu, aku sudah sarapan," gumamnya tiba-tiba merasa kesal sebab kilasan masa SMP membuatnya memandang Adipati selalu buruk.
Meskipun begitu Rona tak jadi membuang Roti itu sebab masih layak untuk dimakan. Mungkin dia akan memberikannya pada Nazira atau tidak pada temannya yang lain di kelas.
Rona duduk di kursinya, menyimpan roti itu di kolong meja kemudian merogoh cermin bulat di saku seragamnya. Memeriksa tampilannya dan wajahnya apakah cukup baik dan tidak terlihat seperti orang sakit.
Gadis itu berdecak saat menyadari bawah matanya sedikit gelap. Mumpung sekarang kelas masih pagi sebab Rona terlalu dini berangkat sekolah, jadilah Rona bisa memperbaiki riasan wajahnya.
Tak bisa lama, karena murid-murid yang lain sudah mulai memasuki kelas. Buru-buru Rona menyimpan aman bedak yang baru saja dia pakai untuk menutupi hitam yang ada di bawah matanya.
"Rona!" Pekikan suara dari Nazira yang baru saja datang membuat Rona terkejut, hampir saja menjatuhkan cermin yang ada di tangannya sebelum dia menyimpannya dengan benar.
"Rona kamu tahu gak? Huaa, aku seneng banget kemarin … "
Nazira begitu bersemangat. Datang-datang langsung bercerita mengenai kencannya kemarin sore. Dia banyak bercerita kepada Rona yang menanggapinya dengan mengangguk kemudian menggeleng. Rona juga sempat cerita sebentar tentang dia menunggu di halte terus diganggu adek kelas.
"Gila, harusnya kamu deketin balik dong bukannya ketakutan kayak gitu. itu tuh kesempatan emas buat kamu punya pacar. Lain kali kalau ada yang deketin, deketin balik aja," ucap Nazira gemas dengan tindakan Rona yang malah tidak nyaman.
Kalau dari sudut pandan Nazira tentu saja cerita kemarin di halte tentang Rona itu sebuah kesempatan bagi sahabatnya, tapi bagi Rona itu bukanlah kesempatan yang bagus. Iya sih dia mau tahu rasanya jatuh cinta, tapi bukannya dipaksa begitu.
Belum sempat Rona bercerita tentang laki-laki berlesung pipi yang memiliki senyum lebar, Ibu guru mata pelajaran pertama sudah memasuki ruang kelas dan memulai pembelajaran.
Mungkin lain kali Rona akan bercerita pada Nazira.
Suasana kelas begitu hening. Ibu guru hanya memberikan mereka tugas untuk merangkum saja. Meskipun tak semua fokus menulis, masih ada yang mengobrol kecil dan nyemil cantik di belakang.
Rona juga tidak terlalu memfokuskan diri dengan tugasnya, kerap kali dia memperhatikan hal sekitar seperti kaca jendela yang kinclong, suara ketukan tapak sepatu yang berbenturan dengan keramik beberapa kali, bahkan seekor nyamuk yang hinggap di leher laki-laki di samping mejanya tak luput dari pandangan Rona.
"Maaf saya telat Bu," ucap suara dari pintu kelas.
Di sana Adipati masih menggendong tas ranselnya. Menyuarakan alasan dirinya telat saat Bu guru mempersilakannya untuk masuk.
"Maaf tadi saya ada rapat dengan anggota OSIS kelas sebelas di RO," katanya sambil membungkukkan badan.
"Iya tidak apa-apa, silakan duduk Adipati," perintah ibu guru dengan rambut disanggul itu.
"Baik ibu, terima kasih." Adipati berjalan tenang ke arah bangkunya meskipun seluruh teman sekelas memperhatikan dirinya. Dia fokus melangkah ke arah meja di mana Rona duduk sebab mejanya tepat di depan meja Rona.
Awalnya Rona biasa saja, dia kembali melanjutkan rangkumannya tanpa harus bersinggungan dengan Adipati. Namun, suara pria itu yang berbisik membuat Rona hampir saja memutar bola matanya.
"Sudah dimakan rotinya? Maaf gak bisa ngasih langsung tadi ada rapat dulu," gumam Adipati sebelum dia duduk tenang di bangkunya, mengeluarkan buku PPKN kemudian mulai merangkum setelah menanyakannya kepada guru apa yang harus dia rangkum.
Rona tidak menjawab, toh Adipati tidak mengharapkan jawaban darinya.
"Sttt Na," bisik Nazira di belakangnya. Gadis itu menyentuh punggung Rona dengan ujung belakang pulpennya.
"Apa?" Jawab Rona tanpa menoleh.
"Tuh kan, si Adipati masih mau deket sama kamu." Nazira terkekeh dan kembali melanjutkan tugasnya.
"Apaan sih, Zira," gumam Rona malas dengan bisikan sahabatnya.
Sayup-sayup suara musik sampai di telinga Rona, makin lama suaranya makin jelas terdengar. Awalnya hanya musik dari speaker handphone biasa, Rona rasa suara musik itu bukan di kelas ini.
Terlihat jelas kelas ini aman-aman saja. Namun, suara musik itu semakin keras, tidak hanya Rona yang menyadarinya. Anak-anak lain juga mulai tidak fokus pada bukunya.
"Suara apa itu?" Tanya Bu guru, rupanya beliau juga menyadarinya.
"Biasa Bu, suara musik dari kelas sebelah." Celetuk murid yang duduk di pojokan dengan santai. Sikapnya seolah ini bukanlah yang pertama kali.
Sebuah lagu dengan judul Arjuna Mencari Cinta karya Dewa 19. Rona tahu itu, Abangnya juga sering menyetel lagu ini di kamarnya. Musiknya tidak terlalu keras, tapi suara yang ikut bernyanyi jauh lebih terdengar. Keributan di kelas sebelah sudah pasti mengganggu kelas ini.
"Adipati, ibu minta tolong tegur kelas sebelah dan tanyakan jam pelajaran siapa sekarang." Perintahnya kepada Adipati yang langsung dituruti olehnya.
"Apa itu Zira?" Tanya Rona.
"Biasa kelas sebelah ada band abal-abal. Jangan kaget lagi tiba-tiba denger suara musik keras gitu. Mereka ada yang bawa sound box buat hiburan di kelas, untuk aja tuh kelas sebelah gak bawa sound system," jawab Nazira santai.
Ban abal-abal? Agaknya memang benar musik ini sering di mainkan di kelas sebelah, pikir Rona.
"Sudah-sudah, kembali kerjakan tugas kalian." Perintah ibu guru kembali membuat suasana kondusif. Adipati juga telah kembali setelah menegur kelas sebelas IPA 2.
Kebisingan di kelas sebelahpun mulai mereda meskipun lagunya tidak sepenuhnya hilang. Mereka masih menyanyi dan hanya mengurangi volumenya saja.
"Rona aku ingin bicara denganmu sebentar nanti." Tiba-tiba Adipati berbisik. Permintaannya membuat Rona terkejut. Dia ingin menolak, namun Adipati sama sekali tidak membutuhkan jawabannya.
Apa ini. Rona tidak ingin berurusan lagi dengan laki-laki ini. Apalagi ditambah urusan dengan Amora yang sudah mengancamnya. Rona benar-benar malas untuk menanggapi.
🎼🎼🎼
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Music (SELESAI)
Roman pour AdolescentsNamanya Rona, namun tidak seperti namanya. Gadis itu memiliki kulit yang pucat, tubuh yang lemah dan kehilangan semangat. Dirinya ada diambang hidup dan mati, ini semua karena penyakit yang perlahan menggerogoti tubuhnya. Namun, dengan satu alasan R...