🎼 23. Sebuah Alasan

1.4K 101 0
                                    

23
.
.
.

Tandai typo ya..

🎼🎼🎼

Setelah pulang sekolah harusnya Rona sudah bobok cantik di kamarnya. Namun, sekarang gadis itu justru malah duduk di sofa studio abal-abal Elvis dan kawan-kawannya. Bukan Rona saja, Nazira yang baru menyandang status jomblo juga ikut sebab sekarang sudah tidak memiliki aktifitas berpacarannya.

Suara musik berhenti, bertepatan dengan Rona yang menenggak air putih dalam tumblernya.

"Gila, keren lah buat ukuran anak SMA kayak kita," celetuk Nazira dengan mulut penuh snack tortila.

Elvis, Beto dan Alfa baru selesai main musik. Biasa, katanya setiap hari perlu asupan.

"Tentu saja, kami punya gitaris ganteng begini, benar tidak Alfa?" Tanya Beto. Dia ikut bergabung duduk dengan Nazira juga Rona sementara Elvis dan Alfa sibuk beres-beres.

"Yoi dong," balas Elvis dengan senyum lebarnya.

Mendengar jawaban pede temannya membuat Alfa mendengus. "Terserah Lo deh. Eh btw udah ada info?" Setelah beres dengan kerjaannya kini Alfa juga ikut bergabung. Meninggalkan Elvis yang masih sibuk sendiri mengoprek alat.

"Info apa? Utang kita? Masih ada noh-"

"Bukan, nyaut aja Lo kayak ikan. Udah benerin aja kerjaan Lo gak usah ikut ngobrol," geram Alfa pada Elvis. "Gimana Beto? Udah ada up terbaru?"

Beto membuka handphonenya dan membuka salah satu aplikasi sosial media miliknya, kemudian menekan akun dengan kening mengkerut. "Belum ada apa-apa disini."

"Ck, mungkin masih lama. Belum ada pengumuman audisi Vis. Lo sibuk aja benerin mental Lo yang anjlok," kata Alfa yang hanya dihadiahi dengusan dari Elvis.

"Oh, tentang audisi," bisik Rona pelan, sampai Alfa dan Beto yang duduk tak jauh darinya tidak mendengar apa yang dia bilang. Termasuk Nazira yang sekarang tidur tanpa tahu malu setelah puas memanjakan lidah dan perutnya.

Alfa membereskan tasnya, memakai jaketnya dan mengambil kunci motor di meja, dia menepak bahu Beto agar laki-laki itu juga bersiap untuk pulang. "Gue sama Beto pulang duluan. Jangan lupa studionya dikunci."

"Lah, saya masih mau di sini. Di sini masih ada nona manis."

"Ya udah pulang jalan kaki aja."

"Eh Alfa, tidak mau!" Beto segera menyusul Alfa.

Kini hanya ada tiga mahluk di dalam ruangan. Tidak! Lebih tepatnya hanya ada dua mahluk sebab yang satunya sudah terbang jauh melintasi alam.

"Gimana gue tadi?"

Beberapa menit diisi kekosongan setelah Alfa dan Beto pergi. Elvis membuka percakapan sebab Rona sudah pasti tidak akan memulai sebelum dia membuka suara.

"Bagus," jawabnya. Rona sama sekali tidak melihat wajah Elvis. Matanya hanya menatap dia sepatu Elvis yang mengkilat terkena pantulan cahaya.

"Itu aja? Yah, gak puas banget." Elvis menyugar rambutnya hingga berantakan. "Padahal gue berharap lebih. Misalnya dapat pujian gini. Ihh, Elvis keren banget gita tadi main gitarnya." Elvis terkekeh mendengar nada manja yang dia layangkan. Tubuhnya duduk bersila dekat kaki drum. Senyuman lebar di bibir Elvis tercetak jelas ketika menangkap wajah Rona yang geli karena ucapannya.

"Geli tahu. Ngapain juga muji berlebihan gitu. Lagi pula tadi itu kan kamu mainnya gak sendiri, ada Alfa sama Beto juga kan?" Katanya sembari membetulkan posisi tidur Nazira agar nyaman.

Love In Music (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang