13
.
.
.
🎼🎼🎼"Bawa bekal apa hari ini Na?" Tanya Nazira semangat. Sepertinya hubungannya dengan pasangannya sangat baik sampai wajahnya berseri seperti itu.
Senyuman lebar Nazira tentu saja menyebar ke Rona. Gadis itu ikut tersenyum sambil membuka kotak bekalnya. "Biasa aja sih, sayur sama ayam. Terus Mama kasih buah beri."
Rona mulai menusuk buah berinya dan memakannya. Mereka sekarang tengah duduk di gazebo waktu Rona awal masuk kembali ke sekolah. Karena suananya mendung tapi tidak hujan. Gazebo ini cocok untuk tempat bersantai.
Baru beberapa menit bercakap-cakap, tiba-tiba saja percakapan keduanya merembet pada acara sekolah yang akan diadakan besok.
"Kayaknya besok bakalan bebas deh Na," celetuk Nazira. Suaranya tidak terlalu jelas sebab dia berbicara dengan mulut penuh dengan Snack.
"Kenapa?" Jujur saja, Rona memang lambat dalam mengetahui suatu hal. Dia tidak terlalu peka sekitar dan selalu ketinggalan info. Tentu saja Nazira yang up to date sudah tahu akan hal itu.
"Besok ada festival eskul. Sekolah kita ngadain pesta kaya pertunjukan tiap eskul gitu."
Ngomongin soal eskul, Rona gak ikut eskul apapun. Ingat, dia sekolah cuma mau menikmati suasananya aja. Jadilah Rona ketinggalan info kalau besok ada acara.
"Aku sendiri dong Zira. Kamu pasti gabung sama eskul kamu kan?"
Nazira tertawa, tanganya melambung dan menepuk meja gazebo. "Engga sih, eskul gue gak bakal tampil ada sih yang tampil tapi bukan gue. Jadi santai aja besok kita berdua terus kok."
….
Hari esok telah tiba. Berbeda dari hati biasanya, anak-anak sekarang memakaian seragam eskul masing-masing. Kecuali anak yang memang tidak ikut eskul seperti Rona, dia tetap memakai baju seragam sekolah.
Kali ini Rona tidak langsung masuk ke kelasnya dia memilih bergeming di koridor hanya untuk mengamati anak-anak OSIS yang sibuk mempersiapkan panggung.
Rona datang terlalu pagi, dia juga datang sendiri tidak bareng Nazira. Jadilah dia datang kepagian saat sekolah masih sepi.
Memang ya, anak OSIS tuh gak ada capek-capeknya. Rona kagum mereka bisa melakukan ini itu tanpa bingung sekalipun. Mereka serba bisa. Lihat saja, di sana ada yang mempersiapkan sound sistem, kursi-kursi sampai dekorasi panggung. Benar-benar kompak.
Perasaan Rona yang lumayan baik kini terganggu saat sosok Adipati muncul di lapangan. Laki-laki itu ikut andil memeprsiapkan semuanya. Adipati sibuk mengatur para anggotanya sampai detik berikutnya dia mendongak dan bpandangan mereka berdua bertemu.
Rona memalingkan wajahnya. Meskipun dia tida tahu bagaimana perasaan Adipati sekarang kepadanya, tetap saja Rona tidak nyaman. Apalagi saat dia didatangi oleh Amora tempo hari, Rona semakin malas berurusan dengan Adipati.
"Oy, Na!" Sapa Nazira. Anak itu berlari dan menepuk bahu Rona yang tengah melamun. "Cape banget mobil gue malah ngamuk pagi-pagi," gerutunya dengan bapa tersenggal. Beberapa bulir keringat jatuh dari keningnya.
"Sekarang gimana aman kan?" Rona mengambil botol minumnya dan memberikannya pada Nazira yang diterima baik olehnya.
"Aman lah, untungin ada ojek sekitar sana. Jadi gak telat masuk deh. Thanks minunya." Nazira menyerahkan kembali botol minum Rona yang sudah habis setengahnya.
"Kirain bakal telat, padahal sekolah masih sepi ya, Na. Gue lupa acaranya baru mulai jam sembilanan sampe malem."
Kedua alis rona berkerut, "Sampai malam?" Tanyanya tidak yakin.
Nazira menganggukkan kepalanya antusias. "Iya sampe malem. Band musik sekolah kita juga tampil malem nanti. Gue gak sabar Na," ujar Nazira cepat dengan wajah berseri. Berbeda dengan Rona yang wajahnya agak sendu.
Sampai sore saja tubuhnya sangat lelah apalagi sampai malam? Rona harap untuk hari ini saja tubuhnya harus kuat. Kalaupun tidak kuat rona tidak akan memaksakan tumbuhnya, mungkin sampai sore juga dia akan pulang lebih dulu.
Namun, agaknya rencana tersebut tidak terjadi, saat hari sudah sorepun Rona masih betah duduk menikmati acara pentas seni dan juga drama teater bersama Nazira yang berulang kali menanyakan keadaannya.
"Gak apa-apa kok Zira aku aman," gumam Rona untuk yang ke sekian kali.
"Syukurlah, tapi kalau nanti udah lelah langsung bilang ya. Aku ke toilet bentar."
Beberapa saat hening di sebelah Rona ketika Nazira melangkahkan kakinya menuju toilet. Nazira memang berisik, jadi kehadirannya di sisi Rona begitu kentara dan akan terasa hilang kalau dia tidak ada.
Beberapa menit gadis itu kembali dengan wajah cemberut. Kakinya menendang-nendang udara tidak jelas. Rona tidak bertanya, pasti sebenat lagi suara Nazira bakal mendominasi gendang telinganya tanpa rona pancing lebih dulu. Terlihat jelas dari raut wajahnya yang sudah kehilangan mood.
"Masa band sekolah gak akan tampil sih," gerutunya. Nazira duduk dengan kedua tangan terlipat di dada. "Salah satu personil mereka ada yang sakit, mana itu yang main gitar lagi. Kan kacau Na kalau band yang aku tunggu-tunggu tadi gak jadi tampil, sebel ah," gerutuan Nazira terus berlanjut dan diakhiri dengan teriakan tertahan darinya untuk melepaskan rasa kesal.
Sebenarnya Rona biasa saja saat mengetahui hal tersebut, toh rona sudah cukup puas melihat penampilan yang lain dan tidak terlalu berharap dengan penampilan band dari seni musik. Tapi, melihat sahabatnya yang kecewa dan kesal, Rona jadi merasakan hal yang sama.
"Sudahlah Zira. Mungkin lain kali band itu bisa tampil. Yaudah sekarang kita pulang aja yuk." Tidak ada yang mereka tunggu lagi. Tubuh Rona juga mulai lelah.
Nazira juga menyetujuinya, mereka berdua berdiri dan hendak melangkah meninggalkan tempat duduk. Namun, suara MC di atas panggung membuat mereka urung untuk pulang. Ternyata band sekolah tampil juga walau tanpa sang gitaris.
Oh tidak tunggu. Mata Nazira membulat saat melihat gitaris favoritnya di sekolah ini dikantikan oleh orang lain.
"Ternyata ada yang gantiin Zira. Mau lanjut menonton?" Tawar Rona yang juga menyadari hal yang sama.
Nazira menimang-nimang apakah dia harus tetap menonton? Tapi kalau dilewatkan begitu saja ini hal yang langka. Meskipun dia awalnya kecewa sebab ya g menggantikannya anak kelas sebelah, tapi tetap saja Nazira ingin menikmati malam ini.
"Iya kita nonton aja."
Mereka berdua kembali duduk, ah tidak lebih tepatnya berdiri sambil menggerakkan badan mengikuti alunan musik yang mulai beraksi. Laki-laki dengan kaus polos hitam itu tak sengaja menatap ke arah Rona. Rambutnya yang tidak tersisir rapi beterbangan saat terkena angin malam. Rona tahu yang jadi gitaris itu.
Siapa lagi kalau bukan Elvis yang menyeretnya ke toilet terbengkalai waktu itu. Meskipun Rona tidak terlalu menyukai laki-yang meminjamkan saputangannya untuk mengelap darah dari hidung Rona. Tapi melihat dirinya dalam versi yang berbeda di atas panggung membuat Rona sedikit menaruh kagum padanya.
🎼🎼🎼
Note: maaf banyak typo...
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Music (SELESAI)
Ficção AdolescenteNamanya Rona, namun tidak seperti namanya. Gadis itu memiliki kulit yang pucat, tubuh yang lemah dan kehilangan semangat. Dirinya ada diambang hidup dan mati, ini semua karena penyakit yang perlahan menggerogoti tubuhnya. Namun, dengan satu alasan R...