18
.
.
.
🎼🎼🎼Di kelas sebelah, tepatnya dia belas IPA 2 yang begitu damai. Walaupun jam kosong, keadaan kelas begitu terkendali, entah itu karena ketua kelas yang bekerja, atau memang isinya anak-anak malas kayak Elvis yang sekarang udah nemplok tidur di lantai belakang berbantalkan tas ransel.
Tidur nyenyaknya mulai terusik ketika mendengar suara-suara gaduh.
"Berisik," geramnya dengan mata tertutup.
Helaan napas keluar dari rongga hidungnya. Semalaman suntuk dia mainin alat musik sama Beto dan Alfa di studio, dan baru sekarang bisa memejamkan mata.
"Udah gue bilang berisik woy!" Gak tahan lagi, Elvis membuka matanya lebar-lebar dengan tubuh yang langsung duduk.
Pemandangan yang dia terima justru kelas yang kosong hanya ada beberapa siswa yang sedang tidur juga. Elvis memandang aneh teman-temannya.
Puk
Tiba-tiba bahunya ditepuk. Ternyata Alfa yang duduk di sampingnya, tubuh berotot Alfa kaku karena tidur di lantai yang dingin.
"Bukan kelas kita yang berisik, cek kelas sebelah sana. Tidur kita gak bakal berkualitas kalau gini. Lihat Si Beto tuh, alisnya udah ngangkat-ngangkat," tunjuknya pada Beto yang tidurnya justru tidak terganggu sama sekali. Nyenyak.
"Lo yang cek sana." Elvis menidurkan kembali tubuhnya.
Terdengar lagi teriakan. Ini lebih keras dari yang tadi. Teriakan perempuan yang membuat Elvis mau tidak mau melangkahkan kakinya ke kelas sebelah. Demi apapun, Elvis benci saat perempuan berteriak kesakitan begitu.
"Elah, berisik banget." Adalah kalimat pertamanya saat melihat kekacauan yang terjadi. Sebenarnya itu hanya kalimat spontan. Tapi, tidak dia sangka akan menghentikan kegaduhan.
"Loh, kenapa berhenti, gapapa santai terusin aja," ucapanya cengengesan. Grogi saat ditatatp heran oleh banyak orang.
Elvis belum menyadari apa yang terjadi, tapi dia kira hanya keributan biasa, tapi saat matanya bersitatap dengan mata Rona, raut wajahnya berubah drastis.
Elvis melangkah membelah lautan manusia yang berdiri mematung. Tanganya refleks menarik lengan kecil Rona. Memisahkan Rona dari jambakan Perempuan di sampingnya, Amora yang langsung ditarik oleh Adipati.
Semuanya sudah terkendali. Nazira sangat bersyukur, akan hal ini. Dia harus berterima kasih kepada Elvis lain waktu.
"Bawa, hama sekolah ini sana!" Perintah sengit Nazira ke Adipati yang masih memegang tangan Amora.
Adipati langsung menarik Amora ke luar, demi keamanan dan juga kewarasan Rona, Adipati rela untuk melakukan apapun. Termasuk harus mengendalikan Amora.
"Heh! Lo pada ngapain masih di sini? Mau dicolok tu mata satu-satu? Bubar sana," ucap Nazira lantang. Dia cukup emosi hari ini.
Setelah suasana kelas muali kondusif, dengan segera Nazira menghampiri Rona yang masih bengong. Nazira rasa juga Rona tidak sadar kalau kedua lengannya masih dipegang erat oleh Elvis.
"Lo juga, balik ke kelas Lo sana." Nazira mengambil alih tubuh Rona. "Btw makasih udah misahin mereka," lanjutnya sebelum memberikan perhatian penuh pada Rona.
Tidak mau merepotkan sahabatnya, Rona duduk di kursinya. Sumpah, dibandingkan tubuhnya, Rona rasa otaknya lebih lemas bukan main. Tak habis pikir dengan ulah Amora terhadapnya.
"Astaga Na! Hidung kamu berdarah," pekik Nazira.
Hidung Rona kembali mimisan. Dan ini hal yang tidak begitu Rona sukai. Mimisan membuatnya pening dan ribet.
![](https://img.wattpad.com/cover/344899954-288-k63065.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Music (SELESAI)
Teen FictionNamanya Rona, namun tidak seperti namanya. Gadis itu memiliki kulit yang pucat, tubuh yang lemah dan kehilangan semangat. Dirinya ada diambang hidup dan mati, ini semua karena penyakit yang perlahan menggerogoti tubuhnya. Namun, dengan satu alasan R...