🎼 22. Dua Bulan lagi

1.6K 80 0
                                    

22
.
.
.
🎼🎼🎼


Nuansa hitam putih, lampu gantung yang estetik serta wangi semerbak parfum Kasablanka adalah kesan pertama yang Rona rasakan ketika menginjakan kaki di studio Raja Musik.

Ruangan ini begitu bising. Kalau tidak ada suara alat-alat yang dimainkan, suara musik dari sound sistem mini yang bersuara, atau kalau nggak, penghuninya yang tidak bisa diam.

"Wih, bawa adek Lo Dit ?" Satu laki-laki berkulit sawo matang, berbadan kekar dan berambut gondrong menyapa Radit. Pria itu kelihatan cukup dekat dengan Radit, sampai dia hafal kalau Rona adalah adiknya.

"Iya, dia pengen ikut. Gak usah diganggu biarin aja, kalian fokus latihan."

"Udah sembuh dia?" Tanyanya lagi.

Ditanya seperti itu, Radit malah melengos enggan menjawab. Rona masih sakit, kelihatanya saja seperti orang pada umumnya, tapi di dalamnya. Rona itu kacau. Mengingat itu mood Radit langsung anjlok.

"Doain aja bang," jawab Rona ketika Radit pergi untuk mengecek ruang editing. Bibir Rona melengkung ketika Pria berambut gondrong itu menyuruhnya untuk duduk sementara ia kembali sibuk dengan alat musiknya.

Beberapa kali Rona menguap, matanya berair dan memerah. Ngantuk berat. Satu jam melihat latihan anak buah Abangnya membuat Rona bosan. Entah apa yang Elvis kagumi dari band ini. Menurut Rona, Raja Musik sama saja dengan band yang lain. Mungkin ada beberapa ciri khas yang Rona rasakan terutama dari suara vokalis yang melengking tapi bisa serak-serak basah juga. Dan sampai sekarang Rona masih belum mengetahui, apa jawaban dari pertanyaan Elvis kemarin.

Mengalihkan pandang, orang Rona melihat sang gitaris, dia lihai, petikan pada senarnya pas sesuai tempo. Gayanya juga keren seperti di panggung sungguhan.

Balik lagi ke pertanyaan Elvis.

Kriteria seperti apa yang Raja Musik butuhkan?

Rona menepuk dahinya, tentu saja jawabannya bagus, lihai, pandai bermusik dan keren lalu apa lagi?

Oh tidak segampang itu. Rona tahu, Elvis pasti butuh jawaban yang lebih spesifik sehingga dia bisa mempersiapkan dirinya.

"Dit, audisi sekarang dibuka kapan?" Samar-samar Rona mendengar pertanyaan laki-laki berambut gondrong tadi. Kalau tidak salah namanya Jordan, nama yang cocok dengan tubuh besarnya. Dia jadi drumer di Raja Musik.

"Dua bulan lagi," jawab Radit, masih di ruang Editing. Raja Musik akan mengeluarkan album terbaru, makanya akhir-akhir ini Radit sibuk bolak balik studio dan rumah.

Tapi bukan itu yang membuat Rona tertarik. Rona jauh lebih semangat saat mendengar audisi akan dibuka. Elvis harus tahu ini.

"Audisi apa Bang?" Tanya Rona sedikit memancing.

"Audisi buat rekrut anggota baru. Biasanya buat di jadiin cadangan, soalnya gitaris sama vokalis kita cuma satu, takutnya kalau amit-amit dah, ada apa-apa Raja Musik masih aman," jelas Jordan.

Sedari awal Rona masuk memang Jordan yang langsung klop dengan nya. Mungkin karena kepribadiannya yang cerewet dan nggak canggungan orangnya, itu agak cocok dengan Rona.

Rona mengangguk-anggukkan kepalanya. Waktunya cuma dua bulan. Elvis bisa berlatih dulu untuk mematangkan skill.

"Inget anak sama bini Jo, kagak usah deketin adek gue." Wajah bengong Rona terlihat dari ruang editing yang tidak begitu jauh. Radit rupanya tidak senang Jordan duduk dekat Rona.

"Elah, gue juga gak suka anak kecil kali. Santai aja. Adek Lo penasaran soal Audisi. Gue tadi cuma jawab. Gue cabut duluan ya. Thanks buat hari ini. Anak sama bini udah nelpon," pamit Jordan dan disahut temannya yang lain, dia sibuk merapikan diri untuk pulang. "Pulang dek, Abang Lo garang," lanjutnya pada Rona. Tentu saja dia dihadiahi tatapan tajam Radit.

"Iya bang, Rona tungguin bang Radit selesai ngedit," jawab Rona. Dia juga ingin segera pulang. Tidak sabar cepat masuk sekolah untuk memberitahu Elvis tentang ini.

Bisa saja sebenarnya Rona hubungi Elvis lewat hp, tapi Rona malas untuk mengetik sekarang.

....

Rona menepati janjinya hari ini. Sesuai perintah Radit untuk menjadikan hari Minggu sebagai waktu istirahat.

Tadi pagi Rona sempat ke rumah sakit untuk kontrol ditemani Mama Laras dan siangnya Rona mulai menyibukan diri dengan koleksi novelnya. Niat hati ingin menamatkan satu buku, tapi di halaman tengah Nazira datang dengan heboh memasuki kamarnya.

Seperti biasa anak itu selalu merasa bosan dan tidak bisa diam di rumah. Jadilah dia akan mencari tempat pelarian waktu hari libur begini.

Karena Nazira tidak suka baca buku. Kini kegiatan Rona berubah jadi menonton film Romantis.

"Nah, pasti abis itu si ceweknya dibully terus si cowoknya nolongin. Timbul benih-bwnih cinta abis itu ditembak and jadian deh. Terus pasangan itu jadi bahagia selamanya gak kayak kisah cinta gue." Nazira mengunyah popcorn yang dia bawa sendiri dari rumah. Nazira memang seniat itu untuk mengacaukan hari Minggu Rona.

"Kenapa lagi pacar kamu Zira," ucap Rona, dia masih fokus menatap layar televisi meskipun tidak terlalu minat dengan jalan ceritanya.

"Kali ini selingkuh sama temen kelasnya." Nazira menarik selimutnya, meletakan popcorn di atas nakas. Mereka berdua sedang tiduran di karpet bulu bukan di ranjang. Rona tidak suka ada orang yang tidur di kasurnya pas siang hari.

"Coba deh Na bayangin. Gue selalu nyempetin waktu buat ketemu dia jauh-jauh, terus bayarin dia pas kita jajan, selalu ngasih kabar dimanapun gue berada, gue udah se effort itu buat pertahanin hubungan kita. Tapi dia malah selingkuh," curhatnya. Nazira sudah tidak memikirkan film yang mereka tengah tonton bersama.

"Udah tanya belum apa alasannya?"

"Udah Na. Masa dia bilang bosen sama gue dan males dipanggil brondong sama temen-temennya." Pacar Nazira yang sekarang itu masih kelas satu SMA. Memang selera Nazira ini agak aneh, dulu pernah naksir satpam sekolah, terus suka sama cowok wibu yang cueknya minta ampun. Tapi untungnya sahabatnya itu gak suka sama suami orang.

"Ya kamu ngapain juga pacaran sama yang lebih muda Zira. Masih banyak kok cowok yang mau sama kamu. Tuh bang Radit ada." Rona mengusap kepalanya yang terlepas dari rambut palsunya. Sungguh dia kelepasan. Meskipun Nazira pasti sudah tahu juga mengenai itu.

Sejak dulu sebelum Rona sakit, Nazira sering main ke sini. Dan itu juga membuat Bang Radit selalu bertemu Nazira. Meskipun bang Radit tidak menunjukan rasa sukanya, tapi Rona tahu abangnya itu dari dulu suka sama sahabatnya.

"Ck, itu dulu Na. Sekarang mana mungkin. Udahlah males bahas itu, gue juga masih ada cadangan sih." Nazira melirik ke atas dengan seringai di bibirnya.

"Kali ini siapa lagi?" Tanya Rona jengah.

"Tukang paket yang selalu nganter pesenan gue," jawabnya cengengesan.

"Ya Allah Zira!"

🎼🎼🎼

Love In Music (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang