🎼 40. Hadiah

1.4K 96 0
                                    

40
.
.
.

🎼🎼🎼

Setiap hari Elvis menemani Rona, malamnya dia kembali berlatih. Tidak terasa, waktu audisi telah tiba.  Perasaan Elvis campur aduk. Senang dan juga gugup di waktu yang bersamaan.

Setelah mempersiapkan semuanya, mental dan penampilan, tadi subuh Elvis langsung ke rumah sakit menemui Rona yang masih tertidur.

Elvis mencoba mengajak Rona bicara walaupun tak dibalas. Elvis duduk di samping Rona kemudian menjangkau tangan kurus Rona dan mengelusnya.

"Hari ini do'ain aku, Na. Kalau kali ini masih gagal lagi. Mungkin aku gak bakalan terusin hobi ini," ucapnya. Elvis menyadari perubahan raut wajah Rona yang menyernyit.

Elvis terkekeh saat mengerti maksud Rona yang tidak setuju dengan rencanannya.

"Satu bulan lagi hari perpisahan, pasti bakalan gak kerasa. Kamu bisa sembuh kan? Nanti kita foto bareng. Kamu pakai kebaya, aku pakai kemeja hitam. Di leher kita sama-sama terkalung medali." Elvis sangat berharap kalau Rona bisa sembuh total kembali. Tak sadar Elvis mencengkram lembut tangan Rona sehingga sang pemilik tangan terbangun.

Mata Rona mengerjap, mencoba menyesuaikan dengan cahaya lampu. Kepalanya bergerak miring sehingga wajah Elvis tertangkap sempurna di matanya.

Elvis tersenyum menyambut Rona. Tanganya berpindah mengelus pipi tirus Rona.

"Na, aku pergi dulu, takutnya nanti telat," ucapnya yang membuat Rona bingung.

Pintu ruangan terbuka. Mama Laras dan papa Aria datang. Tadi keduanya menitipkan Rona sementara mereka membeli sarapan. Mama Laras dan papa Aria juga paham dan memberikan sedikit waktu untuk Elvis berbicara dengan Rona.

Mama Laras menghampiri Rona sementara papa Aria menyiapkan makanan.

"Elvis mau audisi Na," kata Mama Laras tiba-tiba. Perkataan itu membuat Rona terkejut. Dia menatap kembali wajah Elvi yang masih tersenyum. Ekspresi Rona seolah berkata, 'benar?'

Elvis mengangguk mengiyakan.

"Aku pamit, dulu. Nanti malam bakal datang lagi ke sini." Elvis berdiri dari duduknya tanganya kembali mengelus punggung tangan Rona.
Kemudian tanganya terangkat untuk menyalami tangan Mama Laras.

"Saya pamit dulu Tante. Minta do'anya."

Mama Laras tersenyum hangat. Sejak awal kedatangan Elvis sudah masuk ke hatinya. Elvis rupanya sudah banyak membantu Rona. Maka untuk mendoakan agar Elvis mendapatkan hasil yang terbaik bukanlah hal yang sulit.

"Iya, Tante pasti do'akan." Elvis membalas senyuman lebar Mama Laras. Elvis berbalik badan hendak berpamitan dengan Papa Aria. Namun, jari telunjuknya ada yang menahan.

Rona menggenggam jari telunjuk Elvis sehingga Elvis kembali manearuh kembali perhatian padanya.  Kepala Rona meminta Elvis untuk mendekat. Elvis mencondongkan wajahnya agar lebih dekat dengan wajah Rona. Bibir pucat Rona kian jelas di matanya.

"Semangat, nanti kalau menang aku kasih hadiah," lirih Rona sangat pelan. Suara serak dan berat karena jarang dikeluarkan.

Kedua sudut bibir Elvis terangkan, perutnya terasa penuh. Tekad untuk lolos di Raja Musik pun semakin menggebu-gebu. Elvis mengangguk, dia elus wajah Rona dan berpamitan kepada papa Aria.

Elvis siap untuk audisi.

.....

Awan yang mendung di sore hari menandakan bahwa hujan akan segera turun membasahi bumi. Suasana gelap dan murung nyatanya tak sesuai dengan perasaan Elvis. Bibirnya tak henti-henti tersenyum.

Elvis berlari begitu cepat usai menerima kabar bahwa dia dinyatakan lulus audisi. Iya! Elvis sudah resmi masuk band Raja Musik.

Tidak sia-sia jerih payah selama selama ini. Dia rela menomorduakan proses belajar akademik di sekolahnya untuk fokus pada hobinya. Kegagalan yang sempat terlintas di benak Elvis ternyata tidaklah terjadi.

Dada Elvis bergemuruh saling senangnya. Dia berlari dari parkiran usai memarkirkan motornya. Tujuannya hanya rumah sakit dan ruangan yang Rona tempati.

Elvis ingin orang pertama yang mengetahuinya adalah Rona. Elvis mengencangkan langkah kakinya, tanganya menggenggam gulungan kertas tebal berisikan sertifikat.

Hari ini ternyata Lift penuh. Elvis tidak bisa menunggu lagi. Saking bahagianya, Elvis rela manaiki tangga yang lumayan banyak hanya untuk menumi Rona.

Titik keringat berjatuhan kemudian mengalir di wajahnya. Elvis menahan tubuhnya di kedua lutut. Rambutnya yang menutupi wajah dia sugar kebelakang sehingga penglihatannya kini jelas.

Hal pertanya yang dia lihat adalah para dokter dan juga suster memasuki ruangan Rona. Papa Aria dan Mama Laras terlihat panik di luar ruangan. Tak lama, bang Radit juga datang dari arah yang berlawanan dengannya di susul Nazira dibelakangnya, wajahnya merah dan berkaca-kaca.

Elvis berada cukup jauh, sehingga dia bisa melihat dengan jelas ketiga orang yang Rona sayangi saling memeluk dan menenangkan. Bang Radit mengelus punggung Mama Laras yang meraung sedangkan papa Aria sibuk mengtur napasnya.

Ini ada apa?

Mendadak kaki Elvis lemas, kaku tidak bisa digerakkan. Tanganya tanpa sengaja meremas gulungan sertifikat yang amat berharga itu. Dadanya bergemuruh, perasaan hampa dan juga sedih kini menyelimuti habis hati Elvis.

Elvis mencoba melangkahkan kakinya. Pelan-pelan dia bergabung bersama keluarga Rona, tak sanggup lagi Elvis duduk di kursi sambil menatap pintu ruangan Rona yang tertutup rapat. Kedua matanya memerah saat telinganya mendengar ucapan Mama Laras.

"Rona pasti sembuh kan Pa? Dokternya jahat bilang keadaan Rona memburuk. Dokternya juga tega bilang putri kesayangan Mama tidak akan lama bertahan." Mama Laras kembali meraung. Bang Radit begitu setia mengelus punggung Mama Laras di sisi kiri dan Nazira di sisi kanan. Kedua ya sama-samq menutup mulut tanpa ada satu katapun yang keluar.

Papa Aria ikut duduk tepat di samping Elvis. Wajahnya mengisyaratkan lelah dan juga sedih. Tangan keriput itu mengepal erat sampai aliran darahnya mampet dan membuat tanganya pias. Elvis memberikan tanganya yang gemetar.

"Om boleh pegang tangan saya," tawar Elvis. Suaranya tidak kalah bergetar.

Papa Aria menatap wajah Elvis kemudian turun ke tangan Elvis yang berkeringat.

"Saya percaya sama kamu," kata papa Aria. Dia pegang tangan Elvis untuk meredam rasa sakitnya.

Elvis mengangguk. Pandangnya kini kembali ke arah pintu.

"Aku lolos, Na. Katanya kamu mau kasih aku hadiah kalau aku lolos audisi, aku datang ke sini buat nagih janji kamu. Kamu kuat, Na," batin Elvis berbicara.

Bukan ini hadiah yang Elvis harapkan.

🎼🎼🎼

Love In Music (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang