35
.
.
.🎼🎼🎼
"Nak, ayok makan malam dulu sayang. Papa sama Bang Radit sudah menunggu di bawah." Mama Laras menepuk lembut lengan Rona yang terbaring dan menutup tubuhnya dengan selimut.
"Duluan aja Ma. Nanti Rona makan kalau sudah lapar," jawab Rona samar karena wajahnya tenggelam di balik selimut.
Mama Laras menghela napas pelan. Tanganya menepuk dan membelai Rona begitu halus. Mama Laras sudah tahu semuanya. Berita itu sudah sampai ke pihak sekolah. Jadi dia cukup paham dengan keadaan mental Rona. "Yasudah, Mama turun duluan ya, tapi Rona harus makan, gak boleh enggak! Kalau gak makan malam ini. Berarti tadi adalah hari terakhir Rona di sekolah."
Rona mengeratkan cengkramannya ke kain selimut. "Iya Mama. Mama gak perlu khawatir, Rona baik-baik aja kok. Tadi juga ditolongin Nazira, Rona gak sendirian," jawabnya sambil membuka selimut. Matanya menyipit dan sedikit bengkak. Bibirnya tersenyum untuk menunjukkan ke Mama Laras kalau dia baik-baik saja.
Setelah mendapatkan senyum Rona, Mama Laras keluar dari kamar Rona. Tak lupa pintunya pun di tutup dengan pelan, di akhiri dengan kalimat ancaman lembut supaya Rona tidak melewatkan makan malam.
Kejadian tadi siang membuat Rona tidak merasa lapar. Perutnya terasa penuh dengan kalimat orang-orang yang ada di sana. Rona bahkan tidak tahu harus ditaruh di mana wajahnya saat besok sekolah. Amora pun sudah rerkenah hukumannya. Dia di skors selama 3 hari.
Jujur, Rona sangat takut dengan pandangan Elvis alih-alih siswa-siswi di kantin. Rona takut, Elvis akan memandangnya jijik, lemah atau apapun itu yang sipatnya buruk.
Tapi kalau dipikir lagi buat apa Rona takut? Toh sebentar lagi akan pelulusan. Sebelumnya juga hubungannya dengan Elvis tidak begitu dekat.
Setelah pelulusan, Rona tidak akan pernah bertemu lagi dengan Elvis. Tujuan sekolah juga sudah Rona dapatkan. Dia sudah merasa jatuh cinta meskipun tidak memilikinya. Jadi buat apa Rona pusing memikirkan reaksi Elvis tentang dirinya sekarang.
"Sudahlah Rona. Tinggal bentar lagi kok. Elvis juga pasti lagi fokus persiapan audisi. Jadi gak mungkin inget sama kamu lagi," lirih Rona sambil memejamkan matanya. Tak lupa pula menyetel alarm untuk nanti dia bangun dan makan malam.
Mata Rona terbuka kembali, mendadak dia tidak bisa tidur. Kepalanya terisi pertanyaan apa nanti dia ikut pelulusan atau tidak?
Sekarang ponselnya tidak henti berdenting melihat grup angkatan yang sudah heboh mengurus kegiatan itu.
Kalau ikut, Rona takut akan membuat suasana kacau, ditambah lagi fisiknya akhir-akhir agak sedikit memburuk di bandingkan kemarin-kemarin. Tapi kalau tidak ikut, rasanya disayangkan.
Di saat Rona bimbang, Nazira memberikan sebuah pesan padanya.
"Na, ikut pelulusan ya. Kita foto bareng berdua. Foto angkatan juga. Kalau kamu gak ikut. Gue juga enggak."
Yeah, Rona paling tidak bisa menolak permintaan sahabatnya.
....
"Ngapain sih? Ngoprek-ngoprek alat gak jelas." Alfa sibuk memperhatikan sahabatnya yang tidak bisa diam.
Alfa Pahan keadaan Elvis, dia juga paham kalau sekarang Elvis itu susah untuk konsentrasi. Dan bodohnya itu cuma karena cewek? Alfa paling tidak bisa melihat hal yang kayak gini. Menurutnya akan sangat membuang waktu dan pastinya membuat papanya marah sebab konsentrasinya untuk belajar bisnis akan terganggu.
"Kamu tidak akan mengerti, Alfa. Kami berdua itu sama situasinya. Alfa mana tahu di jauhin sama perempuan, apalagi perempuannya kayak Nona manis," jawabnya sedih. Namun sangat berbabanding terbalik dengan kelakuannya yang sibuk mengunyah brownies bikinan Ibu Arumi. Wajahnya berbinar saat merasakan kelembutan dan manisnya kue berwarna cokelat itu.
"Audisi kapan?" Tanya Elvis tiba-tiba. Setelah ada informasi tentang pendaftaran. Elvis langsung mendaftar tanpa melihat tanggal audisi yang tertera.
Alfa diam sejenak. Mengingat-ingat poster yang sudah resmi muncul di akun Raja Musik.
"Tiga Minggu lagi." Alfa membuka jaket kulitnya sehingga tubuhnya sekarang hanya terlapisi kaus hitam ketat yang menampakan tubuh atletisnya. "Minggu depan kita pelulusan, abis itu gue gak mungkin bisa bareng kalian lagi. Papa udah ada rencanain gue kuliah di luar negeri," lanjutnya. Papa Alfa sudah mempersiapkan semuanya. Walaupun Alfa sebenarnya tidak memiliki ketertarikan dalam dunia bisnis, tapi Alfa tidak mau mengecewakan papanya. Karena itu juga Alfa tidak terlalu serius dengan hobinya bermain musik.
"Sa juga sama. Habis lulus langsung bakal pindah ke Timur. Tidak bisa bertemu kalian lagi," Sahut Beto sambil mengunyah. Rambutnya yang ikal tambah berantakan saat dia menggaruknya.
Elvis terdiam. Kepalanya mendadak pening. Sebentar lagi, kedua sahabatnya akan fokus hidup masing-masing. Tidak ada lagi waktu berkumpul dan tertawa bersama. Tidak ada lagi bermain Samapi larut tengah malam. Nanti Elvis akan sendirian.
"Oh, okei." Elvis beranjak dari kegiatannya dan sekarang duduk menghampiri Alfa dan Beto.
"Satu Minggu lagi kita pelulusan. Abis itu Ujian. Udah deh kelar masa SMA kita. Elvis, dengerin gue, Lo jangan terlalu mikirin perasaan Lo sekarang. Gue tahu Lo cinta sama Rona. Tapi, masa depan Lo masih panjang Elvis, jangan cuma karena dia Lo gagal ngejar mimpi Lo." Alfa dapat merasakan setitik pandangan berharap dari mata lelah Elvis.
"Sekarang waktunya Lo fokus. Fokus kejar mimpi Lo Elvis Hillaris." Alfa menatap tegas kedua mata Elvis. Mencoba api menyalurkan semangat.
Elvis balas tatapan Alfa dengan tersenyum dan diiringi anggukan. Baiklah, tiga Minggu lagi Elvis akan lebih bersemangat. Tanpa Rona yang ada di sisinya.
🎼🎼🎼
Note: Karena sekarang aku udah gak terlalu sibuk ngurus tugas sekolah (udah tamat hehe, sedih) jadi insyaallah Novel ini bakal up tiap hari yaa.
Semoga seneng...
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Music (SELESAI)
Novela JuvenilNamanya Rona, namun tidak seperti namanya. Gadis itu memiliki kulit yang pucat, tubuh yang lemah dan kehilangan semangat. Dirinya ada diambang hidup dan mati, ini semua karena penyakit yang perlahan menggerogoti tubuhnya. Namun, dengan satu alasan R...