08
.
.
.
🎼🎼🎼"Na! Kamu gak apa-apa kan?" Tanya Nazira panik saat Rona menunduk dan memegang kepalanya, kedua alisnya mengkerut kesakitan.
"Pusing sedikit Zira," jawabnya jujur. Tubuhnya juga kaku dan lemas. Baru tiga hari sekolah sudah membuat tubuh Rona lelah dan lemas seperti ini.
Mungkin ini efek terbaring cukup lama di rumah sakit membuat otot-otot di tubuh Rona tidak bebas bergerak. Meskipun sudah terapi dan memantapkan diri sebelumnya agar bisa bersekolah setelah keadaannya mulai pulih seperti sekarang. Tetap saja Rona mudah lelah dan tidak bisa terlalu banyak bergerak. Belum lagi rasa pusing selalu mendera kepalanya.
"Aduh, ke UKS yuk Na. Aku bantu jalannya. Tiduran di sana sebentar aja. Bawa obat kan di rumah?" Nazira memeriksa tas Rona dan membantu mengambilkan obatnya.
Rona mengangguk, mungkin dia akan bolos jam pelajaran saja. Tadinya mereka berdua akan makan siang seperti biasa. Namun, tubuh Rona mendadak lemah, tentu saja rasa lapar di perut Nazira lenyap begitu saja saat melihat sahabatnya meringis.
"Pucat banget gak Zira?" Tanya Rona khawatir. Tangannya hendak menggapai pouch berisi makeup dalam ransel ingin kembali melapisi kulit wajahnya dengan foundation agar mukanya lebih sebar, tapi Nazira menepis tangannya cukup kasar.
"Ih, gak usah pake itu lagi. Ayo buruan ke UKS!" Bisik Nazira tegas di telinga Rona. Kesal dengan sahabatnya sebab masih memikirkan kondisi wajahnya dibandingkan rasa sakitnya.
"Iya-iya." Rona berdiri karena Nazira menariknya cukup kuat, membantu menggandengnya agar tidak limbung saat berjalan.
"Hari Minggu kamu konsul kan Na?" Tanya Nazira lagi. Jadwal konsultasi keadaan rona dengan dokternya harus dilakukan. Nazira tidak mau Rona menyerah begitu saja dengan keadaannya saat ini.
"Iya! Kamu diam ah. Jangan bicara soal aku di sekolah Zira aku gak suka," ucap Rona kesal, Nazira sempat kaget karena Rona meninggikan suaranya. Sesekali dia melirik sekitar menuju ruang UKS sekolah. Mungkin karena ini jam istirahat, banyak murid yang lalu lalang, berjalan ke sana ke mari, jajan makanan, main kejar-kejaran sampai bahu Rona sempat tersenggol.
Dari arah seberang, Rona dan Nazira melihat Adipati berjalan tergesa-gesa. Mereka kita Adipati akan melewati mereka begitu saja, namun, ternyata bukan. Adipati justru berhenti tepat di depan mereka, ah tidak! Lebih tepatnya di hadapan Rona yang tengah mengatur napasnya dengan baik.
Adipati berdiri tegak, bibirnya sudah siap membuka sebuah percakapan. "Rona, ada waktu sebentar. Tadi aku bilang ada hal yang har-"
"Lain kali saja Adipati. Aku ada urusan hari ini," potong Rona cepat. Dia sedang tidak ingin membahas apapun bersama remaja laki-laki yang satu ini.
Nazira, yang nampaknya paham dengan perasaan Rona, lekas menepiskan lengannya untuk menyingkirkan Adipati di hadapan mereka. "Awas, gue tahu Lo ganteng ya, gak usah caper mulu. Tuh buntut Lo urusin. Kemaren ngancem kita dia."
"Buntut?" Tanya Adipati bingung, matanya memicing memandang Nazira dan Rona bergantian.
"Itu si Amora. Udah ah sana gue sama Rona mau ke U ... Aw." Nazira meringis saat Rona menginjak kakinya. Tidak peduli akan tatapan heran dari Adipati, Rona melangkah dan menarik pelan lengan Nazira.
…
Kini di ruangan dengan nuansa cream dan merah marun, Rona berbaring menatap langit-langit yang bersih dari debu, beralih sedikit pandangan Rona bisa melihat lampu LED yang menyala. Padahal ini masih siang, namun karena ruangan yang terkesan engap membuat lampu itu mau tidak mau harus dinyalakan.
Di sekeliling Rona tidur terdapat tirai yang memisahkannya dengan berangkar yang lain, Rona juga terbaring di berangkar bagian sudut dekat jendela. Jadilah Rona merasa aman tidur di tempat ini. Ya, walaupun diakuinya kalau tidur di sekolah sama sekali tidak bisa membuatnya nyenyak, setidaknya Rona bisa beristirahat setelah dia meminum obat barusan.
Nazira tidak bisa menemaninya di sini. Dia harus kembali ke kelas dan meneruskan belajarnya. Biarpun mulutnya asal jeplak dan hobi gonta-ganti pacar, Nazira cukup serius dengan sekolahnya, tidak seperti Rona yang kembali sekolah hanya untuk bersenang-senang saja sebelum dia tiada nantinya, semoga saja Tuhan masih memberikannya umur yang panjang.
Baru beberapa menit berlalu setelah Rona memejamkan matanya, mendadak tidur gadis itu tidak nyaman, beberapa kali mengerutkan kening dan meringis, napasnya juga tidak teratur. Namun, sebuah suara dehaman dan gumaman laki-laki membuat Rona kembali rileks dalam tidurnya.
Gumaman dengan nada yang pas tanpa adanya fals melintas begitu saja di telinga Rona, padahal di ruangan UKS ini tidak ada siapapun kecuali dirinya dan seorang anggota PMR perempuan yang bertugas pada jam ini.
Semakin lama gumaman itu semakin jelas, suaranya semakin dekat, bahkan Rona membalikan kepalanya jadi miring ke sebelah kiri menghadap jendela karena agak terganggu.
Tak lama, Rona membuka matanya perlahan, siluet laki-laki dengan rambut tebal melintas di belakang ruang UKS. Rona melihatnya karena gorden yang menutupi jendela begitu tipis.
Tubuhnya yang tinggi serta suaranya yang besar dan serak-serak begitu khas, agaknya Rona tahu siapa yang batu saja melintas. Mungkinkah kelas sebelah jam kosong lagi sampai muridnya berkeliaran di jam pelajaran? Mana sambil bergumam-gumam tidak jelas, santai sekali
Apapun itu Rona tidak mau ambil pusing, dia akan tidur lagi sebentar setelah tubuhnya membaik. Semoga saja tidak ada suara lagi yang membangunkan tidurnya.
Bunyi jam dinding yang berdetak sesuai dengan ritmenya, tirai-tirai yang melambai cukup membuat tidur Rona tenang. Setelah sepuluh menit berlalu, Rona terbangung karena kandung kemihnya terasa penuh minta dikeluarkan secepatnya. Sejenak merilekskan tubuhnya yang sempat pusing karena bangkit terlalu cepat.
Rona menapakan kakinya di lantai UKS, menyibak tirai untuk bertanya ke anggota PMR yang ada.
"Maaf, kamar mandinya masih berfungsi tidak?" Tanyanya pada seorang siswi yang sibuk bermain handphone disaat tugasnya menjaga ruang UKS.
Siswi itu dengan sigap menutup ponselnya, "Oh, masih Kak, tapi sekarang lagi gak ada airnya, kemarin pipanya bocor dan belum sempat diperbaiki," jawabnya cepat. Terlihat sekali dia serius dengan tugasnya walaupun terlihat sibuk dengan ponsel. "Kakak butuh apa?" Lanjutnya.
"Nggak, aku butuh kamar mandi saja," jawab Rona.
"Kalau begitu Kakak ke toilet dekat kelas dua belas IPS aja, deket dari sini Kak. Tinggal lurus ke sana terus nanti ada plang toilet tinggal belok kanan deh." Setelah menjawab siswi itu kembali fokus ke handphonenya. Sepertinya dia mengetahui Rona adalah murid baru, makanya dia menjelaskan keberadaan toilet cukup detail dan mudah dimengerti.
Mau gimana lagi, Rona sudah tidak tahan untuk menahan pipisnya. "Yasudah, terima kasih ya," ujar Rona kemudian melesat ke toilet.
"Sama-sama."
Siswi itu menggelengkan kepalanya, tanganya kembali menggapai ponsel dan memainkannya.
🎼🎼🎼
Note: Minggu ini satu aja ya.
Bantu tandai typo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Music (SELESAI)
Ficção AdolescenteNamanya Rona, namun tidak seperti namanya. Gadis itu memiliki kulit yang pucat, tubuh yang lemah dan kehilangan semangat. Dirinya ada diambang hidup dan mati, ini semua karena penyakit yang perlahan menggerogoti tubuhnya. Namun, dengan satu alasan R...