42
.
.
.🎼🎼🎼
Hari perpisahan sudah terlewati, Elvis bahkan sudah mengantongi ijazahnya sementara Rona masih terbaring lemah tanpa berniat membuka matanya.
Hari ini adalah hari pertama dia tampil dengan band impiannya. Bibirnya tak henti tersenyum ketika tanganya bergerak lincah di atas senar. Tubuhnya ikut menari bersama irama yang dihasilkan. Elvis sempat terkejut begitu melihat hamapran manusia yang antusias menikmati penampilan mereka.
Sekarang setelah satu lagi berakhir. Elvis melirik kedua kursi yang ditempati oleh ibu Arumi dan juga ayah Rio. Kedua mata orang tersayangnya berkaca-kaca.
Mereka tahu Elvis sudah menantikan ini cukup lama. Putranya itu cukup gigih, dan sekarang telah berhasil menggapai mimpinya.
Ibu Arumi tersenyum ke arah Elvis. Keduanya saling tatap kemudian putus kembali ketika Elvis harus memulai bermusik.
"Anak siapa itu Yah, keren banget," bisik ibu Arumi. Tanganya yang bebas menggenggam jemari Ayah Rio sementara matanya tak henti mengagumi Elvis di panggung sana.
"Anak kita lah Bu, anak siapa lagi? Masa anak tetangga." Jawaban ayah Rio membuatnya refleks mencubit mesra pinggang suaminya.
Keduanya kembali melihat Elvis. Akhir-akhir ini Elvis sibuk dengan dunianya. Waktu istirahatnya begitu sedikit. Ibu Arumi tahu kalau Elvis sering ke rumah sakit untuk menjenguk gadis bernama Rona, Elvis tidak menutupi apapun dalam hidupnya.
"Dia itu gigih dan tekun." Tiba-tiba Ayah Rio membuka percakapan kembali. Matanya masih berkaca-kaca melihat anaknya di atas panggung. Mimpi Elvis sama dengan mimpinya dulu, tapi karena tekanan lingkungan yang tidak mendukung, jadilah ayah Rio gagal sebelum berjuang. Tapi rasa senangnya begitu membuncah ketika sekarang Elvis bisa mewujudkannya. "Anak kita kuat, persis kayak ibunya," lanjutnya membuat pipi Ibu Arumi bersemu.
"Nanti kita jenguk Rona ya," pinta Ibu Arumi. Dia begitu penasaran sosok penyemangat dari sosok seorang Elvis Hillaris.
"Oh, yang sering Elvis sebut itu? Dia masih sakit?" Tanyanya agak keras sebab musik dan lagu memenimuhi gendang telinganya.
"Iya, kita jenguk sebagai tanda terima kasih sekalian silaturahmi dan kenalan sama keluarganya."
Kening ayah Rio berkerut di tengah permainan lampu panggung.
Ibu Arumi tersenyum sehingga giginya yang rapi terlihat jelas. "Ayah gak lihat apa, setiap anak kita cerita tentang gadis itu, dadanya selalu membusung, sorot matanya berbinar."
"Iya, ayah paham. Putra kecil kita sedang jatuh cinta," jawabnya sambil terkekeh pelan. Keduanya kembali menikmati penampilan Elvis dalam jeritan anak-anak muda di sekitarnya.
....
Usai berpisah dengan rekan band nya, Elvis melesat menuju rumah sakit. Ayah sama ibu sudah pulang duluan. Elvis yang memintanya agar tidak ditunggu. Dia pastinya lama.
Lega rasanya cape yang selama ini Elvis geluti terbayarkan.
Sekarang sudah tengah malam. Hari ini Elvis belum menjenguk Rona sama sekali. Pantas saja harinya terasa ada yang kurang.
Elvis menggendong tas ranselnya, kemeja putih dengan kencing terbuka menampakan kaos putih polos di tubuhnya terayun saat dia berjalan, angin malam lumayan kencang. "Duluan bro!" Elvis berpamitan. Dia pulang dari studio Raja Musik dan melesat ke rumah sakit.
Rindu sekali rasanya bercerita dengan Rona, tapi apa tengah malam gini boleh menjenguk? Rona juga pastinya sudah istirahat.
Tidak apa, setidaknya Elvis bisa berdiri di depan pintu ruangan Rona dan mengintip gadisnya. Itu sudah cukup untuk mengobati rasa kangennya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Music (SELESAI)
JugendliteraturNamanya Rona, namun tidak seperti namanya. Gadis itu memiliki kulit yang pucat, tubuh yang lemah dan kehilangan semangat. Dirinya ada diambang hidup dan mati, ini semua karena penyakit yang perlahan menggerogoti tubuhnya. Namun, dengan satu alasan R...